Mengenai Saya

Foto saya
tangerang, tangerang, Indonesia
ان اكون احسنهم خلقا ان اكون اوسعهم علم ان اكون اجملهم صورا ان اكون اكثرهم مالا
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

kasus hipertensi


Abstrak
Keluarga bapak Husni Thamrin tinggal di kawasan  Jalan Pisangan Raya H.Solmed RT 03/04 No.45 Pisangan Timur, Cirendeu. Keluarga ini terdiri dari  Bapak Husni Thamrin, ibu ida (istri Husni Thamrin) , bapak Japlin (bapak Kandung ibu Ida) , ibu Arpah (Ibu kandung dari Ibu Ida) , dan Siska (anak bapak Husni Thamrin) . Pada saat kunjungan kami bertemu dengan Ibu Ida, ibu Arpah, dan Siska.
Keluarga ini  tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, tetapi ada anggota keluarga yang sedang menderita suatu penyakit yaitu bapak Japlin penyakit yang diderita adalah serangang jantung, prostat, dan hipertensi. Selain bapak Arpah istrinya juga menderita Gastritis, asma, muntaber,dan memiliki tanda gejala asam urat. Di dalam keluarga tersebut tidak ada penyakit menular.
Abstrac
The family of Mr. Husni Thamrin lived in the area of ​​Jalan Raya H.Solmed Pisangan RT 03/04  No. 45 East Pisangan, Cirendeu. This family consists of Mr. Husni Thamrin, Mrs.  Ida (wife Husni Thamrin), Mr. Japlin (father of Mrs. Ida bladder),  Mrs. Arpah (mother of Mrs. Ida), and Siska (Mr. Husni Thamrin child's ). At the time of the visit we met with Mrs. Ida, Mrs. Arpah, and Siska.
This family had no history of hereditary diseases, but there is a family member who is suffering from a disease that is Mr.Japlin are heart attack , prostate, and hypertension. In addition to his wife's Mrs. Arpaha also suffered Gastritis, asthma, diarrhea and vomiting, with signs of symptoms of gout. In the family there is no infectious disease.






Bab I
Pendahuluan

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )  Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Patofisiologi hipertensdengan mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
WHO (World Health Organization), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin. NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut.
·         Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring > 130/90 mmHg
·         Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya > 145/95 mmHg
·         Pada wanita tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan
hipertensi.
(Hipertensi baru.pmd, 2007)
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1.      Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
2.      Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3.      Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1.    Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
2.    Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
3.    Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
1.    Hipertensi primer (Essensial)
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Kira-kira 90% hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari hipertensi ini adalah hipertensi esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara factor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
a.    Faktor resiko seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetic.
b.    Sistem saraf simpatis yang terdiri dari tonos simpatis dan variasi diurnal.
c.    Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.
d.    Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron.
2.    Hipertensi sekunder
Hipertensi jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit lain. Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah penyakit parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal. Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder adalah sebagai berikut :
a.    Penyakit ginjal
1)    Sekresi rennin meningkat
2)    Retensi natrium dan cairan
3)    Sekresi vasodilator (vasipresor)menurun
b.    Penyebab endokrin
1)    Aldosteronisme
2)    Kontrasepsi oral
3)    Feokromositoma
4)    Tirotoksikosis
c.    Penyebab vascular
1)    Koarktasio aorta
2)    Vaskulitis
d.    Penyebab neurogenik
1)    Psikogenik
2)    Tekanan intracranial meningkat

Penyebab Darah Tinggi

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:

·         Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

·         Usia

Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Kondisinya tidak dapat diharapkan bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika tubuh bertambah tua. Namun dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.

·         Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

·         Kolesterol

Faktor ini bisadi kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

·         Obesitas / Kegemukan

Faktor ini bisa di kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

·         Stres

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

·         Rokok

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

·         Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

·         Alkohol

Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

·         Kurang Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi .

Bab II
Hasil Observasi

I.              Identitas Keluarga
a.    Nama Kepala Kelauarga    :  Husni Thamrin
b.     Alamat rumah                      : Jalan Pisangan Raya H.Solmed RT 03/04 No.45 Pisangan Timur, Cirendeu
c.    Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah:
No.
Nama
Kedudukan Dalam Keluarga
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien Klinik
(Y/T)
Keterangan
1
Husni Thamrin
Kepala Keluarga (Ayah)
L
50 th
S3
PNS
T

2
Ida
Ibu
P
41 th
SMA
Ibu Rumah Tangga
T

3
Japlin
Kakek
L
80 th
SD
Tidak Bekerja
Y

4
Arpah
Nenek
P
80 th
SD
Tidak Bekerja
Y

5
Siska
Anak
P
19 th
SMA
Mahasiswi
T
Sedang menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi

d.    Bentuk keluarga                  : keluarga extended
e.    Siklus kehidupan keluarga            : keluarga dengan anak, keluarga orang tua lansia
f.     Genogram


Ket:
  1. Bapak dan ibu dari bpk. Japlin maupun dari ibu Arpah sudah meninggal.
  2. Bpk. Japlin menderita suatu penyakit yaitu hipertensi, serangan jantung akut, dan gangguan prostat.
  3. Ibu Arpah menderita suatu penyakit maag, asma dan tanda gejala asam urat.
  4. Anak ketiganya sudah meninggal karna penyakit kejang.
  5. Anak keempatnya juga sudah meninggal karna penyakit DBD.
  6. Bpk dan ibu tinggal satu rumah dengan anaknya yang ketujuh yang sudah bersuami dan mempunyai satu anak perempuan.
  7. Untuk saudara dari bpk.japlin dan Ibu Arpah tidak terkaji.

II.            Keadaan Rumah
a.    Gambar daerah bangunan rumah
Description: D:\IPE laporan\denah bu ida.jpg
b.    Jenis Lantai              : Keramik
c.    Jenis Atap                 : Genteng
d.    Jenis Dinding           : Tembok dilapisi cat.
e.    Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada siang hari ? Bisa.
f.     Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur           : 1:3
Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga   : 2:3
g.    Data tambahan mengenai keadaan rumah:
1)    Sinar matahari baik
2)    Rumah terdiri dari dua lantai
3)    Luas Rumah
4)    L = 77 m2 digunakan oleh 5 orang sehingga 1 orang mendapat kurang lebih 78789 sehingga mencukupi untuk setiap orangnya.
III. Keadaan Keluarga
a.    Perencanaan keluarga
1.    Perencanaan anak
a)    Berapa jumlah anak yang diinginkan?
direncanakan
b)    Apakah harus ada anak laki-laki dan perempuan?
Tidak.
c)    Berapa jarak antar anak yang direncanakan?
Tidak direncanakan.
a.    Pengambil keputusan perencanaan keluarga : berdua
b.    Apakah pernah menggunakan kontrasepsi KB?
pernah menggunakan metode kontrasepsi.

b.    hubungan anggota keluarga
b.1.1. Hubungan antar anggota keluarga; baik
b.1.2. gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map)
b.2. frekuensi berkumpul anggota keluarga ( yang serumah): tiap hari, untuk hari sabtu dan minggu ada kumpul keluarga
b.3. keputusan dalam keluarga berdasarkan : keluarga besar
c.    keadaan kesehatan anggota keluarga saat ini

No.
Nama
Kedudukan Dalam Keluarga
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien Klinik
(Y/T)
Keterangan
1
Husni Thamrin
Kepala Keluarga (Ayah)
L
50 th
S3
PNS
T
sehat
2
Ida
Ibu
P
41 th
SMA
Ibu Rumah Tangga
T
Sehat
3
Japlin
Kakek
L
80 th
SD
Tidak Bekerja
Y
Jantung koroner, prostat
4
Arpah
Nenek
P
80 th
SD
Tidak Bekerja
Y
Asma, asam urat, hipertensi
5
Siska
Anak
P
19 th
SMA
Mahasiswi
T
Sehat

d.    data tambahan mengenai keadaan keluarga
1) Pak Japlin pernah mengalami pingsan saat terjatuh dari pohon, dokter mengdiagnosis  penyakitnya jantung koroner, terjadi pada 4tahun lalu.
2) bu arpah sudah mengalami asma dari remaja

III.           Pemenuhan Kebutuhan keluarga
a.    Kebutuhan ekonomi
a.1. penghasilan keluarga per bulan ( total)
a.2. pengeluaran keluarga per bulan ( total)
a.3. apakah penghasilan keluarga dirasa cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga?
b.    Kebutuhan pendidikan: terpenuhi
c.    Kegiatan spiritual: sholat 5 waktu
d.    Pola berobat: datang ke dokter rutin untuk cek kesehatan (pak japlin dan bu arpah)
e.    Data tambahan mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga
IV.          Gaya Hidup keluarga
a.    Kebiasaan makan dalam keluarga
a.1. sumber:
a.2. jenis:
a.3. jumlah:
b.    Kebiasaan olah raga: bu ida berolah raga setiap 3 kali permingu. Pak japlin berjalan kaki tiap pagi kurang lebih 30 sampai1 jam.
c.    Kebiasaan minum alkohol: tidak ada
d.    Kebiasaan merokok: pak japlin, namun setelah mendapat diagnosis jantung koroner beliau berhenti merokok.
e.    Data tambahan mengenai gaya hidup keluarga
V.           Lingkungan hidup keluarga
a.    Lingkungan perumahan keluarga
a.1. jenis perumahan
a.2. higiene lingkungan rumah (observasi)
a.3. keamanan lingkungan perumahan
a.4. paparan zat/ partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:
b.    Lingkungan pekerjaan anggota keluarga
b.1. apakah ada anggota keluarga yang memiliki risiko di pekerjaan?
b.2. jika ada pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaan adalah
b.3. paparan zat/ partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
c.    Lingkungan sosial keluarga
c.1. keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya:
c.2. kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya: bu ida sebagai ketua dari kumpulan Ibu- ibu PKK
d.    Data tambahan mengenai lingkungan hidup keluarga:

IDENTIFIKASI MASALAH
I. Risiko / masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik keluarga
Keluarga Extended yang terdiri dari 5 orang dalam satu rumah, dimana dua orang anggotanya termasuk dalam Geriatri sehingga kemungkinan akan adanya penyakit degeneratif perlu diwaspadai.

II. Risiko / Masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan Rumah
Rumah keluarga berada di pemukiman padat dan dekat tanah lapang, namun tidak memiliki selokan. Akibatnya, drainase limbah tidak diketahui prosesnya. Dengan demikian, risiko akan terjadinya penyakit yang melibatkan kebersihan lingkungan meningkat.

III. Risiko / Masalah Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Fungsi Keluarga
1.    Bapak Japlin pernah terkena serangan jantung 1 bulan yang lalu yang kini mengakibatkan aktivitasnya dibatasi. Ia juga menderita pembesaran Prostat yang mengakibatkan saat ini harus dipasang kateter urin yang harus diganti 1 minggu sekali. Hal ini membuat pak Japlin menjadi terbatas aktivitasnya, terutama saat beraktivitas di luar rumah. Hipertensi juga menjadi keluhan pak Japlin sejak lama (tidak diketahui sejak kapan)
2.    Ibu Arpah menderita Gastritis, asma, muntaber,dan memiliki tanda gejala asam urat yaitu terdapat benjolan di jari tangannya. Gastritis menjadi keluhan utamanya yan membuat ia harus lebih selektif dalam memilih makanan dan terhadap jadwal makanan

IV. Risiko / Masalah Kesehatan yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan keluarga
1.    Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi           : Hingga Tersier
2.    Kebutuhan pendidikan                  : Pendidikan Tinggi

Bu Arpah memiliki kebiasaan yang baik, yaitu awareness yang tinggi terhadap kesehatan sehingga apabila ia merasa sedikit saja “tidak enak badan”, ia akan segera ke Rumah Sakit untuk berobat. Lain halnya dengan Pak Japlin yang memiliki tingkat awareness yang rendah terhadap gangguan kesehatan yang membuat hanya ke rumah sakit bila timbul gangguan aktivitas yang berat.

V. Risiko / Masalah kesehatan yang berhubungan Dengan Gaya Hidup Keluarga
1.    Keluarga yang mempunyai gaya hidup yang baik dalam pola makan namun kurang berolahraga yang dapat menimbulkan risiko hipertensi
2.    Pak Japlin, salah satu anggota keluarga yang merokok berisiko akan memperburuk hipertensinya. Saat ini sudah berhenti sejak terkena serangan jantung

VI. Risiko / masalah kesehatan yang Berhubungan dengan Lingkungan Hidup Keluarga
Lokasi pembakaran sampah yang berada di depan rumah meningkatkan risiko penyakit paru. Selain itu, ada tetangga memelihara banyak kucing sehingga memungkinkan meningkatkan risiko penyakit infeksi yang  ditularkan melalui kucing, seperti Toxoplasma.

VII Masalah Kesehatan yang Ada dalam Keluarga
1.    Serangan Jantung
2.    Hipertensi
3.    Benign Prostat Hipertrophy
4.    Gatritis
5.    Astma
6.    Muntaber
7.    Gejala Asam Urat
8.    Kurang Berolahraga
9.    Kebiasaan Merokok

Bab III
Upaya Pemeliharaan Kesehatan yang Dilakukan

Kami mengadakan kunjungan kedua (tahap intervensi I) pada pertengahan bulan April. Permasalahan yang kami temukan untuk dibicarakan dalam keluarga yaitu masalah hipertensi yang diderita oleh Bapak Japlin (80 tahun) dan Ibu Arpah (80 tahun), selain itu kami menemukan adanya faktor pemicu hipertensi (pola mengonsumsi garam, ikan asin, jengkol, dan petai) pada saat bertanya mengenai pola makanan.
Upaya pemeliharaan kesehatan yang kami lakukan sebagai tindak lanjut dari masalah hipertensi ini adalah memberikan edukasi dan informasi mengenai beberapa hal terkait hipertensi, seperti definisi, penyebab, akibat dan cara mengatasi serta menanggulanginya. Terlebih promosi ini ditekankan pada cara pencegahan hipertensi yaitu dengan perubahan gaya hidup menjadi gaya hidup sehat, meliputi:
1.    Makanan yang dianjurkan dan harus dihindari penderita hipertensi
a.      Makanan yang dianjurkan
·         Buah-buahan
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi. Dengan mengonsumsi buah dan sayur segar secara teratur dapat menurunkan risiko kematian akibat hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Buah dan sayur mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting, seperti flavonoids, sterol, dan phenol. Flavonoids, yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat mengurangi bahaya kolesterol dan mencegah penggumpalan darah. Buah jenis berry bersifat antioksidan; buah yang berwarna gelap juga banyak mengandung serat (Marzukli, 2004)
Selain itu buah yang sering dikonsumsi utnuk mengatasi hipertensi adalah buah pisang. Secara umum kandungan gizi yang terkandung dalam setiap buah pisang matang adalah sebagai berikut: kalori 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 1,7 gram, kalsium 8 gram, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg serta vitamin A 44 RE, Vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Kandungan buah pisang di atas dianggap cukup baik untuk mengatasi hipertensi.bahkan lembaga food and Drug Administrition Amerika memperbolehkan pengusaha pisang untuk membuat kalim bahwa pisang dapat menurangi resiko tekanan darah dan stroke (Didinkaem, 2007)
·         Sayur
Sebagaimana buah-buahan, sayur juga banyak mengandung vitamin dan phytochemical serta serat. Sayur yang dapat digunakan untuk pencegahan hipertensi ini seperti seledri, bawang dan sayur hijau lainnya. Bawang putih misalnya mampu menurunkan tekanan darah tinggi serta menurunkan kolesterol, berkat adanya senyawa yang disebut ajone, yaitu senyawa yang selain penurun hipertensi juga sebagai pemcegah pengumpalan darah.
·         Serat
Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk keseimbangan kolesterol. Serat terdapat dalam tumbuhan, terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Selain dapat menurunkan kadar kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu, serat juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah (Marzukli, 2004).
·         Karbohidrat jenis kompleks
Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebih aman bagi penderita hipertensi daripada karbohidrat sederhana seperti gula, manisan atau soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah meningkatkan kadar gula darah dan ini berimplikasi kepada terjadinya hipertensi (Marzukli, 2004).
·         Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral juga sangat penting untuk menyeimbangkan proses-proses fisiologi di dalam tubuh kita, termasuk juga untuk menyeimbangkan tekanan darah.
·         Teh
Teh telah cukup terkenal sebagai antioksidan yang efektif, selain itu teh juga dapat mengurangi resiko hipertensi ataupun stroke. Pengkonsumsian teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola hidup sehat.
b.      Makanan yang dihindari
·         Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru-paru, minyak kelapa, gajih, dll)
·         Makanan yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit, cracer, keripik dan makanan kering yang asin.
·         Makanan atau minuman kaleng, contohnya adalah sarden, sosi, korned, soft drink dll. Hal ini dikarenakan makanan-makanan tersebut5 umumnya mengandung pengawet yang tidak baik bagi kesehatan.
·         Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin, selai kacang, pindang dll)
·         Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumber protein hewani yang mengandung banyak kpolesterol, seperti daging merah (baik sapi apalagi kambing), kuning telur, dan kulit ayam.
·         Penyedap makanan.
·         Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol
2.    Penjelasan mengenai obat hipertensi,
Obat – obat yang di konsumsi oleh Pak Japlin
No.
Nama paten
Nama generik
Indikasi
1.
Lansoprazole
lansoprazol
Pengobatan jangka pendek tukak lambung, tukak usus, dan refluks esofagus
2.
Bisoprolol hemifurmarate
Bisoprolol
Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain
3.
Isosorbide dinitrate
Isosorbid dinitrat
Terapi dan preventif terhadap serangan akut angina pektoris
4.
Levofloxacin
Levofloksasin
Sinusitis maksilaris akut, kumatnya penyakit atau gejala penyakit bronkhitis kronis secara mendadak akibat bakteri, pneumonia nosokornial, infeksi kulit dan struktur kulit dengan komplikasi, infeksi saluran kemih (termasuk pielonefritis)
5.
Simvastatin
Simvastatin
Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL. Sebagai hiperkolesterol primer maupun sekunder.
6.
Pletaal
silostazol
Pengobatan gejala iskemia seperti ulkus, rasa sakit dan dingin pada ekstremitas disebabkan karena adanya penyumbatan arteri kronis, pencegahan kambuhan infark otak (kecuali infark otak akibat kardioemboli)
7.
Zaldiar
tramadol, PCT
Terapi jangka pendek untuk nyeri akut.

Lansoprazole

Lansoprazole adalah penghambat sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazole secara spesifik menghambat (H+/K+) ATPase (pompa proton) dari sel parietal di mukosa lambung. Indikasi Lansoprazole diindikasikan untuk :
Ulkus duodenum.
Benigna ulkus gaster.
Refluks esofagitis.

Dosis :             Ulkus duodenum : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Benigna ulkus gaster : 1 kali sehari 30 mg selama 8 minggu.
Refluks esofagitis : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Efek Samping:            Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut kering, sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus.
Terjadi kenaikan nilai-nilai tes fungsi hati yang bersifat sementara dan akan normal kembali.
Kadang-kadang dapat terjadi artralgia, edema perifer dan depresi.
Kontraindikasi:Penderita yang hipersensitif terhadap lansoprazole.
Interaksi Obat:Lansoprazole dimetabolisme di hati, oleh sebab itu ada kemungkinan  interaksi dengan obat- obat yang dimetabolisme di hati.
Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama- sama dengan obat- obat kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin dan warfarin.
Antasida dan sukralfat akan  mengurangi bioavailabilitas lansoprazole  dan jangan  diberikan antara satu jam  setelah  makan  lansoprazole.

Bisoprolol
Farmakologi :
Bisoprolol merupakan bloker reseptor β-1 adrenergik utama (bersifat  kardioselektif) tanpa aktivitas stimulasi reseptor β-2 dan waktu paruh eliminasi  plasma sekitar 10-12 jam sehingga memungkinkan dosis sekali sehari. Dengan ciri tersebut Bisoprolol sebagai dapat β-bloker dapat mengobati hipertensi dan angina pektoris. Bisoprolol mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi pada posisi berdiri maupun berbaring. Hipertensi postural atau hipertensi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit tidak termasuk indikasi Bisoprolol. Pada pasien dengan angina pektoris, Bisoprolol dapat mengurangi serangan dan  meningkatkan kapasitas kerja fisik sehari-hari.
Pada dosis terapi, Bisoprolol lebih sedikit efek konstriksinya pada pembuluh darah perifer dan bronkiol daripada golongan β-bloker yang nonselektif.
Indikasi:                      Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Kontraindikasi:           Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarat
Bisoprolol dikontraindikasikan pada penderita cardiogenic shock, kelainan jantung, AV blok tingkat II atau III, bradikardia sinus.
Dosis:                          Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali sehari.
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosi awal 2,5 mg sekali sehari.
Efek samping:
  • Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia, ansietas, konsentrasi berkurang.
  • Sistem saraf otonom: mulut kering.
  • Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold extremities, klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
  • Psikiatrik: insomnia, depresi.
  • Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi.
  • Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.
  • Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus
  • Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
  • Metabolik: penyakit gout.
  • Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.
  • Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit Peyronie, sistitis, kolik ginjal.
  • Hematologi: purpura
  • Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada, peningkatan berat badan.
Interaksi obat:
  • Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta bloker.
  • Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin (diltiazem) atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
  • Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol.


Isosorbide dinitrate
Isosorbide dinitrate dalam kelas obat yang disebut nitrat dan akan dipergunakan untuk mengobati dan  mencegah angina atau sakit jantung. Nitrat lainnya termasuk nitrogliserin (Nitrostat, Nitroquick, Nitrolingual, Nitro-Dur dan lainnya) dan  mononitrate mononitrate (Imdur, Ismo, Monoket). Dinitrate mononitrate diubah dalam tubuh untuk isosorbide mononitrate yang merupakan kimia aktif.
Diresepkan untuk: Isosorbide dinitrate digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner . Hanya tablet sublingual digunakan untuk perawatan segera angina karena timbulnya aksi dinitrate mononitrate oral tidak cukup cepat. Dinitrate mononitrate kadang-kadang digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif .
Dosis:                     Tablet Isosorbide dinitrate dapat diambil dengan atau  tanpa makanan. Tablet sublingual harus ditaruh di  bawah lidah dan  tidak boleh dihancurkan atau dikunyah. Toleransi (efek berkurang  setelah beberapa dosis) bisa terbentuk, sehingga periode setidaknya 14 jam dianjurkan untuk bebas obat.  Dosis yang dianjurkan dinitrate mononitrate adalah:
  • Tablet: 5-40 mg 2 atau 3 kali sehari
  • Tablet: (sublingual): 2,5-10 mg
  • Tablet: (extended-release) dan kapsul (berkelanjutan-release): 40-80 mg sekali atau dua kali sehari.
Interaksi obat:        Sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis) dan vardenafil (Levitra) meningkatkan tekanan darah menurunkan efek dinitrate mononitrate dan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang berlebihan. Pasien yang memakai dinitrate mononitrate seharusnya tidak menerima sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), atau vardenafil (Levitra). Penurunan tekanan darah yang parah, terutama ketika mengubah posisi tubuh, dapat terjadi ketika dinitrate mononitrate dikombinasikan dengan calcium channel blockers , misalnya, diltiazem (Cardizem, Tiazac, dll) dan verapamil (Calan, Verelan, dll) yang juga mengurangi tekanan darah.
Levofloksasin
Indikasi:                Levofloksasin injeksi diindikasikan jika pemberian secara intravena memberikan keuntungan pada pasien, seperti pasien tidak dapat mentoleransi bentuk sediaan oral.
Levofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa (≥ 18 tahun) dengan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif pada kondisi sebagai berikut:
·                 Sinusitis maksilaris akut
·                 Bronkitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut
·                 Pneumonia (community-acquired pneumonia)
·                 Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi
·                 Infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi
·                 Pielonefritis akut
Bila terjadi resistensi bakteri dan hasil terapi tidak memuaskan, pengobatan perlu disertai dengan proses monitor bakteriologi.
Kontraindikasi:
·       Pasien hipersensitif terhadap kandungan obat atau golongan kuinolon lain.
·       Pasien penderita epilepsi.
·       Pasien dengan sejarah tendon disorders yang berhubungan dengan pemberian fluoroquinolone.
·       Anak-anak dan remaja.
·       Ibu hamil dan ibu menyusui.
Dosis :               Untuk bentuk sediaan parenteral dan oral yang bioekivalen, dapat diberikan dosis dalam jumlah yang sama, biasanya selama 7-14 hari tergantung tingkat keparahan penyakit. Dosis lazim pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 250-500 mg satu kali sehari tergantung jenis dan tingkat keparahan dari infeksi dan sensitivitas dari patogen penyebab.
Efek Samping: Diare, mual, vaginitis, kembung, pruritus, kulit kemerahan, nyeri abdomen, moniliasis genital, dizziness, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia, cemas, konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, banyak keringat, leukorrhea, malaise, gugup, gangguan tidur, tremor, urtikaria.
Interaksi Obat:
·           Dalam penelitian tidak terlihat adanya interaksi yang bermakna antara levofloksasin dengan teofilin, warfarin, siklosporin, digoksin, probenesid dan simetidin. Namun demikian, penggunaan golongan kuinolon lain bersamaan dengan beberapa obat yang disebutkan di atas, menimbulkan perubahan farmakokinetika dan farmakodinamika yang cukup bermakna. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan apabila levofloksasin diberikan bersamaan dengan:
1.      Teofilin: monitor kadar teofilin secara ketat, bila perlu lakukan penyesuaian dosis teofilin.
2.      Warfarin: monitor prothrombin time atau uji koagulasi lainnya yang sesuai.
3.      Siklosporin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis, sehingga tidak perlu penyesuaian dosis siklosporin maupun levofloksasin.
4.      Digoksin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis, sehingga tidak perlu penyesuaian dosis digoksin maupun levofloksasin.
·           Pemberian NSAIDs bersamaan dengan golongan kuinolon, termasuk levofloksasin, dapat meningkatkan risiko stimulasi susunan saraf pusat dan serangan kejang.
·           Pengaruh terhadap glukosa darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia, telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan obat golongan kuinolon bersamaan dengan obat antidiabetik oral. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan pengawasan kadar glukosa darah secara ketat, jika dua jenis obat ini dipergunakan bersamaan.

Simvastatin
Farmakologi:               Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang mempunyai mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.
Indikasi:                      Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab hiperkolesterolemia sekunder (misal: diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroidisme, sindroma nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, alkoholisme serta terapi dengan obat lain) dan lakukan pengukuran profil lipid total kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida.
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer, bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak memadai.
Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin bermanfaat mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan hiperkolesterolemia campuran dan hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia sebagai kelainan utama), namun simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa peningkatan kadar Chylemicron.
Kontraindikasi:
·                Pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi hati.
·                Pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang abnormal.
·                Pecandu alkohol.
·                Bagi wanita hamil dan menyusui.
·                Hipersensitif terhadap simvastatin.
Dosis:              Penderita harus melakukan diet pengurangan  kolesterol baku sebelum dan selama memulai pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan dengan simvastatin.
Dosis awal 10 mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari.
Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat imunosupresan bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin yang dianjurkan adalah terendah.
Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal:
Pemberian simvastatin tidak perlu penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresi ginjal secara bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal, atau bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih efektif.
Efek samping:
·            Sakit kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada dan angina.
·            Astenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema terisolasi.
Interaksi obat: Bila simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan niacin dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi myopathy dan rhabdomyolisis.
·            Bila simvastatin dikombinasikan dengan warfarin akan meningkatkan aktivitas warfarin sebagai antikoagulan.
·            Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan aktivitas jantung akan meningkat.

PLETAAL
Kandungan: Cilostazol / Silostazol.

Indikasi:         Menghilangkan berbagai macam gejala iskemia seperti ulkus, nyeri, & rasa dingin akibat penyakit arterial oklusif kronis.

Kontra Indikasi:Perdarahan, hamil.


Perhatian:        Menstruasi, kecenderungan terjadinya perdarahan atau diatesa hemoragik, disfungsi hati atau ginjal yang parah.
Efek Samping:

Kadang-kadang : berdebar, takhikardia, kemerahan dan rasa panas pada wajah dan leher, perasaan berdenyut di kepala, sakit kepala, vertigo, sakit kepala karena cahaya, insomnia/susah tidur, mengantuk, rasa tidak enak pada perut, mual, muntah, anoreksia (kehilangan nafsu makan), tinja lembek, diare, nyeri pada perut bagian atas, peregangan perut, meningkatnya gula darah, nyeri dada, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar, rasa tidak enak badan yang tidakjelas, dan lemah.

Tramadol HCl
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Indikasi:          Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Posologi:         Dewasa dan anak di atas 16 tahun:
Dosis umum:   Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum:400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan "creatinine clearances" <30 ml/menit:
50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.
Peringatan dan perhatian:
·           Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi ketergantungan, sehingga dokter harus menentukan lama pengobatan.
·           Tramadol tidak boleh diberikan pada penderita ketergantungan obat.
·           Hati-hati penggunaan pada penderita trauma kepala, meningkatnya tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus, karena dapat mengakibatkan meningkatnya resiko kejang atau syok.
·           Penggunaan bersama dengan obat-obat penekanan SSP lain atau penggunaan dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan menurunnya fungsi paru.
·           Penggunaan selama kehamilan harus mempertimbangkan manfaat dan resikonya baik terhadap janin maupun ibu.
·           Hati-hati penggunaan pada ibu menyusui, karena tramadol diekskresikan melalui ASI.
·           Tramadol dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
·                Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan dapat dinetralisir dengan nalokson, sedangkan kejang dapat diatasi dengan pemberian benzodiazepin.
·                Meskipun termasuk antagonis opiat, tramadol tidak dapat menekan gejala "withdrawal" akibat pemberian morfin.
Efek samping:
Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi. Efek samping yang berupa ketergantungan sangat jarang terjadi.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap Tramadol atau Opiat dan penderita yang mendapatkan pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotika, analgetik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.
Interaksi obat:
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP seperti tranquiliser, hipnotik.




PENGOBATAN HIPERTENSI
A.   Penyebab Hipertensi

Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

B.   Penanganan dan Pengobatan Hipertensi
Penanganan lazim yang dilakukan secara bertahap , yang terdiri atas empat tahapan.
1.    Diberikan diuretika untuk mengurangi volume cairan tubuh.
Cara ini cukup sering dirasa cukup untuk mengendalikan tekanan darah tinggi yang masih  ringan.
2.    Menambahakan senyawa pemblok beta, atau jenis pemblok saraf lain, untuk menghalangi impuls saraf yang menaikkan tekanan darah.
3.    Ditambahkan vasodilator untuk mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah.
4.    Untuk menangani tekanan darah tinggi berat, adalah menambahkan pemblok saraf berkhasiat tinggi, guenetidin.
Penangganan secara bertahap ini bertujuan mengendalikan tekanan darah tinggi dengan upaya menekan efek samping merugikan sampai sedikit mungkin. (Harkness, Richard. Interaksi Obat)

a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
  • Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini:
-           Jangan meletakkan garam diatas meja makan
-          Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
-          Batasi konsumsi daging dan keju
-          Hindari cemilan yang asin-asin
-          Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
  • Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).

Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
-          Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
-          Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
-          Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine),
-          Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

C.   Pengobatan non farmakologis
Pengobatan secara nonfarmakologis atau dengan terapi sendiri tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan bersifat pribadi atau perseorangan. Artinya ada tindakan tertentu yang bagi sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan pengaruh yang berarti. Namun, bagi penderita lain tindakan itu cukup signifikan dalam mengendalikan tekanan darah. Seseorang yang terbukti menderita hipertensi sulit untus sembuh, tetapi ia dapat berusaha mengendalikan tekanan daraahnya agar tidak terlalu berdampak pada kesehatannya. Pada dasarnya pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan dan gaya hidup.
1)    Mengurangi konsumsi garam
Telah dijelaskan di postingan sebelumnya yaitu penyebab hipertensi bahwa garam dapur mengandung 40% natrium. Oleh karena itu, tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah sedikit mungkin natrium masuk ke dalam tubuh. Walupun kandungan garam dalam makanan dan minuman sangat bervariasi, tetapi perlu diperhatikan saat seseorang penderita berusaha mengurangi konsumsi gaaram. Garam tidak hanya terdapat pada masakan, tetapi juga pada makanan dan minuman yang menjadi menu makanan sehari-hari. Sebagai contoh pada 100 g roti terdapat 0,4-0,7 g garam; pada 100 g kudapan asin (misalnya kue kering) 0,5-1 g garam, dan pada 100 g buah segar terdapat 0,1-0,2 g garam.

2)    Mengendalikan berat badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas. Si penderita sesekali memasukkan makanan ke tubuhnya dalam jumlah banyak, tetapi harus diimbangi dengan kegiatan yang menyita cukup banyak energi. Terdapat bukti yang nyata bahwa setiap penurunan 1 kg berat badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.
3)    Mengendalikan minum (kopi dan alkohol)
Senyawa kafein yang terdapat pada kopi dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Ada yang memberi batasan bahwa 3 cangkir kopi kental sudah cukup menyebabkan jantung berdetak semakin kencang.
Tentang minuman beralkohol, terdapat bukti yang kuat dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Bahkan suatu badan kesehatan yang berwenang di Inggris memberi alasan maksimum konsumsi minuman beralkohol 21 gelas kecil (ukuran 200ml) untuk pria per minggu dan 14 gelas kecil untuk wanita. Jika minuman beralkohol itu diminum sekali tentu akan meningkatkan risiko hipertensi dan stroke. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan sistem saraf.

4)    Membatasi konsumsi lemak

Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika endapan itu semakin banyak, dinding pembuluh darah makin kaku atau berkurang kelenturannya. Kondisi ini akan memperparah jantung karena jantung bekerja semakin berat saat memompa darah sehingga memperparah penderita hipertensi.

3.    Aktivitas fisik,
Promosi kesehatan tersebut kami susun dalam bentuk brosur yang menarik dengan bahasa yang simpel tetapi mudah dicerna. Selain itu, desain yang dibuat dengan memperbanyak gambar memberikan kesan yang tidak membosankan untuk dibaca.
Permasalahan lain yang kami temukan adalah prostat yang diderita oleh Bapak Japlin (80 tahun) yang mengharuskannya menggunakan kateter untuk mempermudah pembuangan zat ekskresi. Dari permasalahan tersebut, kami ingin memberikan edukasi kepada keluarga agar dapat merawat kateter dengan baik dan tepat sehingga tidak menimbulkan penyakit lainnya. Edukasi tersebut kami susun dalam bentuk poster.



DAFTAR PUSTAKA
Harkness, Richard. 1989. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB
Informasi Spesialite Obat. Indonesia. Vol.45-2010s.d.2011. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

Jurnal http://eprints.undip.ac.id/16523/1/Aris_Sugiharto.pdf  yang diunduh pada tanggal 2 April 2012.
Jurnal http://www.scribd.com/doc/36377267/Hipertensi-PDF  yang diunduh pada tanggal 2 April 2012.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar