LAPORAN
PRAKTIKUM PRAKTIKUM KOSMETOLOGI
PEMBUATAN SABUN
PADAT TRANSPARAN (NO EXTRACT=
Hari / tanggal
: Kamis, 05 April 2012
Kelompok
: 6 B
Nama kelompok:
- Farichah Mansurah (109102000050)
- Indah Fadlul Maula (109102000037)
- Leliana Nurul Wachidah (109102000052)
- Migi Febri Arini (109102000039)
- Nurul Robiatul Adawiyah (109102000056)
Formula :
Oleum
cocos 15,5 %
Olive
oil 5 %
As.stearat
9 %
NaOH
30 % 18,5 %
Sukrosa
7,5 %
Etabol
95 % 10 %
Na
EDTA 0,12 %
Aqua
ad 100%
PENIMBANGAN BAHAN
·
Oleum cocos =
·
Olive oil =
·
As.stearat =
·
NaOH 30 % =
·
Sukrosa =
·
Gliserin =
·
Etanol 95 % =
·
Na EDTA =
·
Aqua ad =
100 ml – (15,5+5+9+18,5+10+15+10+0,12)
=
100 ml – 83,12
=
16,88 ml
PROSEDUR KERJA
1. Asam
stearat, Oleum cocos dan Olive oil dilebur di atas water bath pada suhu 600-800C
(M1)
2. Campuran
M1 ditambahkan NaOH dan diaduk hingga homogeny.
3. Sukrosa
dicampur dengan Na EDTA yang telah dilarutkan dalam air (M2)
4. Gliserin
dimasukkan dan campuran M2 ditambahkan ke dalam campuran sebelumnya (M1+NaOH),
dicampur pada suhu 50-600C.
5. Apabila
telah homogen, ditambahkan etanol dan parfum diaduk homogeny sampai terbentuk
massa yang transparan dan kalis.
6. Dituang
ke dalam cetakan
SKEMA KERJA
HASIL SEDIAAN
Sabun dilihat dari atas
|
|
Sabun dilihat dari samping
|
|
Evaluasi Organoleptis :
Warna :
kuning bening transparant
Bau :
tidak berparfum
Bentuk :
boneka dan ikan
Homogenitas : homogeny dan terlihat halus
hanya saja gumpalan-gumpalan kecil terakumulasi di bagian atas.
Evaluasi pH : pH yang dihasilkan adalah 12
Evaluasi tinggi dan kestabilan busa :
Tinggi busa adalah 7 cm. setelah 5 menit
kestabilan busa menjadi 4 cm.
PEMBAHASAN
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan
yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur
bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik.
Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan
dan pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk
misel setelah melewati konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik
Misel (KKM).
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan
NaOH / KOH dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH
mengubah Minyak / Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.
Selain lemak dan alkali,
pembuatan sabun juga menggunakan bahan tambahan yang lain. Bahan lain yang
digunakan untuk pembuatan sabun tersebut adalah bahan pembentuk badan sabun,
bahan pengisi, garam, bahan pewarna dan bahan pewangi.
Dalam praktikum ini, kita membuat
sabun transparan. Yang membedakan sabun transparan dengan sabun opaque (tidak
transparan) adalah adanya tambahan bahan-bahan yang menyebabkan sabun menjadi
transparan. Bahan-bahan tersebut adalah etanol, gliserin, dan gula.
Kadar etanol, gliserin dan
sukrosa yang kita gunakan masing-masing adalah 10 %, 15% dan 10%. Yang membedakan
komposisi kelompok 5 dan 6 dengan kelompok yang lain adalah komposisi sukrosa
karena kita tidak menggunakan ekstrak.
Asam stearat dicampur dengan
oleum cocos dan olive oil karena asam stearat dalam minyak. Apabila telah
tercampur semua lalu ditambahkan NaOH 30% (m1). Fungsi penambahan NaOH adalah
untuk membentuk sabun. pada saat penambahan NaOH ini terjadi reaksi
saponifikasi, yaitu reaksi antara trigliserida dengan basa kuat (NaOH)
membentuk sabun dan gliserol.
Sambil menunggu campuran di atas homogen,
kita melarutkan sukrosa dan Na EDTA menggunakan aquades. Setelah larutan
sukrosa dan Na EDTA homogen, ditambahkan ke dalam campuran m1. Kemudian
gliserin juga ditambahkan ke dalam campuran m1. Diaduk terus hingga homogen,
Pada saat penambahan sukrosa,
tidak menggunakan panas tinggi karena dapat membentuk caramel yang menyebabkan
warna sabun tidak transparan (membentuk caramel).
Etanol ditambahkan setelah semua
larutan homogen. Karena etanol inilah yang akan memberikan bentuk transparan
terhadap sabun pada saat penambahan etanol, tidak dengan proses pemanasan
tinggi karena etanol dapat menguap. Apabila etanol menguap, maka sabun yang
diperoleh tidak transparan.
Setelah semua bahan tercampur
homogen, lalu dimasukkan ke dalam cetakan. Seharusnya, sebelum dimasukkan ke
dalam cetakan ditambah parfum untuk memberikan kesan wangi, tetapi dalam
kelompok 6, karena terlalu focus terhadap proses menghomogenkan sabun sehingga
lupa menambahkan parfum.
Setelah sediaan sabun terbentuk,
langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah mengevaluasi sabun. Evaluasi
pertama yang kita lakukan adalah mengevaluasi pH. pH yang kita peroleh adalah
12. pH ini sangat jauh dari rentang yang diperbolehkan yaitu 7-8 sesuai dengan
pH kulit. Hal ini terjadi karena proses penambahan NaOH secara langsung, tidak
sedikit demi sedikit sehingga pH-nya sangat tinggi.
Evaluasi sabun selanjutnya adalah
tinggi dan stabilitas busa. Evaluasi tinggi dan stabilitas busa dilakukan
dengan menimbang 10 gram sabun lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
dikocok dengan membolak-balik gelas ukur 10 kali. Kemudian diamati tinggi busa
selama 5 menit, kemudian diamati stabilitasnya. Tinggi busa yang dihasilkan
adalah 7 cm. setelah 5 menit kestabilan
busa menjadi 4 cm.
KESIMPULAN
·
Sediaan sabun yang dihasilkan
transparan dan homogen tetapi terdapat gumpalan-gumpalan yang terakumulasi di
bagian atas.
·
pH sabun yang dihasilkan
adalah 12.
·
Tinggi busa yang
dihasilkan adalah 7 cm. setelah 5 menit kestabilan
busa menjadi 4 cm.
·
DAFTAR
PUSTAKA
1. Wade, ainley and Paul J Weller. 2006. Handbook
of Pharmaceutical excipient Ed. V. London : The Pharmaceutical Press
2. Farmakope Indonesia Edisi III
Uraian Tugas kelompok
NAMA
|
URAIAN TUGAS
|
Farichah Mansurah
|
Pembuatan sabun
|
Indah Fadlul Maula
|
Pembuatan sabun
|
Leliana Nurul
Wachidah
|
Penyusunan laporan
dan dokumentasi
|
Migi Febri Arini
|
Penyusunan laporan
dan dokumentasi
|
Nurul robiatul
Adawiyah
|
Penimbangan bahan
dan penyiapan alat
|
0 komentar:
Posting Komentar