Abstrak
Keluarga
bapak Husni Thamrin
tinggal di kawasan Jalan
Pisangan Raya H.Solmed RT 03/04 No.45 Pisangan Timur, Cirendeu. Keluarga ini
terdiri dari Bapak Husni Thamrin, ibu
ida (istri Husni Thamrin) , bapak Japlin (bapak Kandung ibu Ida) , ibu Arpah
(Ibu kandung dari Ibu Ida) , dan Siska (anak bapak Husni Thamrin) . Pada saat
kunjungan kami bertemu dengan Ibu Ida, ibu Arpah, dan Siska.
Keluarga
ini tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan, tetapi ada anggota keluarga yang sedang menderita suatu penyakit
yaitu bapak Japlin penyakit yang diderita adalah serangang jantung, prostat,
dan hipertensi. Selain bapak
Arpah
istrinya juga menderita Gastritis,
asma, muntaber,dan memiliki tanda gejala asam urat. Di dalam keluarga tersebut
tidak ada penyakit menular.
Abstrac
The
family of Mr. Husni Thamrin lived in the
area of Jalan Raya H.Solmed Pisangan RT
03/04 No. 45 East Pisangan,
Cirendeu. This family
consists of Mr.
Husni Thamrin, Mrs.
Ida (wife Husni Thamrin),
Mr. Japlin (father of Mrs. Ida bladder), Mrs. Arpah (mother of Mrs. Ida), and Siska (Mr. Husni Thamrin child's
). At the time of the visit we met with Mrs.
Ida, Mrs. Arpah,
and Siska.
This family had no history of hereditary diseases, but there is a family member who is suffering from a
disease that is Mr.Japlin are
heart attack , prostate, and
hypertension. In addition to his wife's Mrs. Arpaha also suffered Gastritis, asthma, diarrhea
and vomiting, with signs of symptoms of gout. In the family there is no infectious
disease.
Bab I
Pendahuluan
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995
) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan
apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika
tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom,
1995 ).
Patofisiologi
hipertensdengan mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriktor.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
WHO (World Health Organization), memberikan batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau di atas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara
usia dan jenis kelamin. NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan
batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut.
·
Pria, usia < 45 tahun, dikatakan
hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring > 130/90 mmHg
·
Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi
apabila tekanan
darahnya > 145/95 mmHg
·
Pada wanita tekanan darah > 160/95 mmHg,
dinyatakan
hipertensi.
(Hipertensi
baru.pmd, 2007)
Krisis hipertensi
merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ
target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan
sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.
Pada hipertensi
emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ
target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan
segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih
lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial,
gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic
aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat
selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya
tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan
darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada
tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
2. Arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada
usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam
darah.
3. Bertambahnya
cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari
sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di
dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara:
1. Jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
2. Jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan
darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
Pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa
gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Selama
ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
1. Hipertensi
primer (Essensial)
Hipertensi
ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Kira-kira 90%
hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari hipertensi ini adalah hipertensi
esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial
yang timbul terutama karena interaksi antara factor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
a. Faktor resiko seperti diet dan asupan garam, stress, ras,
obesitas, merokok dan genetic.
b. Sistem saraf simpatis yang terdiri dari tonos simpatis
dan variasi diurnal.
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan
vasokontriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada
sistem renin, angiotensin dan aldosteron.
2. Hipertensi
sekunder
Hipertensi
jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit lain.
Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah penyakit
parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal. Adapun beberapa factor yang
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder adalah sebagai berikut :
a. Penyakit
ginjal
1) Sekresi
rennin meningkat
2) Retensi
natrium dan cairan
3) Sekresi
vasodilator (vasipresor)menurun
b. Penyebab
endokrin
1) Aldosteronisme
2) Kontrasepsi
oral
3) Feokromositoma
4) Tirotoksikosis
c. Penyebab
vascular
1) Koarktasio
aorta
2) Vaskulitis
d. Penyebab
neurogenik
1) Psikogenik
2) Tekanan
intracranial meningkat
Penyebab Darah Tinggi
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi
yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa
mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:
·
Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak
identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan
untuk masalah tekanan darah tinggi.
·
Usia
Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Kondisinya tidak dapat diharapkan
bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika tubuh bertambah tua. Namun dapat
mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
·
Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan
usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
·
Kolesterol
Faktor ini bisadi kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah,
dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini
dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat.
·
Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa di kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.
·
Stres
Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat
memicu tekanan darah tinggi.
·
Rokok
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung
dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
·
Kafein
·
Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan
darah tinggi.
·
Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan
darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi .
Bab II
Hasil Observasi
I.
Identitas
Keluarga
a.
Nama Kepala
Kelauarga : Husni Thamrin
b.
Alamat
rumah : Jalan
Pisangan Raya H.Solmed RT 03/04 No.45 Pisangan Timur, Cirendeu
c.
Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah:
No.
|
Nama
|
Kedudukan
Dalam Keluarga
|
L/P
|
Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Pasien
Klinik
(Y/T)
|
Keterangan
|
1
|
Husni Thamrin
|
Kepala Keluarga (Ayah)
|
L
|
50 th
|
S3
|
PNS
|
T
|
|
2
|
Ida
|
Ibu
|
P
|
41 th
|
SMA
|
Ibu Rumah Tangga
|
T
|
|
3
|
Japlin
|
Kakek
|
L
|
80 th
|
SD
|
Tidak Bekerja
|
Y
|
|
4
|
Arpah
|
Nenek
|
P
|
80 th
|
SD
|
Tidak Bekerja
|
Y
|
|
5
|
Siska
|
Anak
|
P
|
19 th
|
SMA
|
Mahasiswi
|
T
|
Sedang
menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi
|
d.
Bentuk
keluarga : keluarga
extended
e.
Siklus
kehidupan keluarga : keluarga
dengan anak, keluarga orang tua lansia
f.
Genogram
Ket:
- Bapak dan ibu
dari bpk. Japlin maupun dari ibu Arpah sudah meninggal.
- Bpk. Japlin
menderita suatu penyakit yaitu hipertensi, serangan jantung akut, dan
gangguan prostat.
- Ibu Arpah
menderita suatu penyakit maag, asma dan tanda gejala asam urat.
- Anak ketiganya
sudah meninggal karna penyakit kejang.
- Anak keempatnya
juga sudah meninggal karna penyakit DBD.
- Bpk dan ibu
tinggal satu rumah dengan anaknya yang ketujuh yang sudah bersuami dan
mempunyai satu anak perempuan.
- Untuk saudara
dari bpk.japlin dan Ibu Arpah tidak terkaji.
II.
Keadaan
Rumah
a.
Gambar
daerah bangunan rumah
b. Jenis
Lantai : Keramik
c. Jenis
Atap : Genteng
d. Jenis
Dinding : Tembok dilapisi cat.
e. Apakah
dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik
pada siang hari ? Bisa.
f. Perbandingan
luas jendela/lantai di ruang tidur :
1:3
Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 2:3
g. Data
tambahan mengenai keadaan rumah:
1) Sinar
matahari baik
2) Rumah
terdiri dari dua lantai
3) Luas
Rumah
4) L =
77 m2 digunakan oleh 5 orang sehingga 1 orang mendapat kurang lebih 78789
sehingga mencukupi untuk setiap orangnya.
III. Keadaan Keluarga
a. Perencanaan
keluarga
1. Perencanaan
anak
a) Berapa
jumlah anak yang diinginkan?
direncanakan
b) Apakah
harus ada anak laki-laki dan perempuan?
Tidak.
c) Berapa
jarak antar anak yang direncanakan?
Tidak direncanakan.
a. Pengambil
keputusan perencanaan keluarga : berdua
b. Apakah
pernah menggunakan kontrasepsi KB?
pernah
menggunakan metode kontrasepsi.
b. hubungan anggota keluarga
b.1.1. Hubungan antar anggota keluarga; baik
b.1.2. gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map)
b.2. frekuensi berkumpul anggota keluarga (
yang serumah): tiap hari, untuk hari sabtu dan minggu ada kumpul keluarga
b.3. keputusan dalam keluarga berdasarkan :
keluarga besar
c. keadaan kesehatan anggota keluarga saat ini
No.
|
Nama
|
Kedudukan Dalam Keluarga
|
L/P
|
Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Pasien Klinik
(Y/T)
|
Keterangan
|
1
|
Husni Thamrin
|
Kepala Keluarga (Ayah)
|
L
|
50 th
|
S3
|
PNS
|
T
|
sehat
|
2
|
Ida
|
Ibu
|
P
|
41 th
|
SMA
|
Ibu Rumah Tangga
|
T
|
Sehat
|
3
|
Japlin
|
Kakek
|
L
|
80 th
|
SD
|
Tidak Bekerja
|
Y
|
Jantung
koroner, prostat
|
4
|
Arpah
|
Nenek
|
P
|
80 th
|
SD
|
Tidak Bekerja
|
Y
|
Asma,
asam urat, hipertensi
|
5
|
Siska
|
Anak
|
P
|
19 th
|
SMA
|
Mahasiswi
|
T
|
Sehat
|
d. data tambahan mengenai keadaan keluarga
1) Pak Japlin pernah mengalami pingsan saat
terjatuh dari pohon, dokter mengdiagnosis
penyakitnya jantung koroner, terjadi pada 4tahun lalu.
2) bu arpah sudah mengalami asma dari remaja
III.
Pemenuhan
Kebutuhan keluarga
a.
Kebutuhan
ekonomi
a.1. penghasilan keluarga per bulan ( total)
a.2. pengeluaran keluarga per bulan ( total)
a.3. apakah penghasilan keluarga dirasa cukup
untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga?
b.
Kebutuhan
pendidikan: terpenuhi
c.
Kegiatan
spiritual: sholat 5 waktu
d.
Pola berobat:
datang ke dokter rutin untuk cek kesehatan (pak japlin dan bu arpah)
e.
Data
tambahan mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga
IV.
Gaya Hidup
keluarga
a.
Kebiasaan
makan dalam keluarga
a.1. sumber:
a.2. jenis:
a.3. jumlah:
b.
Kebiasaan
olah raga: bu ida berolah raga setiap 3 kali permingu. Pak japlin berjalan kaki
tiap pagi kurang lebih 30 sampai1 jam.
c.
Kebiasaan
minum alkohol: tidak ada
d.
Kebiasaan
merokok: pak japlin, namun setelah mendapat diagnosis jantung koroner beliau
berhenti merokok.
e.
Data
tambahan mengenai gaya hidup keluarga
V.
Lingkungan
hidup keluarga
a.
Lingkungan
perumahan keluarga
a.1. jenis perumahan
a.2. higiene lingkungan rumah (observasi)
a.3. keamanan lingkungan perumahan
a.4. paparan zat/ partikel yang mungkin
terjadi di lingkungan rumah adalah:
b.
Lingkungan
pekerjaan anggota keluarga
b.1. apakah ada anggota keluarga yang
memiliki risiko di pekerjaan?
b.2. jika ada pekerjaan yang dapat terjadi
sesuai dengan pekerjaan adalah
b.3. paparan zat/ partikel yang mungkin
terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
c.
Lingkungan
sosial keluarga
c.1. keluarga menjadi anggota perkumpulan
sosial di lingkungannya:
c.2. kedudukan keluarga di tengah lingkungan
sosialnya: bu ida sebagai ketua dari kumpulan Ibu- ibu PKK
d.
Data
tambahan mengenai lingkungan hidup keluarga:
IDENTIFIKASI
MASALAH
I.
Risiko / masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik keluarga
Keluarga
Extended yang terdiri dari 5 orang dalam satu rumah, dimana dua orang
anggotanya termasuk dalam Geriatri sehingga kemungkinan akan adanya penyakit
degeneratif perlu diwaspadai.
II.
Risiko / Masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan Rumah
Rumah
keluarga berada di pemukiman padat dan dekat tanah lapang, namun tidak memiliki
selokan. Akibatnya, drainase limbah tidak diketahui prosesnya. Dengan demikian,
risiko akan terjadinya penyakit yang melibatkan kebersihan lingkungan
meningkat.
III.
Risiko / Masalah Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Fungsi Keluarga
1. Bapak
Japlin pernah terkena serangan jantung 1 bulan yang lalu yang kini
mengakibatkan aktivitasnya dibatasi. Ia juga menderita pembesaran Prostat yang
mengakibatkan saat ini harus dipasang kateter urin yang harus diganti 1 minggu
sekali. Hal ini membuat pak Japlin menjadi terbatas aktivitasnya, terutama saat
beraktivitas di luar rumah. Hipertensi juga menjadi keluhan pak Japlin sejak
lama (tidak diketahui sejak kapan)
2. Ibu
Arpah menderita Gastritis, asma, muntaber,dan memiliki tanda gejala asam urat
yaitu terdapat benjolan di jari tangannya. Gastritis menjadi keluhan utamanya
yan membuat ia harus lebih selektif dalam memilih makanan dan terhadap jadwal
makanan
IV.
Risiko / Masalah Kesehatan yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan
keluarga
1. Pemenuhan
Kebutuhan Ekonomi : Hingga
Tersier
2. Kebutuhan
pendidikan : Pendidikan
Tinggi
Bu
Arpah memiliki kebiasaan yang baik, yaitu awareness
yang tinggi terhadap kesehatan sehingga apabila ia merasa sedikit saja
“tidak enak badan”, ia akan segera ke Rumah Sakit untuk berobat. Lain halnya
dengan Pak Japlin yang memiliki tingkat awareness
yang rendah terhadap gangguan kesehatan yang membuat hanya ke rumah sakit
bila timbul gangguan aktivitas yang berat.
V.
Risiko / Masalah kesehatan yang berhubungan Dengan Gaya Hidup Keluarga
1. Keluarga
yang mempunyai gaya hidup yang baik dalam pola makan namun kurang berolahraga
yang dapat menimbulkan risiko hipertensi
2. Pak
Japlin, salah satu anggota keluarga yang merokok berisiko akan memperburuk
hipertensinya. Saat ini sudah berhenti sejak terkena serangan jantung
VI.
Risiko / masalah kesehatan yang Berhubungan dengan Lingkungan Hidup Keluarga
Lokasi
pembakaran sampah yang berada di depan rumah meningkatkan risiko penyakit paru.
Selain itu, ada tetangga memelihara banyak kucing sehingga memungkinkan
meningkatkan risiko penyakit infeksi yang
ditularkan melalui kucing, seperti Toxoplasma.
VII
Masalah Kesehatan yang Ada dalam Keluarga
1. Serangan
Jantung
2. Hipertensi
3. Benign
Prostat Hipertrophy
4. Gatritis
5. Astma
6. Muntaber
7. Gejala
Asam Urat
8. Kurang
Berolahraga
9. Kebiasaan
Merokok
Bab III
Upaya Pemeliharaan Kesehatan yang
Dilakukan
Kami mengadakan kunjungan kedua (tahap
intervensi I) pada pertengahan bulan April. Permasalahan yang kami temukan
untuk dibicarakan dalam keluarga yaitu masalah hipertensi yang diderita oleh
Bapak Japlin (80 tahun) dan Ibu Arpah (80 tahun), selain itu kami menemukan
adanya faktor pemicu hipertensi (pola mengonsumsi garam, ikan asin, jengkol,
dan petai) pada saat bertanya mengenai pola makanan.
Upaya pemeliharaan kesehatan yang kami
lakukan sebagai tindak lanjut dari masalah hipertensi ini adalah memberikan
edukasi dan informasi mengenai beberapa hal terkait hipertensi, seperti
definisi, penyebab, akibat dan cara mengatasi serta menanggulanginya. Terlebih
promosi ini ditekankan pada cara pencegahan hipertensi yaitu dengan perubahan gaya hidup menjadi gaya hidup
sehat,
meliputi:
1. Makanan
yang dianjurkan dan harus dihindari penderita hipertensi
a.
Makanan
yang dianjurkan
·
Buah-buahan
Jenis makanan ini sangat baik untuk
melawan penyakit hipertensi. Dengan mengonsumsi buah dan sayur segar secara
teratur dapat menurunkan risiko kematian akibat hipertensi, stroke dan penyakit
jantung koroner, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Buah dan sayur
mengandung zat kimia tanaman (phytochemical)
yang penting, seperti flavonoids,
sterol, dan phenol. Flavonoids,
yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat mengurangi bahaya kolesterol
dan mencegah penggumpalan darah. Buah jenis berry
bersifat antioksidan; buah yang berwarna gelap juga banyak mengandung serat
(Marzukli, 2004)
Selain itu buah yang sering dikonsumsi
utnuk mengatasi hipertensi adalah buah pisang. Secara umum kandungan gizi yang
terkandung dalam setiap buah pisang matang adalah sebagai berikut: kalori 99
kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 1,7 gram,
kalsium 8 gram, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg serta vitamin A 44 RE, Vitamin B 0,08
mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Kandungan buah pisang di atas dianggap
cukup baik untuk mengatasi hipertensi.bahkan lembaga food and Drug
Administrition Amerika memperbolehkan pengusaha pisang untuk membuat kalim
bahwa pisang dapat menurangi resiko tekanan darah dan stroke (Didinkaem, 2007)
·
Sayur
Sebagaimana
buah-buahan, sayur juga banyak mengandung vitamin dan phytochemical serta
serat. Sayur yang dapat digunakan untuk pencegahan hipertensi ini seperti
seledri, bawang dan sayur hijau lainnya. Bawang putih misalnya mampu menurunkan
tekanan darah tinggi serta menurunkan kolesterol, berkat adanya senyawa yang
disebut ajone, yaitu senyawa yang selain penurun hipertensi juga sebagai
pemcegah pengumpalan darah.
·
Serat
Makanan yang banyak mengandung serat
sangat penting untuk keseimbangan kolesterol. Serat terdapat dalam tumbuhan,
terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Selain dapat menurunkan kadar kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu,
serat juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah
(Marzukli, 2004).
·
Karbohidrat
jenis kompleks
Karbohidrat
jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebih aman bagi penderita hipertensi daripada karbohidrat
sederhana seperti gula, manisan atau soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana
lebih mudah meningkatkan kadar gula darah dan ini berimplikasi kepada
terjadinya hipertensi (Marzukli, 2004).
·
Vitamin
dan mineral
Vitamin
dan mineral juga sangat penting untuk menyeimbangkan proses-proses fisiologi di
dalam tubuh kita, termasuk juga untuk menyeimbangkan tekanan darah.
·
Teh
Teh
telah cukup terkenal sebagai antioksidan yang efektif, selain itu teh juga
dapat mengurangi resiko hipertensi ataupun stroke. Pengkonsumsian teh secara
teratur dan seimbang dapat menjaga pola hidup sehat.
b.
Makanan
yang dihindari
·
Makanan
yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru-paru, minyak kelapa,
gajih, dll)
·
Makanan
yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit, cracer, keripik dan
makanan kering yang asin.
·
Makanan
atau minuman kaleng, contohnya adalah sarden, sosi, korned, soft drink dll. Hal
ini dikarenakan makanan-makanan tersebut5 umumnya mengandung pengawet yang
tidak baik bagi kesehatan.
·
Makanan
yang diawetkan (dendeng, asinan,
ikan asin, telur asin, selai kacang, pindang dll)
·
Susu
full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumber protein hewani yang
mengandung banyak kpolesterol, seperti daging merah (baik sapi apalagi
kambing), kuning telur, dan kulit ayam.
·
Penyedap
makanan.
·
Alkohol
serta makanan yang mengandung alkohol
2. Penjelasan
mengenai obat hipertensi,
Obat
– obat yang di konsumsi oleh Pak Japlin
No.
|
Nama paten
|
Nama generik
|
Indikasi
|
1.
|
Lansoprazole
|
lansoprazol
|
Pengobatan jangka pendek tukak lambung, tukak usus, dan refluks
esofagus
|
2.
|
Bisoprolol hemifurmarate
|
Bisoprolol
|
Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain
|
3.
|
Isosorbide dinitrate
|
Isosorbid dinitrat
|
Terapi dan preventif terhadap serangan akut angina pektoris
|
4.
|
Levofloxacin
|
Levofloksasin
|
Sinusitis maksilaris akut, kumatnya penyakit atau gejala penyakit
bronkhitis kronis secara mendadak akibat bakteri, pneumonia nosokornial,
infeksi kulit dan struktur kulit dengan komplikasi, infeksi saluran kemih
(termasuk pielonefritis)
|
5.
|
Simvastatin
|
Simvastatin
|
Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL. Sebagai hiperkolesterol
primer maupun sekunder.
|
6.
|
Pletaal
|
silostazol
|
Pengobatan gejala iskemia seperti ulkus, rasa sakit dan dingin pada
ekstremitas disebabkan karena adanya penyumbatan arteri kronis, pencegahan
kambuhan infark otak (kecuali infark otak akibat kardioemboli)
|
7.
|
Zaldiar
|
tramadol, PCT
|
Terapi jangka pendek untuk nyeri akut.
|
Lansoprazole
Lansoprazole
adalah penghambat sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazole secara
spesifik menghambat (H+/K+) ATPase (pompa proton) dari sel parietal di mukosa
lambung. Indikasi Lansoprazole diindikasikan untuk :
Ulkus duodenum.
Benigna ulkus gaster.
Refluks esofagitis.
Dosis : Ulkus duodenum : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Ulkus duodenum.
Benigna ulkus gaster.
Refluks esofagitis.
Dosis : Ulkus duodenum : 1 kali sehari 30 mg selama 4 minggu.
Benigna ulkus gaster : 1 kali sehari
30 mg selama 8 minggu.
Refluks esofagitis : 1 kali sehari
30 mg selama 4 minggu.
Efek
Samping: Sakit kepala, diare, nyeri abdomen,
dispepsi, mual, muntah, mulut kering, sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam
kulit, urtikaria, pruritus.
Terjadi kenaikan nilai-nilai tes fungsi hati yang
bersifat sementara dan akan normal kembali.
Kadang-kadang dapat terjadi artralgia, edema perifer
dan depresi.
Kontraindikasi:Penderita
yang hipersensitif terhadap lansoprazole.
Interaksi
Obat:Lansoprazole
dimetabolisme di hati, oleh sebab itu ada kemungkinan interaksi dengan obat- obat yang
dimetabolisme di hati.
Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama- sama
dengan obat- obat kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin dan
warfarin.
Antasida dan sukralfat akan mengurangi bioavailabilitas
lansoprazole dan jangan diberikan
antara satu jam setelah makan
lansoprazole.
Bisoprolol
Farmakologi
:
Bisoprolol
merupakan bloker reseptor β-1 adrenergik utama (bersifat kardioselektif) tanpa aktivitas stimulasi
reseptor β-2 dan waktu paruh eliminasi
plasma sekitar 10-12 jam sehingga memungkinkan dosis sekali sehari.
Dengan ciri tersebut Bisoprolol sebagai dapat β-bloker dapat mengobati
hipertensi dan angina pektoris. Bisoprolol mengurangi tekanan darah pada pasien
hipertensi pada posisi berdiri maupun berbaring. Hipertensi postural atau
hipertensi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit tidak termasuk
indikasi Bisoprolol. Pada pasien dengan angina pektoris, Bisoprolol dapat
mengurangi serangan dan meningkatkan
kapasitas kerja fisik sehari-hari.
Pada
dosis terapi, Bisoprolol lebih sedikit efek konstriksinya pada pembuluh darah
perifer dan bronkiol daripada golongan β-bloker yang nonselektif.
Indikasi: Bisoprolol
diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarat
Bisoprolol dikontraindikasikan pada
penderita cardiogenic shock, kelainan jantung, AV blok tingkat II atau
III, bradikardia sinus.
Dosis: Dosis
awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali
sehari.
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosi awal 2,5 mg sekali sehari.
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosi awal 2,5 mg sekali sehari.
Efek samping:
- Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala,
parestesia, hipoaestesia, ansietas, konsentrasi berkurang.
- Sistem saraf otonom: mulut kering.
- Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan
gangguan ritme lainnya, cold extremities, klaudikasio, hipotensi,
hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
- Psikiatrik: insomnia, depresi.
- Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis,
dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi.
- Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram
otot, tremor.
- Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi
kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, berkeringat, alopesia,
angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus
- Khusus: gangguan visual, sakit mata,
lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
- Metabolik: penyakit gout.
- Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk,
dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.
- Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi,
penyakit Peyronie, sistitis, kolik ginjal.
- Hematologi: purpura
- Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada,
peningkatan berat badan.
Interaksi obat:
- Bisoprolol sebaiknya tidak
dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta bloker.
- Bisoprolol sebaiknya digunakan
secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan obat-obat penekan otot
jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium antagonis [khususnya
fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin (diltiazem) atau
obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
- Penggunaan bersama rifampisin
dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol.
Isosorbide dinitrate
Isosorbide dinitrate dalam kelas obat yang disebut nitrat dan akan dipergunakan untuk mengobati dan mencegah angina atau sakit jantung. Nitrat lainnya termasuk nitrogliserin (Nitrostat, Nitroquick, Nitrolingual, Nitro-Dur dan lainnya) dan mononitrate mononitrate (Imdur, Ismo, Monoket). Dinitrate mononitrate diubah dalam tubuh untuk isosorbide mononitrate yang merupakan kimia aktif.
Diresepkan untuk: Isosorbide dinitrate digunakan untuk pengobatan
dan pencegahan angina yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner . Hanya tablet sublingual digunakan
untuk perawatan segera angina karena timbulnya aksi dinitrate mononitrate oral
tidak cukup cepat. Dinitrate mononitrate kadang-kadang digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongestif .
Dosis:
Tablet Isosorbide dinitrate dapat diambil dengan atau tanpa makanan. Tablet sublingual harus
ditaruh di bawah lidah dan tidak boleh dihancurkan atau dikunyah.
Toleransi (efek berkurang setelah
beberapa dosis) bisa terbentuk, sehingga periode setidaknya 14 jam dianjurkan
untuk bebas obat. Dosis yang dianjurkan
dinitrate mononitrate adalah:
- Tablet:
5-40 mg 2 atau 3 kali sehari
- Tablet:
(sublingual): 2,5-10 mg
- Tablet:
(extended-release) dan kapsul (berkelanjutan-release): 40-80 mg sekali
atau dua kali sehari.
Interaksi obat: Sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis) dan vardenafil (Levitra) meningkatkan tekanan darah
menurunkan efek dinitrate mononitrate dan dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah yang berlebihan. Pasien yang memakai dinitrate mononitrate seharusnya
tidak menerima sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), atau vardenafil
(Levitra). Penurunan tekanan darah yang parah, terutama ketika mengubah posisi
tubuh, dapat terjadi ketika dinitrate mononitrate dikombinasikan dengan calcium channel blockers , misalnya, diltiazem (Cardizem, Tiazac, dll) dan verapamil (Calan, Verelan, dll) yang juga
mengurangi tekanan darah.
Levofloksasin
Indikasi: Levofloksasin injeksi
diindikasikan jika pemberian secara intravena memberikan keuntungan pada
pasien, seperti pasien tidak dapat mentoleransi bentuk sediaan oral.
Levofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa (≥ 18
tahun) dengan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif
pada kondisi sebagai berikut:
·
Sinusitis maksilaris akut
·
Bronkitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut
·
Pneumonia (community-acquired pneumonia)
·
Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi
·
Infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi
·
Pielonefritis akut
Bila terjadi resistensi bakteri dan hasil terapi tidak memuaskan,
pengobatan perlu disertai dengan proses monitor bakteriologi.
Kontraindikasi:
·
Pasien hipersensitif terhadap kandungan obat atau golongan kuinolon
lain.
·
Pasien penderita epilepsi.
·
Pasien dengan sejarah tendon disorders yang berhubungan dengan pemberian
fluoroquinolone.
·
Anak-anak dan remaja.
·
Ibu hamil dan ibu menyusui.
Dosis : Untuk bentuk sediaan
parenteral dan oral yang bioekivalen, dapat diberikan dosis dalam jumlah yang
sama, biasanya selama 7-14 hari tergantung tingkat keparahan penyakit. Dosis
lazim pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 250-500 mg satu kali
sehari tergantung jenis dan tingkat keparahan dari infeksi dan sensitivitas
dari patogen penyebab.
Efek Samping: Diare, mual, vaginitis,
kembung, pruritus, kulit kemerahan, nyeri abdomen, moniliasis genital,
dizziness, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia, cemas,
konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, banyak keringat, leukorrhea, malaise,
gugup, gangguan tidur, tremor, urtikaria.
Interaksi Obat:
·
Dalam penelitian tidak terlihat adanya interaksi yang bermakna antara
levofloksasin dengan teofilin, warfarin, siklosporin, digoksin, probenesid dan
simetidin. Namun demikian, penggunaan golongan kuinolon lain bersamaan dengan
beberapa obat yang disebutkan di atas, menimbulkan perubahan farmakokinetika
dan farmakodinamika yang cukup bermakna. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini
perlu diperhatikan apabila levofloksasin diberikan bersamaan dengan:
1.
Teofilin: monitor kadar teofilin secara ketat, bila perlu lakukan
penyesuaian dosis teofilin.
2.
Warfarin: monitor prothrombin time atau uji koagulasi lainnya yang
sesuai.
3.
Siklosporin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis,
sehingga tidak perlu penyesuaian dosis siklosporin maupun levofloksasin.
4.
Digoksin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis, sehingga
tidak perlu penyesuaian dosis digoksin maupun levofloksasin.
·
Pemberian NSAIDs bersamaan dengan golongan kuinolon, termasuk
levofloksasin, dapat meningkatkan risiko stimulasi susunan saraf pusat dan
serangan kejang.
·
Pengaruh terhadap glukosa darah, termasuk hiperglikemia dan
hipoglikemia, telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan obat golongan
kuinolon bersamaan dengan obat antidiabetik oral. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk melakukan pengawasan kadar glukosa darah secara ketat, jika dua jenis
obat ini dipergunakan bersamaan.
Simvastatin
Farmakologi: Simvastatin
adalah senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang mempunyai mekanisme kerja
menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA
reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.
Indikasi: Sebelum
memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab hiperkolesterolemia
sekunder (misal: diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroidisme, sindroma
nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, alkoholisme serta terapi
dengan obat lain) dan lakukan pengukuran profil lipid total kolesterol, HDL
kolesterol dan trigliserida.
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer, bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak memadai.
Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin bermanfaat mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan hiperkolesterolemia campuran dan hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia sebagai kelainan utama), namun simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa peningkatan kadar Chylemicron.
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer, bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak memadai.
Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin bermanfaat mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan hiperkolesterolemia campuran dan hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia sebagai kelainan utama), namun simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa peningkatan kadar Chylemicron.
Kontraindikasi:
·
Pasien yang
mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi hati.
·
Pasien yang
mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang abnormal.
·
Pecandu
alkohol.
·
Bagi wanita
hamil dan menyusui.
·
Hipersensitif
terhadap simvastatin.
Dosis: Penderita
harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku sebelum dan selama memulai
pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan
dengan simvastatin.
Dosis awal 10 mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari.
Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat imunosupresan bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin yang dianjurkan adalah terendah.
Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Dosis awal 10 mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari.
Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat imunosupresan bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin yang dianjurkan adalah terendah.
Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal:
Pemberian simvastatin tidak perlu penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresi ginjal secara bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal, atau bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih efektif.
Pemberian simvastatin tidak perlu penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresi ginjal secara bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal, atau bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih efektif.
Efek samping:
·
Sakit
kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue,
nyeri dada dan angina.
·
Astenia,
miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema
terisolasi.
Interaksi
obat: Bila simvastatin dikombinasikan dengan
siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan niacin dapat menyebabkan peningkatan
resiko terjadi myopathy dan rhabdomyolisis.
·
Bila
simvastatin dikombinasikan dengan warfarin akan meningkatkan aktivitas warfarin
sebagai antikoagulan.
·
Pemberian
simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan aktivitas jantung
akan meningkat.
Kandungan: Cilostazol / Silostazol.
Indikasi: Menghilangkan berbagai macam gejala iskemia seperti ulkus, nyeri, & rasa dingin akibat penyakit arterial oklusif kronis.
Kontra Indikasi:Perdarahan, hamil.
Perhatian: Menstruasi, kecenderungan terjadinya
perdarahan atau diatesa hemoragik, disfungsi hati atau ginjal yang parah.
Efek Samping:
Kadang-kadang : berdebar, takhikardia, kemerahan dan rasa panas pada wajah dan leher, perasaan berdenyut di kepala, sakit kepala, vertigo, sakit kepala karena cahaya, insomnia/susah tidur, mengantuk, rasa tidak enak pada perut, mual, muntah, anoreksia (kehilangan nafsu makan), tinja lembek, diare, nyeri pada perut bagian atas, peregangan perut, meningkatnya gula darah, nyeri dada, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar, rasa tidak enak badan yang tidakjelas, dan lemah.
Kadang-kadang : berdebar, takhikardia, kemerahan dan rasa panas pada wajah dan leher, perasaan berdenyut di kepala, sakit kepala, vertigo, sakit kepala karena cahaya, insomnia/susah tidur, mengantuk, rasa tidak enak pada perut, mual, muntah, anoreksia (kehilangan nafsu makan), tinja lembek, diare, nyeri pada perut bagian atas, peregangan perut, meningkatnya gula darah, nyeri dada, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar, rasa tidak enak badan yang tidakjelas, dan lemah.
Tramadol HCl
Tramadol
adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat
secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok
sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu tramadol menghambat
pelepasan neurotransmitter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang,
akibatnya impuls nyeri terhambat.
Indikasi: Efektif
untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Posologi: Dewasa dan anak di atas 16 tahun:
Dosis
umum: Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup
untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg
setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum:400 mg
sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita
gangguan hati dan ginjal dengan "creatinine clearances" <30
ml/menit:
50-100 mg
setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.
Peringatan dan
perhatian:
·
Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi
ketergantungan, sehingga dokter harus menentukan lama pengobatan.
·
Tramadol tidak boleh diberikan pada penderita
ketergantungan obat.
·
Hati-hati penggunaan pada penderita trauma
kepala, meningkatnya tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang
berat atau hipersekresi bronkus, karena dapat mengakibatkan meningkatnya resiko
kejang atau syok.
·
Penggunaan bersama dengan obat-obat penekanan
SSP lain atau penggunaan dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan menurunnya
fungsi paru.
·
Penggunaan selama kehamilan harus
mempertimbangkan manfaat dan resikonya baik terhadap janin maupun ibu.
·
Hati-hati penggunaan pada ibu menyusui, karena
tramadol diekskresikan melalui ASI.
·
Tramadol dapat mengurangi kecepatan reaksi
penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan
mesin.
·
Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan
dapat dinetralisir dengan nalokson, sedangkan kejang dapat diatasi dengan
pemberian benzodiazepin.
·
Meskipun termasuk antagonis opiat, tramadol
tidak dapat menekan gejala "withdrawal" akibat pemberian
morfin.
Efek samping:
Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi,
lelah, sakit kepala, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering,
mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi. Efek samping yang berupa ketergantungan
sangat jarang terjadi.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap Tramadol atau
Opiat dan penderita yang mendapatkan pengobatan dengan penghambat MAO,
intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotika, analgetik atau obat-obat yang
mempengaruhi SSP lainnya.
Interaksi obat:
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada
penggunaan bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP seperti tranquiliser,
hipnotik.
PENGOBATAN
HIPERTENSI
A. Penyebab
Hipertensi
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
B. Penanganan
dan Pengobatan Hipertensi
Penanganan
lazim yang dilakukan secara bertahap , yang terdiri atas empat tahapan.
1. Diberikan
diuretika untuk mengurangi volume cairan tubuh.
Cara ini cukup sering dirasa cukup untuk mengendalikan
tekanan darah tinggi yang masih ringan.
2. Menambahakan
senyawa pemblok beta, atau jenis pemblok saraf lain, untuk menghalangi impuls
saraf yang menaikkan tekanan darah.
3. Ditambahkan
vasodilator untuk mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah.
4. Untuk
menangani tekanan darah tinggi berat, adalah menambahkan pemblok saraf
berkhasiat tinggi, guenetidin.
Penangganan
secara bertahap ini bertujuan mengendalikan tekanan darah tinggi dengan upaya menekan
efek samping merugikan sampai sedikit mungkin. (Harkness, Richard. Interaksi
Obat)
a. Diet
Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
- Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit
darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam,
ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium
ini:
-
Jangan
meletakkan garam diatas meja makan
-
Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli
makan
-
Batasi konsumsi daging dan keju
-
Hindari cemilan yang asin-asin
-
Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan
sodium
- Kandungan Potasium/Kalium
Suplements
potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium
umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan
dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di
konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon,
buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri,
bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3
sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
-
Diuretic
{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat
hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena
potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi
potasium harus dilakukan.
-
Beta-blockers
{Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam
upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan
memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
-
Calcium
channel blockers {Norvasc (amlopidine),
-
Angiotensinconverting
enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan
darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah.
C. Pengobatan
non farmakologis
Pengobatan secara nonfarmakologis
atau dengan terapi sendiri tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan
bersifat pribadi atau perseorangan. Artinya ada tindakan tertentu yang bagi
sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan pengaruh yang berarti. Namun,
bagi penderita lain tindakan itu cukup signifikan dalam mengendalikan tekanan
darah. Seseorang yang terbukti menderita hipertensi sulit untus sembuh, tetapi
ia dapat berusaha mengendalikan tekanan daraahnya agar tidak terlalu berdampak
pada kesehatannya. Pada dasarnya pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan lebih
menekankan pada perubahan pola makan dan gaya hidup.
1)
Mengurangi konsumsi garam
Telah dijelaskan di postingan
sebelumnya yaitu penyebab hipertensi bahwa garam dapur mengandung 40%
natrium. Oleh karena itu, tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha
mencegah sedikit mungkin natrium masuk ke dalam tubuh. Walupun kandungan garam
dalam makanan dan minuman sangat bervariasi, tetapi perlu diperhatikan saat
seseorang penderita berusaha mengurangi konsumsi gaaram. Garam tidak hanya
terdapat pada masakan, tetapi juga pada makanan dan minuman yang menjadi menu
makanan sehari-hari. Sebagai contoh pada 100 g roti terdapat 0,4-0,7 g garam;
pada 100 g kudapan asin (misalnya kue kering) 0,5-1 g garam, dan pada 100 g
buah segar terdapat 0,1-0,2 g garam.
2)
Mengendalikan
berat badan
Mengendalikan berat badan dapat
dilakukan dengan mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau mengimbangi
dengan melakukan banyak aktivitas. Si penderita sesekali memasukkan makanan ke
tubuhnya dalam jumlah banyak, tetapi harus diimbangi dengan kegiatan yang
menyita cukup banyak energi. Terdapat bukti yang nyata bahwa setiap penurunan 1
kg berat badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.
3) Mengendalikan minum (kopi dan alkohol)
Senyawa kafein yang terdapat pada kopi
dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah. Ada yang memberi batasan bahwa 3 cangkir kopi kental sudah cukup
menyebabkan jantung berdetak semakin kencang.
Tentang minuman beralkohol, terdapat
bukti yang kuat dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Bahkan suatu badan
kesehatan yang berwenang di Inggris memberi alasan maksimum konsumsi minuman
beralkohol 21 gelas kecil (ukuran 200ml) untuk pria per minggu dan 14 gelas
kecil untuk wanita. Jika minuman beralkohol itu diminum sekali tentu akan meningkatkan
risiko hipertensi dan stroke. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan sistem saraf.
4)
Membatasi
konsumsi lemak
Konsumsi lemak berkaitan
dengan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi
dapat mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika endapan itu semakin banyak,
dinding pembuluh darah makin kaku atau berkurang kelenturannya. Kondisi ini
akan memperparah jantung karena jantung bekerja semakin berat saat memompa
darah sehingga memperparah penderita hipertensi.
3. Aktivitas
fisik,
Promosi kesehatan tersebut kami susun dalam
bentuk brosur yang menarik dengan bahasa yang simpel tetapi mudah dicerna.
Selain itu, desain yang dibuat dengan memperbanyak gambar memberikan kesan yang
tidak membosankan untuk dibaca.
Permasalahan lain yang kami temukan adalah
prostat yang diderita oleh Bapak Japlin (80 tahun) yang mengharuskannya
menggunakan kateter untuk mempermudah pembuangan zat ekskresi. Dari
permasalahan tersebut, kami ingin memberikan edukasi kepada keluarga agar dapat
merawat kateter dengan baik dan tepat sehingga tidak menimbulkan penyakit
lainnya. Edukasi tersebut kami susun dalam bentuk poster.
DAFTAR
PUSTAKA
Harkness, Richard. 1989. Interaksi Obat.
Bandung: Penerbit ITB
Informasi Spesialite Obat. Indonesia.
Vol.45-2010s.d.2011. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
Jurnal http://eprints.undip.ac.id/16523/1/Aris_Sugiharto.pdf yang diunduh pada tanggal 2 April 2012.
Jurnalhttp://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_hipertensi/hipertensi.pdf
yang diunduh pada tanggal 2 April 2012.
0 komentar:
Posting Komentar