Melalui medical representative (medrep), perusahaan farmasi membujuk
habis para dokter. Iming-iming hadiah, insentif, hingga bonus wisata
bersama keluarga menjadi senjatanya. Targetnya, sang dokter mau
meresepkan obat produknya kepada para pasiennya.
Sore itu, sebuah surat elektronik eksekutif terima dari seorang
sumber yang berada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pengirim e-mail
itu adalah seorang dokter yang memang ekskutif minta untuk menceritakan
pengalamannya seputar praktik kongkalikong antara medical representative
(medrep) sebuah perusahaan farmasi dengan sebagain dokter di rumah
sakit tempat ia bekerja.
Dalam surat elektronik tersebut, sang dokter yang menolak disebutkan
identitasnya ini menceritakan banyak hal. Namun, di awal suratnya itu,
ia menegaskan bahwa dirinya bukan bagian dari dokter yang mudah “dirayu”
oleh para medrep yang acap mendatanginya untuk mempromosikan obat yang
mereka tawarkan. “Saya berusaha untuk profesional. Saya khawatir ini
jadi tidak berkah,” tulis sumber tersebut.
Sumber ini
menceritakan, beberapa waktu yang lalu ia menerima telepon dari seorang
teman sejawat (sesama dokter) yang juga bekerja di rumah sakit tempat ia
praktik. Temannya itu mengabarkan sedang berada di Jakarta, menginap di
salah satu hotel berbintang lima, karena sedang mengikuti kongres yang
disponsori oleh salah satu perusahaan farmasi besar yang berkantor pusat
di Jakarta.
“Dengan bangga dia cerita ke saya, betapa baiknya si perusahaan tersebut. Mau membiayai seluruh perjalanannya
dari kota yang jauh, menginapkannya bersama seluruh keluarganya di
hotel berbintang. Bahkan, memberikan uang saku bagi istrinya untuk pergi
berbelanja ke mal, selagi dia mengikuti kongres,” kata sumber ini.
Belum
lagi, lanjut e-mailnya, temannya itu mendapat bingkisan berbagai pernak
pernik dan souvenir berhias logo perusahaan farmasi yang mesponsorinya
itu untuk dibawa pulang ke kampungnya di Makassar. “Dia juga memuji-muji
produk obat baru yang dipromosikan perusahaan tersebut, yang menempati
satu sesi presentasi khusus dalam kongres itu,” tambahnya.
Mendengar
kisah bangga teman sejawatnya itu, bukan ikut merasakan senang. Ia
malah mengaku prihatin dengan perubahan kawan seprofesinya itu. Sumber
ini bahkan berseloroh, dulu kawannya itu dikenal berhati lugu, namun
kini hatinya sudah berlogo perusahaan farmasi yang mensponsorinya itu.
Sumber
ini mengakui, bahwa obat-obatan produk perusahaan yang mensponsori
temannya itu kini cukup banyak masuk ke rumah sakit tempat ia bekerja.
“Saya yakin, teman saya itu tidak ragu untuk menuliskan resep obat-obat
itu untuk para pasiennya, meskipun saya sendiri tidak pernah melihat
langsung,” ujarnya.
Sumber eksekutif ini juga mengakui, bahwa
hampir seminggu sekali dirinya didatangi para pekerja farmasi yang juga
dikenal dengan detailer ini. “Hampir semua dokter di rumah sakit saya
sering didatangi medrep. Kadang penampilan mereka seperti selebritis
saja,” tambahnya.
Kisah di atas, hanyalah satu dari sekian banyak
praktik “perselingkuhan” antara dokter dengan perusahaan farmasi. Para
medrep atau detailer dengan bendera perusahaannya melancarkan strategi
pemasaran yang sangat agresif dan jitu. Siapa yang bisa memaksa pasien
membeli obat tertentu, kalau bukan tangan dokter yang menuliskannya di
kertas resep?
Tak banyak orang awam yang menyadari bahwa persaingan di industri
obat sebetulnya cukup alot, mulai dari biaya riset yang mahal hingga
aturan harga obat yang tidak boleh dibandrol terlalu mahal karena bisa
merongrong kocek pasien. Akibatnya, produsen farmasi yang tidak sabar,
menggaet dokter untuk ikut membantu memasarkan obat kepada pasien.
Sebagai
balasannya, dokter kerap diberikan sponsor untuk berlibur bersama
keluarga yang berkedok pertemuan ilmiah, bahkan ada produsen obat yang
terang-terangan memberikan komisi. Cara seperti ini, tampaknya sudah
menjadi tahu-sama tahu antara dokter dan produsen obat.
Untuk
memastikan lebih jauh tentang fenomena praktik “perselingkuhan” di dunia
kesehatan ini, eksekutif juga menggali informasi dari beberapa sumber
lain yang juga seorang medrep. Dari beberapa medrep yang ditanayi,
ternyata jawaban mereka hampir sama. “Ya, memang begitulah praktik kami
selama ini,” ujar seorang medrep kepada eksekutif.
Medrep Memiliki Data Dokter
Fungsi medrep atau detailer sesungguhnya sebagai agen penjualan obat ethical kepada target pasar, yakni apotek
dan rumah sakit. Tugas mereka jelas, memperkenalkan produk, baik dari
sisi fungsi, manfaat, maupun efek samping, karena produk itu memang
tidak diiklankan.
Namun, peran mereka rupanya dari waktu ke waktu makin bergeser. Tidak
lagi sekadar agen obat, melainkan juga fasilitator untuk banyak
kepentingan, baik dari sisi dokter atau rumah sakit maupun dari sisi
produsen. Mereka bekerja untuk mempertemukan dua kepentingan yang sama:
uang.
Pambagiyo, seorang dokter yang berpraktik di salah satu rumah sakit
di Jakarta Selatan menyebutkan, praktik yang dijalankan medrep
seolah-olah sangat wajar. Misalnya, memperkenalkan produk dengan membawa
makanan kecil ke apotek atau rumah sakit. Perkenalan diteruskan dengan
bincang-bincang intens menyangkut hobi dan kesukaan dokter. Tidak
ketinggalan, kadang medrep meminta apotek membeli obat yang
direkomendasikan dengan iming-iming diskon, atau bahkan menjanjikan
setengah penjualan obat itu untuk apotek.
Hebatnya lagi, medrep tidak membiarkan apotek bekerja sendiri dengan
menunggu pembeli. Lewat medrep pula, perusahaan farmasi mendorong dokter
atau rumah sakit di sekitar apotek untuk meresepkan obat yang sama.
“Saya melihat, cara kerja medrep rapi sekali, semua dibantu dan
diuntungkan, kecuali konsumen,” ujar seorang sumber eksekutif ini.
Dokter
spesialis ini mengatakan, medrep sekarang makin blak-blakan dan
bergerak cepat. “Mereka kadang tanpa ragu-ragu minta ‘bantuan’ para
dokter untuk diresepkan produknya,” ujarnya.
Namun, bak seorang agen
rahasia, kadang ada juga seorang medrep yang datang dengan sejumlah
data. Biasanya medrep sudah mengantongi data lengkap pasien yang
berkunjung ke dokter, tempat praktik, dan informasi tentang keluarga si
dokter. “Jadi, rupanya, diam-diam mereka mengamati saya,” imbuh dokter
spesialis penyakit dalam ini.
Menurut pengakuan seorang medrep sebuah perusahaan farmasi lokal di
Jakarta, bagi dokter yang dianggap unggulan, karena memiliki potensi
pasien besar, digunakan pendekatan yang lebih seru, yakni mengundang
jamuan makan malam. Namun, pada pertemuan informal itu, seorang medrep
tak sendiri menemui. “Biasanya, saya ditemani seorang manajer atau
bahkan manajer senior,” ujarnya.
Pertemuan itu dimaksudkan untuk langsung mempromosikan keunggulan
obat dan hitung-hitungan reward yang bakal diberikan. Di pertemuan ini
mereka bicara blak-blakan, tanpa malu-malu. Seperti bernegosiasi. “Ada
juga negosiasinya berupa terima insentif bulanan dari pabrik obat yang
bersangkutan,” sumber pria yang sudah lima tahun lebih bekerja di
perusahaan farmasi ini.
Masih menurut dokter Pambagiyo, dari pengalamannya selama didekati
orang farmasi, ia “memuji”, perusahaan farmasi kini makin “pintar”
memilih iming-iming hadiah. Seperti yang ia pernah alaminya beberapa
tahun lalu, tiba-tiba ia mendapat bonus laptop merek Toshiba dengan
spesifiksi tinggi dengan ucapan “Selamat Tahun baru dan terima kasih
telah membantu mereka. “Buat saya ini agak aneh, bagaimana mereka bisa
tahu kalau anak saya sedang membutuhkan barang ini untuk mengerjakan
tugas-tugas kuliahnya. Padahal, saya tidak pernah menceritakan kalau
saya mau membelinya buat anak saya,” ujarnya keheranan.
Seorang mantan medrep senior sebuah perusahaan farmasi asing juga
mengaku tidak heran dengan taktik medrep tersebut. Menurutnya, amat
mudah melacak kebutuhan keluarga dokter. Dalam hal ini, yang penting
adalah hitung-hitungan bisnis. “Selama permintaan atau kebutuhan itu
sesuai dengan bujet, hadiah dalam bentuk apa pun tidak masalah,”
katanya.
Bak Buah Simalakama
Fenomena praktik
“perselingkuhan” juga diakui praktisi bisnis farmasi di Jakarta
Kendrariadi Suhanda. Namun, menurut Ketua Umum Pharma Materials
Management Club (PMMC) ini, umumnya mereka menyembunyikan masalah ini,
karena berisiko jika ketahuan.
Untuk mencegah terjadinya praktik “perselingkuhan” ini, menurut
Kendrariadi, dibutuhkan komitmen dari semua pihak baik dari para dokter
maupun perusahaan farmasi. Jika praktik kotor ini dibiarkan, maka yang
jadi korban adalah konsumen dalam hal ini masyarakat. “Obat jadi mahal,
karena biaya “promosi” tadi itu kan cukup mahal, yang akhirnya
perusahaan akan membebankan pada konsumen,” ujarnya.
“Perselingkuhan” antara dokter dan produsen obat-obatan memang bak
buah simalakama. Di tingkat perusahaan, manajemen mencoba untuk mencegah
tidak terjadinya praktik melanggar etik itu, namun di level bawah
(medrep) kadang berjuang untuk mendapatkan sale. “Itulah fakta yang
terjadi selama ini,” tambahnya.
Ketua Majelis Kode Etik Gabungan
Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) M. Syamsul Arifin menyebutnya ini
bukan fenomena baru, tetapi sudah lama terjadi. Namun ia mengatakan,
data pelanggaran etik perusahaan farmasi anggota GPFI, dari 200
perusahaan farmasi tidak sampai 5% yang melakukan pelanggaran ini dan
ditangkap. “Tapi, kami tidak bisa langsung memberi sanksi, karena yang
kita tangkap itu, kebetulan istilahnya maling-maling kecil. Paling kita
kasih peringatan atau pembinaan. Tapi kalau kasusnya besar, maka harus
diproses. Itu kesepakatan GP Farmasi dengan IDI (Ikatan Dokter
Indonesia),” ujarnya kepada eksekutif.
Kebutuhan perusahaan
farmasi terhadap medrep cukup besar. Menurut Kendrariadi, keberadaan
medrep merupakan ujung tombak untuk mengenalkan produk farmasi baik
kepada dokter maupun apotek. Untuk menjadi seorang medrep, disukai
berlatar belakang pendidikan farmasi atau apoteker. Pasalnya, seorang
medrep dituntut menguasai bidang farmasi, khususnya jika untuk
berhadapan dengan para dokter dan mengenalkan obat-obatan produk baru.
“Kalau
dulu, perusahaan farmasi biasanya menggunakan obat sample. Tapi
sekarang tidak boleh, karena banyak disalahgunakan. Sample yang mestinya
diberikan gratis itu dikumpulkan lalu dijual oleh oknum medrep ke
pasar-pasar obat,” ujarnya.
Maraknya praktik persekongkolan antara
dokter dan perusahaan farmasi melalui medrep, akhirnya membuat Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) dan GP Farmasi Indonesia merasa perlu untuk
membuat kesepakatan bersama pada tahun 2007 lalu, di Kementerian
Kesehatan.
Ada tujuh poin yang disepakati yang ditandatangani kedua organisasi
ini. Di antaranya: dokter dilarang menjuruskan pasien membeli obat
tertentu, karena dokter telah menerima komisi dari perusahaan farmasi;
dukungan perusahaan farmasi pada pertemuan ilmiah dokter tidak boleh
dikaitkan dengan kewajiban mempromosikan atau meresepkan suatu produk;
perusahaan farmasi dilarang memberikan honorarium kepada dokter untuk
menghadiri pendidikan kedokteran (kecuali jika menjadi moderator);
donasi pada profesi kedokteran tidak boleh dikaitkan dengan penulisan
resep atau penggunaan produk perusahaan tertentu; dan beberapa poin
kesepakatan lainnya.
Permasalahannya, dengan adanya kesepakatan ini, apakah akan
meredupkan praktik-praktik culas para perusahaan farmasi dalam
mempromosikan produknya? Tidak ada jaminan, memang. Semua dikembalikan
pada kejujuran dan perilaku para dokter sebagai tempat mengeluhnya para
pasien dan para produsen obat sebagai pemasok kebutuhan produk
kesehatan. (*)
Apoteker PUSDOKKES (Pusat Kedokteran dan Kesehatan) POLRI, Jakarta.
Sebagai bagian dari lulusan Fakultas Farmasi UMS, saya bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan dari FF UMS, institusi ini membekalkan ilmu yang berpotensi dan bermanfaat untuk masa depan dan dunia kerja Saya saat ini. Alhamdulillah, berbagai fasilitas laboratorium dan kesempatan dalam penelitian yang ditawarkan waktu kuliah di FF UMS memperkaya dan mengasah kemampuan Intelektual saya dan sangat membantu dalam dunia kerja saya saat ini.
Disamping itu, staf dosen yang ramah dan bersahabat membuat mahasiswa nyaman untuk berdiskusi mengenai berbagai hal untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan.
Pesan saya, “Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?”
Senior Product Executive, Product Management PT. Pharos Pharmaceutical Industry, Indonesia.
Selama saya kuliah di Fakultas Farmasi UMS, banyak sekali hal-hal positif yang saya rasakan. Disana saya bisa mengembangkan pribadi saya untuk menjadi lebih baik, melalui dua kegiatan utama. Pertama, kegiatan perkuliahan, berupa teori dan praktikum, dengan metode ceramah, tugas, diskusi, presentasi, ataupun studi kasus. Tentu saja dipandu oleh staf pengajar yang kompeten dengan pendidikan dan pengalaman luas baik dari dalam maupun luar negeri serta ditunjang oleh fasilitas yang lengkap. Kedua, kegiatan kemahasiswaan, berupa kegiatan eksekutif, penelitian, seni dan kewirausahaan, dimana mahasiswa dapat mengeksplorasi minat dan bakat yang dimiliki. Pada tahun 2008, beberapa hari setelah dinyatakan lulus program S1, melalui rekruitmen dari beberapa perusahaan farmasi yang diadakan di kampus, saya diterima di salah satu perusahaan besar farmasi seperti yang saya cita-citakan, dan menjabat sebagai posisi sekarang.
Saya yakin dengan prestasinya sekarang ini, insyallah ke sekarang dan di masa yang akan datang, Farmasi UMS dapat mencetak lulusan-lulusan terbaik yang mampu menjawab tantangan kebutuhan akan Pharmacist yang profesional dan berkualitas.
Apoteker PNS/Staff laboratorium pengujian produk terapetik dan Napza National Agency for Food and Drug (NCFDA)/Balai POM RI Semarang.
Saya sangat bangga menjadi bagian dari Fakultas Farmasi UMS. Bagi saya Fakultas Farmasi UMS Merupakan tempat yang tepat untuk menggali potensi diri serta mengembangkan kepribadian. Alhamdulillah, dari Fakultas Farmasi UMS saya mendapatkan bekal yang sangat banyak untuk menyongsong masa depan yang gemilang. Besar harapan saya agar Fakultas Farmasi UMS menjadi semakin baik dan maju lagi. Saatnya kita sejajarkan diri dengan Fakultas Farmasi Universitas ternama lainnya. Saya yakin kita bisa, karena saya telah membuktikan bahwa kita mampu, kita bisa dan kita layak diperhitungkan.
Apoteker Staff QA PT NIPPRO Pharmaceutical Industry.
Saat ini saya bekerja di salah satu industri farmasi PMA Jepang sebagai staf QA. Soal Fakultas Farmasi UMS. Mmmmm.. banyak memori yang masih tersimpan hingga sekarang, dari suasana kuliah yang enjoy…mahasiswa-mahasiswa yang makin kreatif dan aktif…. dosen-dosen pengajar yang friendly….. staf laboratorium….. staf TU….. dan staf lain yang selalu memberi kenangan-kenangan tersendiri. Fakultas Farmasi UMS sekarang pun sudah terakreditasi A dan saya dengar akan mengejar untuk dapat akreditasi ISO…….salut dah….dan Saya berharap akan selalu memberi lulusan yang makin berdaya saing dan mampu sejajar dengan lulusan Farmasi dari Universitas lain yang lebih wahid duluan. Saya hanya memberi pesan pada adik-adik penerus Fakultas Farmasi UMS, agar benar-benar semangat dalam kuliah karena hal itu yang akan membentuk karakter kita yang sebenarnya pada saat kita terjun langsung di dunia kerja khususnya dunia kerja farmasi baik di Apotek, Rumah Sakit ataupun Industri obat nantinya. Tapi juga perlu di ingat jangan kita cuma “smart” di mata kuliah, tapi kita juga harus “smart” dalam komunikasi, karena tanpa “smart” dalam komunikasi tidak akan bisa jalan hasil “smart” dari mata kuliah yang sudah ada dalam otak kita. Tunjukkan kita mampu dan “PD” dalam segala hal karena itu salah satu kunci sukses dalam berkarir.
Untuk fasilitas Fakultas Farmasi UMS Saya berharap juga semakin maju dan semakin lengkap dalam menunjang kegiatan mahasiswa baik dari segi formal maupun non-formal agar mahasiswa semakin maksimal dalam memperoleh ilmu yang diberikan. Saya rasa cukup testimoni saya tentang Fakultas Farmasi UMS…… Saya bangga menjadi lulusan Fakultas Farmasi UMS dan sangat berterimakasih pada dosen-dosen pengajar saya sehingga dapat membentuk karakter Saya seperti sekarang ini dan Saya berharap Fakultas Farmasi UMS kedepannya semakin maju, modern,profesional, dan Islami…….dan memberi lulusan-lulusan yang membanggakan.
Apoteker Supervisor R & D PT Promedrahardjo Pharmaceutical Industry.
Pernah menimba ilmu di fakultas farmasi UMS memberikan pengalaman hidup serta kompetensi ilmu yang teramat saya syukuri. Di UMS saya tidak sekedar mendapatkan pembelajaran ilmu farmasi secara kompeten, namun saya juga mendapatkan bekal nilai moral & spiritual yang sangat berharga. Alhamdulillah tidak lama setelah lulus dari program profesi apoteker UMS, saya diterima bekerja sebagai supervisor R&D pada sebuah perusahaan farmasi nasional (PT.Promed). Di dunia kerja, saya merasa mampu dan sudah memiliki bekal kompetensi yang cukup sehingga saya selalu merasa percaya diri ketika harus berinteraksi dengan lulusan universitas lain yang seperti dari ITB maupun UGM.
PT ASKES Center RSUD Kab. Temanggung, Jawa Tengah.
Saat menjadi mahasiswa saya berhasil mendapat beasiswa dari suatu perusahaan nasional. Periode 2007-2008 dan menjadi salah satu wakil untuk berjuang mengikuti PIMNAS Ke XXII di Malang 2009 sebagai penyaji tingkat nasional. Itu merupakan suatu kebanggaan dan bukti bahwa fakultas kita mampu bersaing dengan fakultas-fakultas dari universitas negri/swasta ternama yang lain yang ada di Indonesia. Pada tingkat studi apoteker, Alhamdulillah, saya sudah dipercaya menjadi staf pengajar di suatu SMK Farmasi. Ini juga membuktikan bahwa alumni kita mampu bersaing didunia kerja dan kesempatan itu masih terbuka lebar.
“Jangan bangga dengan almamatermu, Tapi banggakan almamatermu” itu merupakan prinsip yang saya pegang sampai hari ini. Terimakasih Universitas Muhammadiyah Surakarta, Terimakasih Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Semoga tetap Profesional dan Islami.
Apoteker penanggung jawab PBF PT Rifanti Asti Sorong.
Dari dulu saya memang bercita-cita menjadi seorang apoteker terinspirasi ketika kami diberi tugas oleh guru biologi waktu kelas 2 SMU membeli cairan HCL 0,05% 250 mL Di apotek untuk persiapan pratikum selanjutnya (berhubung ketika itu persediaan di sekolah habis). Di apotek kami dilayani oleh seseorang yang memperkenalkan diri sebagai apoteker dan melayani kami dengan ramah. semenjak itu saya kagum dengan profesi apoteker. Awal memilih fakultas farmasi UMS mulanya diperkenalkan saudara yang mengatakan lulusannya tidak kalah bersaing didunia kerja dengan universitas lain. Akhirnya saya penasaran dan mencoba masuk fakultas farmasi UMS tahun ajaran 2005/2006 dengan nim K100 050 050.
Ada beberapa pengalaman yang paling berkesan waktu kuliah yang membuat saya merasa tidak menyesal dan bangga kuliah di fakultas farmasi UMS, diantaranya adalah ketika saya mengambil skripsi tentang uji sitotoksik, walaupun saya jurusan farmasi pelayanan rumah sakit tetapi dosen - dosen pembimbing memberikan kesempatan bagi saya untuk mencoba dan dengan sabar membimbing kelompok kami. ada beberapa dosen selain dosen pembimbing yang bermurah hati memberikan masukan ilmu dan pendapat ketika kami menkonsultasikan kripsi kami. terimakasih y dosen - dosen ku..:)
Bahkan, fakultas pun memberikan bantuan dana untuk skripsi ini. terimakasih fakultasku. :), pernah diberikan kesempatan menjadi salah satu anggota standarisasi tanaman obat seingat saya pertamakali didanai BPOM untuk fakultas farmasi UMS. pada penyeleksian pihak fakultas menurut saya benar -benar adil karena memberikan kesempatan bagi mahasiswa baik dari jurusan sains dan pelayanan kefarmasian, bahkan memberikan kesempatan bagi kami yang belum pernah menjadi asisten praktikum.
Untuk menjaga kualitas pihak fakultas tidak tanggung-tanggung bekerjasama dengan beberapa RS tipe A untuk tempat pembelajaran bagi mahasiswa PKPA (praktek kerja profesi apoteker). ketika PKPA saya di rumkital (RS AL) surabaya disana saya mendapat gambaran pengalaman yang membuat kami nantinya tidak kaget setelah lulus dan bekerja. terimakasih pihak fakultas atas pilihan tempat PKPA bagi kami. :)
Ada salah satu dosen yang sebelum memulai kuliahnya, memberikan kami nasehat dan pencerahan sejenak tentang hubungan kita dengan Allah, orang lain dan lingkungan sekitar kita. beliau memberikan nasehat yang bahasanya amat sangat sederhana dan menjadi bahan renungan bagi kami untuk selalu mengamalkan ilmu kami tanpa melupakan beribadah kepada yang maha esa dan tetap hidup bersosialisasi dengan baik antar sesama manusia dan lingkungan sekitar kita.
Alhamdulillah setelah lulus saya, mendapat pekerjaan di PT Rifanti Asti Sorong sebagai apoteker penanggung jawab PBF tersebut. Alhamdulillah lagi, ilmu- ilmu yang saya dapat ketika kuliah ternyata diterapkan pada pekerjaan ini terutama mengenai manajemen kefarmasian (perencanaa,pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat) dan regulasi yang harus ditaati. Terimakasih y Allah telah memberikan saya kesempatan untuk kuliah di fakultas farmasi UMS.dan saya berharap Fak farmasi UMS semakin maju dan berkembang. Amin.
Apoteker PNS National Agency for Food and Drug (NCFDA)/BPOM Jakarta Angkatan 1/1999 dan lulusan pertama.
Perkembangan yang begitu pesat di FF UMS hingga kini FF UMS telah terakreditasi A. Dosen yang selalu diasah basis ilmu dan skillnya, sehingga memiliki visi dan memiliki kapabilitas tinggi, cukup banyak sekarang yang dikirim S-3 di luar negeri. Sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan belajar maupun penelitian mahasiswa. Saya tahu kurikulum selalu menyesuaikan dengan kebutuhan stakeholder. Kerjasama dengan instansi lain seperti Apotek, Rumah Sakit, Industri, maupun Pemerintah sebagai tempat praktek kerja profesi memberikan nilai tambah bagi mahasiswa. Suasana kampus farmasi yang kondusif dan islami. Memberikan semangat untuk terus memacu mahasiswa menjadi farmasis yang handal dan profesional.Sebagai mahasiswa angkatan dan lulusan pertama, saya merasa bangga dengan FF UMS. Ketika waktu itu masih dalam status terdaftar, akan tetapi kompetensi dan skill individu yang terus dibangun oleh pihak fakultas sehingga lulusan siap bersaing dengan PT yang lain dalam memasuki dunia kerja.
Apoteker PNS/Staf National Agency for Food and Drug (NCFDA)/BPOM RI Jakarta, direktorat penilaian obat tradisional
Alhamdulilah, Allah memberikan kesempatan saya untuk kuliah di Fakultas Farmasi UMS...walaupun masuk ke farmasi bukan cita-Cita saya..namun lama kelamaan saya mencintai dunia farmasi. Kini Farmasi UMS sangat membanggakan dan berkembang sangat pesat dlam kurun waktu yang singkat..semua itu tidak lepas dr ridho Allah SWT tentu kinerja para dosen, laboran, staf dan mahasiswa farmasi ums sendiri... Di kampus inilah saya terasah ilmu dan ketrampilan saya sehingga bermanfaat untuk meraih cita sya, bertemu dosen-dosen yang hebat, laboran dan staf yang bersahabat serta teman2 yang selalu mendukung dan menemani saya.
Dosen Farmasi STIKES Muhammadiyah Banjarmasin (mantan finalis mahasiswa teladan Nasional)
Bagi saya, menjalani kuliah di fakultas farmasi UMS, adalah salah satu perjalanan hidup yang sungguh berarti bagi saya. Selama kuliah, saya beberapa kali mengikuti event karya ilmiah mahasiswa, baik tingkat lokal, propinsi atau nasional, dan selama itu pula, saya selalu merasakan dukungan bapak & ibu dosen, juga bapak & ibu laboran,baik ilmu, wawasan, waktu yg begitu banyak saya minta dari beliau beliau, support, semangat, juga kritik yang membuat saya maju…. Kepedulian yang bila saya ingat sekarang…terasa selalu manis (terima kasih untuk semua bapak, ibu dosen, serta bapak ibu laboran). Saya masih ingat, dan selalu ingat, walaupun menjadi mahasiswa di fakultas farmasi jelas penuh dengan kesibukan kuliah dan praktikum, tetapi banyak diantara kami, yang berhasil mengalokasikan waktu kami yg berharga, di beberapa organisasi kemahasiswaan, yang sungguh tumbuh subur di fakultas farmasi. . Saat saya masih kuliah, fakultas farmasi memiliki beberapa organisasi mahasiswa, wadah bagi para mahasiswa untuk berperan. Inilah yang menjadi kebanggaan saya akan fakultas farmasi UMS, tidak hanya focus dengan akademis, kegiatan organisasi pun, telah merasakan support yang berarti dari fakultas. Kebanggaan saya akan fakultas farmasi UMS, tidak hanya karena fasilitas lab dan kenyamanan proses belajar tetapi lebih karena fakultas tempat saya menimba ilmu, memberikan banyak inspirasi bagi saya untuk berkembang, dan sekarang...memberikan inspirasi bagi saya untuk mengembangkan prodi dimana saya sekarang mengajar.
Apoteker PNS/ Balai Besar Pemariksaan Obat dan Makanan (POM) RI Banjarmasin.
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur sebagai alumni Fakultas Farmasi UMS. Di kampus ini banyak sekali ilmu dan ketrampilan yang saya dapatkan. Sebagai angkatan pertama saya ikut merasakan bagaimana kesungguhan para dosen dan civitas akademika dalam membangun Fakultas Farmasi UMS yang sekarang sudah terakreditasi sangat baik A. Salut untuk bapak ibu dosen dan laboran dalam pencapaian terbaik dalam waktu yang sangat cepat. Di kampus ini pula banyak sekali pengalaman berorganisasi (soft skill) yang kami dapatkan sehingga mendukung pekerjaan pasca lulus. . Sepanjang yang kami ketahui, Fakultas Farmasi UMS lah yang mempunyai organisasi mahasiswa yang banyak dan lengkap, hampir semua kompetensi yang dibutuhkan ada semua. Dukungan dan pembinaan fakultas kami itu semoga makin baik.