Mengenai Saya

Foto saya
tangerang, tangerang, Indonesia
ان اكون احسنهم خلقا ان اكون اوسعهم علم ان اكون اجملهم صورا ان اكون اكثرهم مالا
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

cara mentakhrij hadist bagian 6


2. Takhrij Tashhih
Takhrij dengan metode tashih adalah sebagai lanjutan dari cara yang pertama di atas, yang menggunakan pendekatan takhrij dan al-naql. Tashhih dalam arti menganalisis keshahihan hadits yaitu dalam ruang lingkup ilmu mushthalah al-hadits. Metode ini mengkaji keadaann rawi, sanad dan matan berdasarkan kaidah ilmu hadits. Kegiatan tashih dilakukan dengan menggunakn kitab ‘Ulum al-Hadits yang berkaitan dengan Rijal, Jarh wa al-Ta’dil, Ma’ani al Hadits, Gharib al-Hadits dan lain-lain.
Metode ini memungkinkan bagi pentakhrij untuk melihat lebih jauh derajat suatu hadits yang dilihat dari segi kekuaran pada sanad, keterpercayaan rawi yang meriwayatkan, kandungan matan dan hal lain yang berkaitan dengan riwayat yang akan ditakhrijnya.
Metode takhrij biasanya dilakukan oleh mudawwin (kolektor) yaitu mereka yang telah mengumpulkan riwayat-riwayat dari guru-guru mereka. Metode ini telah berlangsung sejak Nabi Muhammad Shalalllahu Alaihi Wasalam sampai abad ke-III Hijriyyah. Di antara mereka adalah para penyusun kitab shahih, sunan dan musnad, setelah itu dilanjutkan oleh para syarih (komentator) sejak abad IV sampai kini.[1] 

3. Takhrij dengan I’tibar
Metode takhrij selanjutnya adalah dengan I’tibar, cara ini sebagai lanjutan dari cara yang kedua di atas, I’tibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literature, baik kitab yang asli (diwan), kitab syarah dan kitab Fan yang memuat dalil-dalil hadits. Secara teknis, proses pembahasan yang perlu ditempuh dalam studi dan penelitian hadits sebagai berikut :
a.       Dilihat, apakah teks hadits tersebut benar-benar sebagai hadits.
b.      Dikenal unsur yang harus ada pada hadits, berupa rawi, sanad dan matan.
c.       Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi rawinya, matannya dan sanadnya.
d.      Bagaimana kualitas hadits tersebut? 
e.       Bila hadits itu maqbul, bagaimana ta’amulnya, apakah ma’mul bih (dapat diamalkan) atau ghoir ma’mul bih?
f.       Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu diterjemahkan.
g.      Memahami asbab wurud hadits
h.      Apa isi kandungan hadits tersebut
i.        Menganalisis problematika
Dengan langkah-langkah ini maka suatu hadits akan diketahui apakah ia adalah hadits yang shahih atau tidak, demikian juga bisa diamalkan atau tidak. Jika dalam riwayat tersebut ternyata termasuk riwayat yang mukhtalif maka bagaiamana cara kompromi dengan riwayat lainnya.
5.      Takhrij Hadits dengan Metode Digital
Melakukan penelitian terhadap hadits-hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam, mempunyai banyak faedah dan manfaat. Ulama-ulama terdahulu telah menunjukkan kelasnya yang luar biasa sebagai intelektual-intelektual hadits dalam menghimpun, meneliti dan melakukan telaah terhadap ribuan Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam yang diabadikan dalam karya-karya mereka, dan merupakan khazanah ilmu pengetahuan ummat islam khususnya di bidang hadits.
Seiring dengan perkembangan zaman, meminjam istilah A. Hasan Asy’ari Ulama’i “kesibukan dunia ilmu pengetahuan” yang kemudian memberikan inspirasi kepada para scientis berupaya melakukan inovasi-inovasi dalam memudahkan penelusuran hadits secara lebih efektif dan efisien. Ulama-ulama Muta’akhirin selanjutnya melakukan terobosan dengan memberikan “sentuhan teknologi” dalam melakukan takhrij hadits melalui perangkat CD hadits yang telah di desain sedemikian rupa.
Secara ringkas langkah-langkah takhrij hadits digital yang penulis kutip dari A. Hasan Asy-ari al-Ulama’i (2006: 79-80) dalam bukunya “Melacak Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam, Cara Cepat Mencari Hadits dari Manual Hingga Digital”. Berikut ini adalah langkah-langkahnya :
  1. Penelusuran hadits dengan menggunakan CD Hadits Nabi SAW, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara: (sebagai catatan bahwa terlebih dahulu akan ditawarkan pilihan kitab rujukan yang dikehendaki, dalam hal ini CD Hadits yang tersedia membatasi pada 9 kitab hadits al-mu’tabar yaitu : Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, jami’ al-Turmudzi, Sunan abi Dawud, Sunan al-Nasa’I, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, Muwaththa’ Imam Malik, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal.
  2. Penelususran hadits berangkat dari lafadz yang dikenal, contoh mencari hadits yang di dalamnya terdapat lafadz (وقنت رسول الله) maka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui fasilitas pilihan huruf yang telah disediakan CD Hadits, atau dengan menuliskan sendiri lafadz itu pada tempat yang telah disediakan.
  3. Penelusuran Hadits Nabi SAW, berangkat dari bab yang umumnya memuat hadits tersebut, misalnya dibuka di bab qunut itu sendiri, bila tidak dijumpai, maka dapat diakses pada bab shalat, demikian seterusnya.
  4. Penelusuran hadits berangkat dari rawi yang paling atas, dalam hal ini lebih rumit karena harus mencari lebih detail haditsnya, misalnya hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang tidak hanya berbicara masalah qunut saja, tetapi bercampur dengan hadits-hadits tema lainnya.
  5. Penelusuran melalui nomor hadits, dan
  6. Penelusuran hadits melalui tema-tema yang disediakan CD hadits Nabi SAW, itu sendiri.
Pada dasarnya metode takhrij dengan menggunakan system digital tidak jauh berbeda dengan metode manual, pencarian dapat dilakukan dengan satu kata kunci yang kita ingat, tema hadits atau rawi dari hadits tersebut. Kekurangan dari metode ini adalah tidak semua orang terbiasa dengan metode digital ini.
D.Kesimpulan
Takhrij Hadits sebagai bagian dari ilmu hadits merupakan produk ulama terdahulu adalah juga bagian dari khazanah intelektual dan keilmuan yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Mereka (para ulama terdahulu) telah melakukan “ijtihad intelektual” dalam tradisi ilmu hadits sehingga takhrij hadits sebagai bagian kecil dari ilmu tersebut ada dihadapan kita. Karena dengan takhrij hadits telah banyak memberikan manfaat dan faedah sebagaimana dijelaskan pada bagian awal makalah ini, dengan  metode takhrij,  samudra hadits peninggalan Rasulullah SAW. yang begitu luas dan banyak dapat ditelusuri, dilacak dan diteliti dengan mudah oleh siapa saja yang ingin mendapat hikmah dari butiran-butiran mutiara hadits. Metode-metode takhrij hadits dengan kekurangan dan kelebihannya pada masing-masing metode telah saling melengkapi antara metode yang satu dengan yang lainnya dalam proses pelacakan dan penelusuran hadits.
Akhir-akhir ini telah banyak kajian ilmu agama islam yang mendapat “sentuhan-sentuhan tangan teknologi” termasuk takhrij hadits. Para punggawa ilmu hadits generasi sekarang, bekerja sama dengan para sicientis telah menciptakan dan mengembangkan metode takhrij hadits digital. Perangkat CD hadits dapat diakses oleh siapa saja yang ingin melakukan penelusuran dan penelitian hadits, Dengan metode takhrij hadits digital akan lebih mempermudah lagi penelusuran dan pelacakan hadits Nabi SAW.
Demikianlah catatan kecil dari penulis tentang “takhrij hadits, urgensi dan metodenya” yang banyak penulis kutip dari ulama-ulama hadits dan para pemerhati hadits. Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan informasi tentang takhrij hadits. wallahu a’lam bissawaab.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, 1994,Thuruq Takhrij Hadits Rasulillah SAW, Semarang: Terjemahan, Dina Utama Semarang
Louis Ma’luf, 1986, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyariq
Mahmud al-Thahhan, 1991 M/1412 H, Usul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, Riyadh, Maktabah al-Ma’arif
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, 2003, Jakarta: Prenada Media
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, 1994,Thuruq Takhrij Hadits Rasulillah SAW, Semarang: Terjemahan, Dina Utama Semarang
Hasan Asy’ari Ulama’I, A, 2006, Melacak Hadits Nabi SAW, Cara Cepat Mencari Hadits dari    Manual hingga Digital, Semarang: Rasa’il
Louis Ma’luf, 1986, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyariq
Mahmud al-Thahhan, 1991 M/1412 H, Usul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, Riyadh, Maktabah al-Ma’arif
M. Syuhudi Ismail, 1992, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, Jakarta: Bulan Bintang
Endang Soetari, Ilmu Hadits : Bandung
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, 2003, Jakarta: Prenada Media
Noor Sulaiman PL, 2008, Antologi Ilmu Hadits, Jakarta: GP Press
Said bin Abdillah bin al-Hamid, 2000, Thuruqu Takhrij al-Hadits, Riyadh: Daru Ulum al-Sunnah Linnasir


[1] Endang Soetari, Ilmu Hadits

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar