Mengenai Saya

Foto saya
tangerang, tangerang, Indonesia
ان اكون احسنهم خلقا ان اكون اوسعهم علم ان اكون اجملهم صورا ان اكون اكثرهم مالا
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SEDIAAN KRIM PELEMBAB TABIR SURYA


LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIKA
SEDIAAN KRIM PELEMBAB TABIR SURYA




Disusun Oleh :
FARMASI VIB
KELOMPOK 1
Fakhrul Umam
Fery Indar Ardiansyah
Gian Pertela
M. Ikhwan Lukmanuddin
M. Muwaffaq Zaky
Zil Ardi

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
I.       TUJUAN
Mampu  membuat sediaan krim pelembab tabir surya


II.      FORMULA
Extract                                    5 gram
Minyak Kelapa            10%
Asam Stearat             14%
Gliserin                        10%
Borax                          0,25%
TEA                             1%
BHT                             0,0075%
Parfum                        qs
m.f cream 25 gr


III.    DATA PRAFORMULASI
EXTRACT KENCUR
ETIL P-METOKSISINAMAT
·           Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari.
·           EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana.
·           Ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 – 50C.



MINYAK KELAPA
Sinonim
Oleum Cocos
Khasiat
zat aktif, fase minyak
Pemerian
*      Warna       : tidak berwarna atau kuning pucat
*      Bau           : bau khas, tidak tengik
*      Rasa          : berminyak
*      Penampilan          : cairan jernih
Kelarutan  
S  sangat mudah larut dalam eter P dan kloroform P ; Pada suhu 60 0 C mudah larut dalam etanol 95%  p ; kurang larut pada suhu yang lebih rendah
Penyimpanan
dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
OTT          
di   udara terbuka cepat menjadi tengik
Suhu lebur
230 sampai 260
Zat Tak tersabun
Tidak lebih dari 0,8%
 ( Kodeks Kosmetika Indonesia Vol I hal 284)
ASAM STEARAT
Sinonim
Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic.
Rumus kimia
C18H36O2
Berat molekul
284.47
Struktur kimia
Fungsi
Emulgator, solubilizing agent; lubrikan pada tablet dan kapsul
Titik Lebur
Tidak kurang dari 540
Pemerian
*      Warna       : putih atau kuning pucat
*      Bau           : memiliki bau yang lemah
*      Rasa          : memberikan rasa seperti berlemak
*      Penampilan : Kristal padat atau bubuk kuning,  .
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam  benzen, carbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air.
Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Asam Stearat adalah materi yang stabil; antioksidant dapat ditambahkan ke dalamnya. Harus disimpan dalam wadah tertutup, sejuk, dan kering.
Inkompatibilitas
Asan Stearat  inkompatibel dengan kebanyakan  logam  hidroksida dan mungkin dengan agen pengoksidasi.

GLISERIN
Sinonim
Gliserol
Struktur molekul
C3H8O3
Fungsi      
Antimicrobial preservative; emollient; humktan; plasticizer;
pelarut; pemanis; tonicity agent.
Berat molekul
92.09
Pemberian  
Warna                   : tidak berwarna (jernih)
Bau                       : tidak berbau
Rasa                     : manis diikuti rasa hangat
Penampilan          : cairan kental seperti sirup
Kelarutan
larut dalam  air dan etanol; agak larut dalam aseton; praktis tidak larut dalam benzena , kloroform, dan minyak ; eter 1 : 500; etil asetat 1 :11
Titik leleh
17,8o  C
Stabilitas
Gliserin merupakan senyawa yang higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa tetapi terurai pada pemanasan, dengan evaluasi akrolein beracun.
Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%) dan propylene glycol secara kimiawi tetap stabil.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah, sedangkan Kristal tidak meleleh hingga suhu 2080C.
Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, dalam tempat sejuk dan kering.
OTT
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat seperti trioksida kromium, potasium klorat, atau kalium permanganat. Perubahan warna hitam gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau pada kontak dengan seng oksida atau nitrat bismuth. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam glyceroboric,thatis asam lebih kuat dari asam borat.
(Handbooks of Exipient  edisi V hal 301-302)

BORAKS
Struktur
Sinonim
Natrii Tertaboras, Natrium Tetraborat
Struktur Molekul           
Na2B4O7.10H2O
Fungsi
Antiseptikum ekstern
Berat Molekul           
381,37
Pemerian

Penampilan          : hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Bau                       : tidak berbau
Rasa                     : rasa asin dan basa
*Dalam udara kering merapuh
Kelarutan
larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
      ( Farmakope Indonesia III. Hal. 427)

TEA
Sinonim
Triethanolamine, Trihydroxytretylamine, Tris (hydroxyethyl) amine
Struktur Kimia
 N (CH2CH2OH)3
Berat Molekul
149,19
Titik Lebur
20–210C
Pemerian

·         Bentuk      : cairan, higroskopis
·         Warna       : bening sampai kuning pucat
·         Bau           : amoniak lemah
Kadar Bahan Aktif
Campuran dari trietanolamin, dietanolamin, dan monoetanolamin. Mengandung tidak kurang dari  99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat saperti trietanolamin, N (C2H4OH )3
Kelarutan

·         larut dalam etanol 96%, larut dalam metanol, larut dalam air.
·         Ketika dicampur dalam proporsi equimolar dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, TEA membentuk anionik sabun dengan pH 8, yang dapat digunakan sebagai emulsifying agent untuk menghasilkan fine-grained, emulsi minyak yang stabil dalam air
OTT
golongan amin dan hidroksi
Khasiat
Alkalizing agent, emulsifying agen
Penyimpanan
harus disimpan dalam wadah kedap udara dilindungi dari cahaya, di tempat sejuk dan kering

BHT
BHT
Sinonim

Agidol; BHT; Dalfac, dibutyled hiydroxytoluene; embanox BHT; impruvol, lonol CP; Nipanox BHT.                            
Rumus Empiris

C15H24O
Rumus Struktur

Khasiat

Antioksidan
Pemerian

Warna: putih atau kekuningan
Bau: berbau khas faint
Penampilan : kristal padat atau serbuk
Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, gliserin, PG, larutan alkali hidroksida, dan larut dalam asam mineral, sangat muda larut dalam aseton, benzene, etanol  95 %, eter, methanol, toluene dan minyak minerak. lebih muda larut daripada BHA dalam minyak makan dan lemak.
Titik Didih

26,5 oC
Titik Leleh

70oC
Masa Jenis

1.031 g/cm3
Stabilitas

Rentan terhadap cahaya, lembab, dan panas menyebabkan discoloration dan aktivitas yang berkurang. harus disimpan dalam wadah tertutup baik, trlindung dari cahaya, pada tempat yang dingin dan kering.
inkompatibel

Inkompatibel dengan oksidasi agen seperti peroksida dan permanganat.  garam besi menyebabkab discolorasi dan berkurangnya aktivitas. pemanasan dengan katalis asam menyebabkan dekomposisi dengan pelepasan gas isobutena.


IV.    PERHITUNGAN
Extract                 =  
Minyak Kelapa     =

Asam Stearat       =

Gliserin                 =

Borax                   =

TEA                      =

BHT                      =

Parfum                 qs
Aqua ad                = 25 gram – (5+2,5+3,5+2,5+0,0625+0,25+ )
                             = 25 gram – 13,814375 gram
                             = 11,185625 ml =11,2 ml

V.     PROSEDUR KERJA
·         PEMBUATAN EKSTRAK
ü  Sampel kencur dicuci bersih dengan menggunaka air mengalir.
ü  Kemudian sampel dirajang tipis-tipis.
ü  Rajangan tersebut didestilasi selama 6 jam, dan didapatkan destilat kurang lebih 200 mL.
ü  Destilat dipartisi menggunakan eter (3X).
ü  Fase eter dipisahkan dari fase air.
ü  Fase eter didiamkan selam beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan yang terpisah yaitu minyak atsiri dan eter.
ü  Minyak atsiri diambil dan ditambhkan dengan Natrium Sulfat anhidrat hingga terbentuk endapan.
ü  Minyak atsiri disaring untuk menghilangkan endapan.
ü  Minyak atsiri didinginkan dalam lemari es sampai terbentuk kristal.

·         PEMBUATAN KRIM
ü  Alat dan bahan disiapkan.
ü  Bahan yang dibutuhkan ditimbang.
ü  Fase minyak (Asam stearat, minyak kelapa, BHT) dilebur pada suhu 70 0C.
ü  Fase air (Gliserin, borax dan sebagian aquadest) dipanaskan pada suhu 60 0C.
ü  Lumpang dipanaskan dengan cara memasukkan air panas kedalamnya.
ü  Fase minyak dan fase air dicampur didalam lumpang dan digerus hingga homogen.
ü  Ditambahkan TEA sedikit demi sedikit sambil digerus.
ü  Ditambahkan ekstrak kencur dan digerus sampai homogen.
ü  Setelah terbentuk massa krim ditambahkan parfum secukupnya.
ü  Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket.
VI.    SKEMA KERJA

VII.  HASIL PENGAMATAN
Hasil akhir sediaan

Nilai fluks eritema
No.
Panjang gelombang (l)
Absorban (A)
Transmitan
(T)
T * Fe
1
290
0,040
0,912
0,101
2
295
0,033
0,92
0,623
3
300
0,029
0,935
0,935
4
305
0,025
0,944
0,189
5
210
0,022
0,950
0,130
6
315
0,012
0,959
0,108
Total
2,095

Nilai fluks pigmentasi
No.
Panjang gelombang (l)
Absorban (A)
Transmitan
(T)
T * Fp
1
320
0,013
0,970
0,1046
2
325
0,008
0,980
0,099
3
330
0,004
0,990
0,0926
4
335
0,002
0,995
0,079
5
340
-0,002
1,0096
0,067
6
345
-0,005
1,0115
0,0576
7
350
-0,007
1,016
0,049
8
355
-0,010
1,023
0,046
9
360
-0,013
1,030
0,036
10
365
-0,016
1,037
0,032
11
370
-0,020
1,047
0,027
Total
0,689

Maka % Te  =
                     =
                     = 0,939
Maka % Tp  =
                     =  
               = 0,992

Kristal
Konsentrasi 40 ppm
Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks Eritema (Fe)
Nilai fluks eritema
(T x Fe)
290 nm
0,005
0,9885
0,1105
0,1136
295 nm
0,004
0,9120
0,672
0,6128
300 nm
0,003
0,9332
1
0,9332
305 nm
0,003
0,9332
0,2008
0,1873
310 nm
0,002
0,9549
0,1364
0,1302

T (transmitan) = Antilog-A

Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks pigmentasi (Fp)
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
320 nm
0,002
0,9954
0,1079
0,1074
325 nm
0,001
0,9977
0,102
0,1017
330 nm
0,000
1
0,0936
0,0936
335 nm
0,000
1
0,0798
0,0798
340 nm
0,000
1
0,0669
0,0669
345 nm
0,000
1
0,057
0,057
350 nm
0,000
1
0,0488
0,0488
355 nm
-0,001
1,0023
0,0456
0,0457
360 nm
-0,001
1,0023
0,0356
0,0356
365 nm
-0,001
1,0023
0,031
0,0310
370 nm
-0,001
1,0023
0,026
0,0601
375 nm
-0,001
1,0023
0,026
0,0601


Konsentrasi 80 ppm
Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks Eritema (Fe)
Nilai fluks eritema
(T x Fe)
290 nm
0,006
0,9862
0,1105
0,1089
295 nm
0,006
0,9862
0,672
0,6627
300 nm
0,005
0,9885
1
0,9885
305 nm
0,004
0,9908
0,2008
0,1989
310 nm
0,004
0,9908
0,1364
0,1351


Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks pigmentasi (Fp)
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
320 nm
0,003
0,9931
0,1079
0,1071
325 nm
0,001
0,977
0,102
0,0996
330 nm
0,000
1
0,0936
0,0936
335 nm
0,000
1
0,0798
0,0936
340 nm
0,000
1
0,0669
0,0936
345 nm
0,001
0,977
0,057
0,0556
350 nm
0,001
0,977
0,0488
0,0476
355 nm
0,000
1
0,0456
0,0456
360 nm
0,000
1
0,0356
0,0356
365 nm
0,000
1
0,031
0,031
370 nm
-0,001
1,0023
0,026
0,0260
375 nm
-0,001
1,0023
0,026
0,0260


Konsentrasi 120 ppm
Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks Eritema (Fe)
Nilai fluks eritema
(T x Fe)
290 nm
0,011
0,9749
0,1105
0,1077
295 nm
0,009
0,9794
0,672
0,6581
300 nm
0,007
0,9840
1
0,9840
305 nm
0,006
0,9862
0,2008
0,1980
310 nm
0,005
0,9885
0,1364
0,1348


Panjang gelombang
Absorbansi
Transmitan (T)
Fluks pigmentasi (Fp)
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
320 nm
0,002
0,9954
0,1079
0,1074
325 nm
0,001
0,9977
0,102
0,1017
330 nm
0,001
0,9977
0,0936
0,0933
335 nm
0,000
1
0,0798
0,0798
340 nm
0,000
1
0,0669
0,0669
345 nm
0,000
1
0,057
0,057
350 nm
0,000
1
0,0488
0,0488
355 nm
-0,001
1,0023
0,0456
0,0457
360 nm
-0,001
1,0023
0,0356
0,0356
365 nm
-0,001
1,0023
0,031
0,0310
370 nm
-0,002
1,0046
0,026
0,0261
375 nm
-0,003
1,0069
0,026
0,0261



VIII. PEMBAHASAN
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga  dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Efek nyata penyinaran matahari yang merugikan adalah eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan, penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang di atas 330 nm dapat menyebabkan kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat.
Pada praktikum kosmetologi kali ini, kami membuat sediaan tabir surya dalam bentuk sediaan krim dari ekstrak kencur. Kandungan kimia yang terdapat di dalam rimpang kencur diantaranya adalah pati, mineral, dan minyak astiri. Senyawa-senyawa yang berada dalam minyak atsiri ini diantaranya etil parametoksi sinamat (30%), etil sinamat, para metoksi stiren, sineol, penta dekana, borneol, kamphene. Etil para-metoksi sinamat (EPMS) yang diisolasi dari kencur inilah yang dapat berfungsi sebagai krim tabir surya pada basis minyak dalam air.
Keterangan:
1.   etil sinamat,
2.   etil p-metoksisinamat,
3.   p-metoksistiren
4.   karen
5.   borneol
EPMS  termasuk  dalam  golongan  senyawa  ester  yang  mengandung cincin  benzena  dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar. EPMS mengandung  senyawa aktif  yang ditambahkan pada lotion atau kulit ataupun pada bedak setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil  dari  ester  ini digantikan oleh oktil,  etil heksil, atau  heptil melalui  transesterifikasi maupun esterifikasi  bertahap.  Modifikasi  yang  dilakukan  diharapkan  mengurangi  kepolaran  EPMS sehingga  kelarutannya  dalam  air  berkurang  dan  hal  itu  merupakan  salah  satu  syarat  senyawa sebagai  tabir  surya.  Selain  untuk  mengurangi  tingkat  bahaya  terhadap  kulit,  EPMS  (bila terhidrolisa) akan  melepaskan  etanol yang bersifat karsinogenik terhadap kulit sedangkan hasil modifikasinya akan melepaskan alkohol dengan rantai lebih panjang yang tidak berbahaya.
Untuk mengambil ektrak dari kencur tersebut yang berupa minyak atsiri, kami menggunakan teknik destilasi. Sebenarnya proses pengambilan ekstrak minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu destilasi, ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap, penyarian dengan lemak padat, pemerasan dan penyarian dengan CO2. Destilasi itu sendiri tebagi menjadi 3 yaitu destilasi air, destilasi uap dan destilasi air dan uap. Kami memilih menggunakan teknik destilasi selain dikarenakan merupakan cara paling umum untuk pengambilan minyak atsiri, juga dikarenakan kami lebih menguasai teknik destilasi dibandingkan teknik lainnya serta tersedianya peralatan tersebut di laboratorium.
Langkah awal yang dilakukan adalah pengambilan ekstrak dari kencur. Kencur tersebut dicuci bersih dengan menggunakan air mengalir untuk menghilangka kotoran- kotoran atau zat-zat yang tidak dibutuhkan. Kemudian kencur dirajang tipis-tipis untuk mempermudah pengeluaran zat kandungan dari kencur tersebut. Rajangan tersebut didestilasi selama 6 jam, hingga didapatkan destilat kurang lebih 200 mL.
Setelah diperoleh destilat, lalu dipartisi menggunakan eter (3X), sehingga terbentuk dua lapisan yaitu fase eter dan fase air. Penggunaan eter ini digunakan untuk menarik minyak atsiri. Fase eter ini kemudian didiamkan selama beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan yang terpisah yaitu minyak atsiri dan eter. Minyak atsiri diambil dan ditambahkan dengan Natrium sulfat anhidrat hingga terbentuk endapan. Natrium sulfat anhidrat ini digunakan untuk menarik air yang masih terdapat dalam minyak atsiri. Endapan yang muncul menunjukkan bahwa minyak atsiri telah bebas dari air. Minyak atsiri disaring untuk menghilangkan endapan, lalu didinginkan dalam lemari es sampai terbentuk kristal.
Selanjutnya adalah pembuatan krim tabir surya. Pertama kami meleburkan asam stearat minyak kelapa dan BHT dalam cawan penguap. Campuran asam stearat ini merupakan fase minyak, sehingga diperlukan peleburan sebelum pencampuran lebih lanjut. Suhu peleburan ini berkisar antara 700 C – 750 C. Dalam cawan lain dilakukan pencampuran gliserin, borax, dan sebagian aquadest. Adapun borax sebelumnya sudah dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest. Kemudian dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak. Selanjutnya, fase air tersebut dicampurkan dengan fase minyak dan digerus konstan didalam lumpang yang telah dipanaskan.
Setelah campuran tersebut homogen, kemudian ditambahkan dengan trietanolamin (TEA) sebagai penetral pH . Selain itu juga TEA ini bertujuan untuk membentuk massa  krim karena merupakan emulsifying agent. kemudian ditambahkan ekstrak kencur ke dalam campuran tersebut sedikit demi sedikit dan digerus kembali hingga homogen. Penambahan ekstrak ini diakhirkan karena jika dimasukkan dalam proses peleburan seperti pada tahap awal, dikhawatirkan ekstrak tersebut akan menguap. Setelah terbentuk massa krim ditambahkan parfum sesuai selera.
Sediaan tabir surya ini merupakan salah satu sediaan kosmetik yang berbentuk krim. Krim merupakan sediaan emulsi yang terdiri dari fase minyak dan fase air. emulsi terbagi menjadi dua jenis yaitu emulsi minyak dalam air(O/W) dan emulsi asir dalam minyak(W/O). Sediaan tabir surya yang kami buat termasuk ke dalam jenis emulsi minyak dalam air karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit dari fase air.
Fase minyak yang diigunakan adalah minyak kelapa dan asam stearat. Minyak kelapa menjadikan sediaan ini lembut dan nyaman di kulit. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kulit kita lebih banyak terdiri dari lemak sehingga pemakaian sediaan berminyak pada kulit akan lebih mempermudah penetrasi ke dalam kulit dan menjadikannya nyaman digunakan. Asam stearat yang digunakan berfungsi sebagai peningkat viskositas sediaan, sehingga terbentuk massa krim yang agak kental.
Fase air yang digunakan adalah gliserin dan TEA. Gliserin ini berfungsi sebagai humektan yang menyebabkan sediaan lembut ketika digunakan di kulit. Sedangkan TEA merupakan alkalizing agent yang berfungsi sebagai pemberi suasana basa, dimana sebelumnya sediaan bersifat asam karena penambahan asam stearat. Selain itu, penambahan TEA menyebabkan sediaan membentuk massa krim. Dikarenakan sediaaan krim digunakan untuk topikal sehingga diperlukan penambahan anti mikroba dan anti oksidan. Anti mikroba yang kami gunakan adalah borax, sedangkan anti oksidannya adalah BHT.
Setelah diperoleh sediaan akhir, kami melakukan uji efektivitas tabir surya dengan menggunakan fluks eritema dan fluks pigmentasi. Sebanyak 1,25 gram sediian dilarutkan ke dalam etanol hingga 25 ml, lalu diencerkan kembaki hingga 25 ml. Larutan ini kemudian dilihat absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290 nm-375 nm. Setelah diperoleh nilai absorbansinya, kami memasukkannya ke dalam rumus % Te dan % Tp. Nilai % Te yang diperoleh adalah 0,939. Sedangkan nilai % Tp adalah 0,992.

% Te
% Tp
Kategori Penilaian Aktivitas
< 1
3 – 40
Sunblock
1 – 6
42 – 86
Proteksi ultra
6 – 12
45 – 86
Suntan
10 – 18
45 – 86
Fast tanning

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa % Te masuk ke dalam kategori sunblock, sedangkan %Tp tidak memiliki kategori apapun. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi EPMS yang berada di dalam kencur tersebut sangat sedikit. Walaupun kami menggunakan kristal yang terbentuk dalam minyak atsiri kencur, namun besar kemungkinan bahwa kristal tersebut tidak hanya mengandung EPMS melainkan juga senyawa lain seperti etil sinamat, p-metoksistiren dan lain-lain. Banyaknya senyawa lain yang terkandung dalam kristal tersebutlah yang menjadikan konsentrasi EPMS menjadi kecil sehingga kemunkinan tidak dapat memberikan efek sebagai tabir surya.
Untuk pengujian kristal, diperoleh bahwa baik % Te maupun % Tp kristal tersebut memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai pada krim sediaan. Yaitu %Te menunjukkan ke dalam kategori sunblock, sedangkan %Tp tidak memiliki kategori apapun.
Dari hasil evaluasi sediaan menunjukkan bahwa sediaan lembut dan nyaman ketika dioleskan pada kulit, sedangkan pH-nya adalah 7. Adapun viskositas dari sediaan ini tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
IX.    KESIMPULAN
1.    Ekstrak yang kami gunakan adalah kristal dari minyak atsiri
2.    Teknik pengambilan minyak atsiri teersebut menggunakan destilasi air
3.  Nilai % Te krim 0,939 menunjukkan adanya aktivitas sunblock. Sedangkan nilai % Tp krim adalah 0,992 menunjukkan tidak adanya aktivitas tabir surya
4.  Nilai %Te sediaan menunjukkan ke dalam kategori sunblock, sedangkan %Tp tidak memiliki kategori apapun.
5.  pH sediaan akhir adalah 7


X.     URAIAN TUGAS KELOMPOK

Nama
Tugas
Gian Pertela
Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
Zil Ardi
Membantu membuat sediaan
Mengevaluasi sediaan
Fakhrul Umam
Membantu membuat laporan
Membantu membuat sediaan
Ferry Indar A.
Membantu membuat sediaan
Membantu membuat laporan
M. Muwaffaq Zaky
Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
M. Ikhwan
Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Vol I : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia III : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia III Jakarta
Lieberman, Lachman . 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 2. UI press : Jakarta
Supinya, T., dkk,. 2005. Chemical components and biological activities of volatile oil of  Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin J. Sci. Technol. p503-507
Taufikkurohmah, T. 2005. Sintesis p-Metoksisinamil p-Metoksisinamat dari Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L) sebagai Kandidat Tabir Surya. Indo. J. Chem. p193 – 197.
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. 6th edition. Washington : American Pharmaseutical Association.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar