Mengenai Saya

Foto saya
tangerang, tangerang, Indonesia
ان اكون احسنهم خلقا ان اكون اوسعهم علم ان اكون اجملهم صورا ان اكون اكثرهم مالا
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SEDIAAN LIPSTICK


LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIKA
SEDIAAN LIPSTICK

Description: http://syopian.net/blog/wp-content/uploads/2008/08/logo-uin-baru.jpg
Disusun Oleh :
FARMASI VIB
KELOMPOK 1

Fakhrul Umam
Fery Indar Ardiansyah
Gian Pertela
M. Ikhwan Lukmanuddin
M. Muwaffaq Zaky
Zil Ardi

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


1.    Praformulasi Bahan Pembuatan Lipstick
R/
Cera alba                                                           6          g
Parafin Solid                                                      2          g
Ol. Ricini                                                            11, 25  g
Ol. Arachis                                                        3,75     g
Adeps Lanae                                                     0,25     g
Acid Boric                                                         0,75     g
Bahan pewarna alam                                             0,5       ml

Asam Borat
Sinonim
Boracic acid; boraic acid; borofax; boron trihydroxide; E284; orthohoboric acid; trihydroborene.
Rumus Formula dan Berat Molekul
H3BO2 61.83
HBO2 43.82
Rumus Struktur
H3BO2
Fungsi
Bahan pengawat; antimikrobial
Aplikasi pada Formulasi Farmasetik
Asam borat digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba pada sediaan tetes mata, produk kosmetik, salep, dan cream topikal. asam borat juga digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba dalam makanan
Organoleptis
Bentuk: serbuk krital higrokopis
Warna: putih, mengkilap tidak berwarna,
Bau: tidak berbau
Rasa: Agak asam dan pahit kemudian manis

Stabilitas dan penyimpanan
Asam borat bersifat higroskopis oleha karena itu harus disimpan dalam wadah yang kedap udara. wadah harus dilabel “ tidak untuk penggunaan dalam”.
Kelarutan
Mudah larut dalam etanol, eter, gliserin, air, minyak atsiri. kelarutan dalam air meningkat dengan penambahan hidroklorida, sitrat, dan asam tartat
Inkompatibilitas
Asam borat kompatibel dengan air, asam kuat dan logam alkali. asam borat akan bereaksi secara hebat dengan kalium dan asam anhidrat. asam borat juga membentuk kompleks dengan gliserin, yang merupakan asam kuat daripada asam borat.

OLEUM RICINI
Sinonim
:
Ricinoleum; ricinus communis; ricinus oil; tangantangan
Struktur molekul
:
C57O9H110
Khasiat
:
emolient, fase minyak
Pemerian
:
Warna            : jernih atau kuning pucat
Bau                : hampir tidak berbau
Rasa              : manis dan sangat sepat
Penampilan : cairan kental
Berat molekul
:
939.50
Titik Leleh   
:
120 C
Kelarutan
:
bercampur dengan kloroform, dietileter,etanol, asam asetat glasial, dan metanol; mudah larut dalam etanol ( 95 %) dan petroleum eter; praktis tidak larut dalam air, minyak mineral yang tidak dicampur dengan minyak nabati
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
OTT
:
dengan zat pengoksidasi kuat.




CERA ALBA
Sinonim
:
Malam putih
Khasiat
:
emolient, fase minyak
Pemerian
:
Warna            : putih atau putih kekuningan
Bau                : lemah khas madu, tidak tengik
Rasa              : tidak berasa
Penampilan   : lempeng atau potongan, butiran halus, serpihan bukan hablur
Titik Lebur   
:
62-640 C
Kelarutan
:
Larut dalam minyak atsiri dan minyak lemak, agak sukar larut dalam etanol (90%)P dan eter P, praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
OTT
:
dengan zat pengoksidasi kuat.

PARAFFIN SOLID
Sinonim
:
Hard wax; paraffinum durum; paraffin wax
Khasiat
:
Zat tambahan
Pemerian
:
Warna                        : putih atau tidak berwarna
Bau                : hampir tidak berbau
Rasa              : tidak berasa
Penampilan : padat, sering menunjukkan hablur.
Titik Leleh   
:
50-570 C
Kelarutan
:
Larut dalam kloroform P dan eter P, praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan
:
dalam wadah tertutup baik.
OTT
:
dengan zat pengoksidasi kuat.






Oleum Arachis
Sinonim
Minyak Kacang
Organoleptis
Bentuk: Cairan
Warna: Tidak berwarna atau berwarna kuning pucat
Bau: Khas
Rasa: Tawar

Kelarutan
Sangat sukar larut dalam etanol (95 %)P, dapat bercampur dengan kloroform P, eter P, karbondisulfida P.
Bobot Jenis
0,912-0,920
Bilangan Penyabunan
Antara 185-195
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 40oC
Kegunaan
Perawatan kulit dan pelarut

Adeps Lanae
Sinonim
Lemak bulu domba, lanolin ( FI IV hal. 57)
Cera lanae; E913; lanolina; lanolin anhydrous; protalan anhydrous; purified lanolin; refined wool fat. ( Excipient
Organoleptis
Bentuk: Semisolid
Warna: kuning
Bau: bau khas
Rasa: -
Kelarutan
Larut dalam benzena, kloroform, eter, dan minyak semangat, sedikit larut dalam etanol 95 %, lebih mudah larut dalam etanol mendidih (95%), praktis tidak larut dalam air.
Fungsi dan Penggunaan
Emulsifying agent; oinment base
Inkompatibilatas
Lanolin mungkin prooksidan, yang dapat mempengaruhi stabilitas beberapa obat yang aktif.
Stabilitas dan penyimpanan
Lanolin sacara berangsur-angsur dapat mengalami autooksidasi  selama penyimpanan. untuk menghambat proses ini, pemasukan butyl hidroksitoluen diperkenankan sebagai antioksidan. pencahayaan yang berlebihan atau pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan lanolin berwaran gelap dan membentuk bau tengik yang kuat. Bagaimana pun lanolin harus disterilkan dengan panas pada 150oC. salep opthalmic yang mengandung lanolin mungkin harus disterilisasi dengan filtrasiatau dengan penyinaran irradiasi gamma

2.     Penimbangan Bahan
Cera alba                                          g
Parafin Solid                           2            g
Ol. Ricini                                 11, 25   g
Ol. Arachis                              3,75      g
Adeps Lanae                           0,25      g
Acid Boric                               0,75      g
Bahan pewarna alam              0,5       ml

3.    Prosedur Kerja

Ø  Alat dan bahan disiapkan.
Ø  Bahan yang dibutuhkan ditimbang.
Ø  Bahan lilin (cera alba, paraffin solid, dan adeps lanae) dilebur diatas waterbath hingga suhu 75 0C …….. (M1).
Ø  Fase minyak (oleum riccini, oleum arachis,) dipanaskan hingga suhu 75 0C, kemudian dicampurkan pewarna alam (buah merah papua) ……. (M2).
Ø  M1 dan M2 dicampurkan di atas waterbath, diaduk hingga homogen.
Ø  Kemudian dimasukkan ke dalam cetakan lipstick secepatnya, dan tunggu hingga mengeras.
Ø  Setelah dingin dan mengeras, sediaan lipstick dikeluarkan dari cetakan, dimasukkan kedalam wadah, dan diberi etiket.

4.    Skema Kerja


5.    Hasil Sediaan
Description: G:\DSC_0299.JPG

6.    Evaluasi
·         Penampilannya kurang berwarna merah (memberikan warna jingga pada bibir).
·         Sediaan lipstick ini termasuk kategori keras.
·         Pemakainnya kurang nyaman karena berminyak

7.    Pembahasan

Lipstik merupakan sediaan kosmetik yang mengandung bahan essensial dari basis minyak-lilin yang cukup keras untuk dibentuk menjadi stik dengan zat warna celup tertentu. Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta tidak mengubah secara permanent kekurangan (cacat) yang ada. Zat warna tersebut dilarutkan atau didispersikan ke dalam minyak lalu dicetak serta dikemas dalam wadah.
Pada praktikum kosmetologi kali ini kami membuat sediaan lipstick . Fungsi lipstik ini adalah sebagai pewarna bibir dan pembentuk tekstur bibir yang mayoritas digunakan oleh wanita.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan lipstik ini berasal dari minyak dan lilin (wax). Paraffin solid dan Cera Alba merupakan sontoh dari wax tersebut. Fungsi penggunaan wax dalam sedian lipstik ini adalah untuk membentuk lapisan mengkilat detika digunakan pada bibir. Selain itu wax juga berfungsi untuk membentuk lipstick seperti penggunaan paraffin yang mampu mengeraskan lipstik. Parafin solid ini juga berfungsi untuk melindungi kulit dari kekeringan dan membuat warna lipstick lebih lama menempel pada bibir.
Minyak yang digunakan adalah oleum ricini dan oleum arachis. Minyak ini digunakan sebagai pelembab, sehingga mampu mengurangi efek kekeringan. Minyak yang paling sering digunakan dalam pembuatan lipstick berasal dari tumbuhan (nabati) seperti oleum ricini dan oleum arachis ini. Minyak nabati ini memiliki kelebihan dibandingkan minyak hewani yaitu lebih mampu melarutkan zat warna. Selain itu juga kami menggunakan adeps lanae yang berfungsi sebagai bahan pelicin sehingga membuat tekstur lipstick menjadi lebih lunak.
Pewarna yang kami gunakan adalah red papua oil yang tersiri dari buah merah, habbatssauda dan minyak zaitun. Dalam proses pembuatan lipstick ini, perwarna dilarutkan ke dalam campuran minyak nabati tersebut karena minyak nabati mampu melarutkan berbagai pewarna dengan baik.
Lipstick yang dihasilkan memiliki warna jingga. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dari pewarna buah merah papua yang digunakan. Sediaan lipstick tersebut kurang menghasilkan aroma dikarenakan tidak menambahkan pengaroma tetapi hanya. Sediaan akhir lipstick ini memiliki permukaan yang halus dan keras namun kurang memberikan warna . Sediaan lipstick ini juga sedikit berminyak yang kemungkinan disebabkan kurangnya fase lilin (wax).
8.    Kesimpulan
ü  Lipstik adalah sediaan kosmetik yang mengandung bahan essensial dari basis minyak-lilin yang digunakan pada kulit bibir
ü  Zat warna yang digunakan adalah buah merah papua.
ü  Sediaan akhir lipstick memiliki permukaan yang halus dan keras namun kurang memberikan warna.
ü  Sediaan lipstick ini juga berpenampilan sedikit berminyak.

9.    Uraian Tugas Kelompok
Nama
Tugas
Gian Pertela
Membantu membuat laporan
Membantu membuat sediaan bahan
Zil Ardi
Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
Fakhrul Umam
Membantu membuat laporan
Membantu membuat sediaan
Ferry Indar Ardiansyah
Membantu membuat sediaan
Mengevaluasi sediaan
M. Muwaffaq Zaky
Membantu membuat sediaan
Mengevaluasi sediaan
M. Ikhwan L.
Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Vol I : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia III : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia III Jakarta
Lieberman, Lachman . 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 2. UI press : Jakarta
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. 6th edition. Washington : American Pharmaseutical Association.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar