LAPORAN PRAKTIKUM
KOSMETIKA
SEDIAAN KRIM PELEMBAB TABIR SURYA
Disusun
Oleh :
FARMASI
VIB
KELOMPOK
1
Fakhrul Umam
Fery Indar Ardiansyah
Gian Pertela
M. Ikhwan Lukmanuddin
M. Muwaffaq Zaky
Zil Ardi
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
I.
TUJUAN
Mampu
membuat sediaan krim pelembab tabir surya
II.
FORMULA
Extract 5 gram
Minyak Kelapa 10%
Asam Stearat 14%
Gliserin 10%
Borax 0,25%
TEA 1%
BHT 0,0075%
Parfum qs
m.f cream 25 gr
Minyak Kelapa 10%
Asam Stearat 14%
Gliserin 10%
Borax 0,25%
TEA 1%
BHT 0,0075%
Parfum qs
m.f cream 25 gr
III.
DATA
PRAFORMULASI
EXTRACT KENCUR
ETIL P-METOKSISINAMAT
·
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu
senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa
tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari.
·
EPMS
termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan
pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat,
metanol, air, dan heksana.
·
Ekstraksi
etil p-metoksi sinamat dari kencur tidak boleh
menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 – 50⁰C.
MINYAK KELAPA
Sinonim
|
Oleum Cocos
|
Khasiat
|
zat aktif, fase minyak
|
Pemerian
|
Warna : tidak
berwarna atau kuning pucat
Bau : bau
khas, tidak tengik
Rasa : berminyak
Penampilan
: cairan
jernih
|
Kelarutan
|
S sangat mudah
larut dalam eter P dan kloroform P ; Pada
suhu 60 0 C mudah larut dalam etanol 95% p ; kurang larut pada suhu yang lebih
rendah
|
Penyimpanan
|
dalam
wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
|
OTT
|
di udara terbuka cepat menjadi tengik
|
Suhu lebur
|
230
sampai 260
|
Zat Tak tersabun
|
Tidak
lebih dari 0,8%
|
( Kodeks Kosmetika
Indonesia Vol I hal 284)
ASAM STEARAT
Sinonim
|
Cetylacetic acid; Crodacid; E570;
Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric;
Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic.
|
Rumus
kimia
|
C18H36O2
|
Berat
molekul
|
284.47
|
Struktur
kimia
|
|
Fungsi
|
Emulgator, solubilizing agent; lubrikan
pada tablet dan kapsul
|
Titik Lebur
|
Tidak kurang dari 540
|
Pemerian
|
Warna : putih atau kuning pucat
Bau : memiliki bau yang lemah
Rasa : memberikan rasa seperti berlemak
Penampilan
: Kristal
padat atau bubuk kuning, .
|
Kelarutan
|
Sangat mudah larut dalam benzen, carbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam
etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak
larut dalam air.
|
Stabilitas
dan kondisi penyimpanan
|
Asam Stearat adalah materi yang stabil; antioksidant dapat
ditambahkan ke dalamnya. Harus disimpan dalam wadah tertutup, sejuk, dan
kering.
|
Inkompatibilitas
|
Asan Stearat inkompatibel
dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin dengan agen
pengoksidasi.
|
GLISERIN
Sinonim
|
Gliserol
|
Struktur molekul
|
C3H8O3
|
Fungsi
|
Antimicrobial preservative; emollient;
humktan; plasticizer;
pelarut; pemanis; tonicity agent.
|
Berat molekul
|
92.09
|
Pemberian
|
Warna : tidak
berwarna (jernih)
Bau : tidak
berbau
Rasa :
manis diikuti rasa hangat
Penampilan
:
cairan kental seperti sirup
|
Kelarutan
|
larut
dalam air dan etanol; agak larut dalam
aseton; praktis tidak larut dalam benzena , kloroform, dan minyak ; eter 1 :
500; etil asetat 1 :11
|
Titik leleh
|
17,8o C
|
Stabilitas
|
Gliserin
merupakan senyawa yang higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi oleh suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa tetapi terurai pada
pemanasan, dengan evaluasi akrolein beracun.
Campuran
dari gliserin dengan air, etanol (95%) dan propylene glycol secara kimiawi
tetap stabil.
Gliserin
dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah, sedangkan Kristal tidak
meleleh hingga suhu 2080C.
Gliserin
harus disimpan dalam wadah kedap udara, dalam tempat sejuk dan kering.
|
OTT
|
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat seperti trioksida kromium, potasium klorat, atau kalium permanganat. Perubahan warna hitam gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau pada kontak
dengan seng oksida atau nitrat bismuth. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam glyceroboric,thatis asam lebih kuat dari asam borat.
|
(Handbooks of Exipient
edisi V hal 301-302)
BORAKS
Struktur
|
|
Sinonim
|
Natrii Tertaboras, Natrium Tetraborat
|
Struktur Molekul
|
Na2B4O7.10H2O
|
Fungsi
|
Antiseptikum ekstern
|
Berat Molekul
|
381,37
|
Pemerian
|
Penampilan
: hablur
transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Bau : tidak
berbau
Rasa : rasa
asin dan basa
*Dalam udara kering merapuh
|
Kelarutan
|
larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P ; praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P.
|
( Farmakope Indonesia III. Hal. 427)
TEA
Sinonim
|
Triethanolamine,
Trihydroxytretylamine, Tris (hydroxyethyl) amine
|
Struktur Kimia
|
|
Berat Molekul
|
149,19
|
Titik Lebur
|
20–210C
|
Pemerian
|
·
Bentuk : cairan, higroskopis
·
Warna : bening sampai kuning pucat
·
Bau : amoniak lemah
|
Kadar Bahan Aktif
|
Campuran dari trietanolamin, dietanolamin,
dan monoetanolamin. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung
terhadap zat anhidrat saperti trietanolamin, N (C2H4OH
)3
|
Kelarutan
|
·
larut dalam etanol 96%,
larut dalam metanol, larut dalam air.
·
Ketika dicampur dalam
proporsi equimolar dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat,
TEA membentuk anionik sabun dengan pH 8, yang dapat digunakan sebagai
emulsifying agent untuk menghasilkan fine-grained, emulsi minyak yang stabil
dalam air
|
OTT
|
golongan
amin dan hidroksi
|
Khasiat
|
Alkalizing
agent, emulsifying agen
|
Penyimpanan
|
harus
disimpan dalam wadah kedap udara dilindungi dari cahaya, di tempat sejuk dan
kering
|
BHT
BHT
|
||
Sinonim
|
|
Agidol; BHT; Dalfac, dibutyled
hiydroxytoluene; embanox BHT; impruvol, lonol CP; Nipanox BHT.
|
Rumus Empiris
|
|
C15H24O
|
Rumus Struktur
|
|
|
Khasiat
|
|
Antioksidan
|
Pemerian
|
|
Warna: putih atau kekuningan
Bau: berbau khas faint
Penampilan : kristal padat atau serbuk
|
Kelarutan
|
|
Praktis
tidak larut dalam air, gliserin, PG, larutan alkali hidroksida, dan larut
dalam asam mineral, sangat muda larut dalam aseton, benzene, etanol 95 %, eter, methanol, toluene dan minyak
minerak. lebih muda larut daripada BHA dalam minyak makan dan lemak.
|
Titik Didih
|
|
26,5 oC
|
Titik Leleh
|
|
70oC
|
Masa Jenis
|
|
1.031 g/cm3
|
Stabilitas
|
|
Rentan
terhadap cahaya, lembab, dan panas menyebabkan discoloration dan aktivitas
yang berkurang. harus disimpan dalam wadah tertutup baik, trlindung dari
cahaya, pada tempat yang dingin dan kering.
|
inkompatibel
|
|
Inkompatibel
dengan oksidasi agen seperti peroksida dan permanganat. garam besi menyebabkab discolorasi dan
berkurangnya aktivitas. pemanasan dengan katalis asam menyebabkan dekomposisi
dengan pelepasan gas isobutena.
|
IV.
PERHITUNGAN
Extract =
Minyak Kelapa =
Asam Stearat =
Gliserin =
Borax =
TEA =
BHT =
Parfum qs
Aqua ad = 25 gram – (5+2,5+3,5+2,5+0,0625+0,25+
)
Minyak Kelapa =
Asam Stearat =
Gliserin =
Borax =
TEA =
BHT =
Parfum qs
Aqua ad = 25 gram – (5+2,5+3,5+2,5+0,0625+0,25+
= 25 gram – 13,814375
gram
= 11,185625 ml
=11,2 ml
V.
PROSEDUR
KERJA
·
PEMBUATAN EKSTRAK
ü Sampel kencur dicuci bersih dengan menggunaka air
mengalir.
ü Kemudian sampel dirajang tipis-tipis.
ü Rajangan tersebut didestilasi selama 6 jam, dan
didapatkan destilat kurang lebih 200 mL.
ü Destilat dipartisi menggunakan eter (3X).
ü Fase eter dipisahkan dari fase air.
ü Fase eter didiamkan selam beberapa menit hingga terbentuk
dua lapisan yang terpisah yaitu minyak atsiri dan eter.
ü Minyak atsiri diambil dan ditambhkan dengan Natrium
Sulfat anhidrat hingga terbentuk endapan.
ü Minyak atsiri disaring untuk menghilangkan endapan.
ü Minyak atsiri didinginkan dalam lemari es sampai
terbentuk kristal.
·
PEMBUATAN KRIM
ü Alat dan bahan disiapkan.
ü Bahan yang dibutuhkan ditimbang.
ü Fase minyak (Asam stearat, minyak kelapa, BHT) dilebur
pada suhu 70 0C.
ü Fase air (Gliserin, borax dan sebagian aquadest)
dipanaskan pada suhu 60 0C.
ü Lumpang dipanaskan dengan cara memasukkan air panas
kedalamnya.
ü Fase minyak dan fase air dicampur didalam lumpang dan
digerus hingga homogen.
ü Ditambahkan TEA sedikit demi sedikit sambil digerus.
ü Ditambahkan ekstrak kencur dan digerus sampai homogen.
ü Setelah terbentuk massa krim ditambahkan parfum
secukupnya.
ü Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket.
VI.
SKEMA KERJA
VII.
HASIL PENGAMATAN
Hasil akhir sediaan
Nilai
fluks eritema
No.
|
Panjang gelombang (l)
|
Absorban (A)
|
Transmitan
(T)
|
T
* Fe
|
1
|
290
|
0,040
|
0,912
|
0,101
|
2
|
295
|
0,033
|
0,92
|
0,623
|
3
|
300
|
0,029
|
0,935
|
0,935
|
4
|
305
|
0,025
|
0,944
|
0,189
|
5
|
210
|
0,022
|
0,950
|
0,130
|
6
|
315
|
0,012
|
0,959
|
0,108
|
Total
|
2,095
|
Nilai
fluks pigmentasi
No.
|
Panjang gelombang (l)
|
Absorban (A)
|
Transmitan
(T)
|
T
* Fp
|
1
|
320
|
0,013
|
0,970
|
0,1046
|
2
|
325
|
0,008
|
0,980
|
0,099
|
3
|
330
|
0,004
|
0,990
|
0,0926
|
4
|
335
|
0,002
|
0,995
|
0,079
|
5
|
340
|
-0,002
|
1,0096
|
0,067
|
6
|
345
|
-0,005
|
1,0115
|
0,0576
|
7
|
350
|
-0,007
|
1,016
|
0,049
|
8
|
355
|
-0,010
|
1,023
|
0,046
|
9
|
360
|
-0,013
|
1,030
|
0,036
|
10
|
365
|
-0,016
|
1,037
|
0,032
|
11
|
370
|
-0,020
|
1,047
|
0,027
|
Total
|
0,689
|
Maka % Te =
=
=
0,939
Maka % Tp =
=
= 0,992
Kristal
Konsentrasi
40 ppm
Panjang
gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan
(T)
|
Fluks
Eritema (Fe)
|
Nilai
fluks eritema
(T
x Fe)
|
290
nm
|
0,005
|
0,9885
|
0,1105
|
0,1136
|
295
nm
|
0,004
|
0,9120
|
0,672
|
0,6128
|
300
nm
|
0,003
|
0,9332
|
1
|
0,9332
|
305
nm
|
0,003
|
0,9332
|
0,2008
|
0,1873
|
310
nm
|
0,002
|
0,9549
|
0,1364
|
0,1302
|
T
(transmitan) = Antilog-A
Panjang gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan (T)
|
Fluks pigmentasi (Fp)
|
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
|
320 nm
|
0,002
|
0,9954
|
0,1079
|
0,1074
|
325 nm
|
0,001
|
0,9977
|
0,102
|
0,1017
|
330 nm
|
0,000
|
1
|
0,0936
|
0,0936
|
335 nm
|
0,000
|
1
|
0,0798
|
0,0798
|
340 nm
|
0,000
|
1
|
0,0669
|
0,0669
|
345 nm
|
0,000
|
1
|
0,057
|
0,057
|
350 nm
|
0,000
|
1
|
0,0488
|
0,0488
|
355 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,0456
|
0,0457
|
360 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,0356
|
0,0356
|
365 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,031
|
0,0310
|
370 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,026
|
0,0601
|
375 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,026
|
0,0601
|
Konsentrasi
80 ppm
Panjang gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan (T)
|
Fluks Eritema (Fe)
|
Nilai fluks eritema
(T x Fe)
|
290 nm
|
0,006
|
0,9862
|
0,1105
|
0,1089
|
295 nm
|
0,006
|
0,9862
|
0,672
|
0,6627
|
300 nm
|
0,005
|
0,9885
|
1
|
0,9885
|
305 nm
|
0,004
|
0,9908
|
0,2008
|
0,1989
|
310 nm
|
0,004
|
0,9908
|
0,1364
|
0,1351
|
Panjang gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan (T)
|
Fluks pigmentasi (Fp)
|
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
|
320 nm
|
0,003
|
0,9931
|
0,1079
|
0,1071
|
325 nm
|
0,001
|
0,977
|
0,102
|
0,0996
|
330 nm
|
0,000
|
1
|
0,0936
|
0,0936
|
335 nm
|
0,000
|
1
|
0,0798
|
0,0936
|
340 nm
|
0,000
|
1
|
0,0669
|
0,0936
|
345 nm
|
0,001
|
0,977
|
0,057
|
0,0556
|
350 nm
|
0,001
|
0,977
|
0,0488
|
0,0476
|
355 nm
|
0,000
|
1
|
0,0456
|
0,0456
|
360 nm
|
0,000
|
1
|
0,0356
|
0,0356
|
365 nm
|
0,000
|
1
|
0,031
|
0,031
|
370 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,026
|
0,0260
|
375 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,026
|
0,0260
|
Konsentrasi
120 ppm
Panjang gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan (T)
|
Fluks Eritema (Fe)
|
Nilai fluks eritema
(T x Fe)
|
290 nm
|
0,011
|
0,9749
|
0,1105
|
0,1077
|
295 nm
|
0,009
|
0,9794
|
0,672
|
0,6581
|
300 nm
|
0,007
|
0,9840
|
1
|
0,9840
|
305 nm
|
0,006
|
0,9862
|
0,2008
|
0,1980
|
310 nm
|
0,005
|
0,9885
|
0,1364
|
0,1348
|
Panjang gelombang
|
Absorbansi
|
Transmitan (T)
|
Fluks pigmentasi (Fp)
|
Nilai fluks pigmentasi
(T x Fp)
|
320 nm
|
0,002
|
0,9954
|
0,1079
|
0,1074
|
325 nm
|
0,001
|
0,9977
|
0,102
|
0,1017
|
330 nm
|
0,001
|
0,9977
|
0,0936
|
0,0933
|
335 nm
|
0,000
|
1
|
0,0798
|
0,0798
|
340 nm
|
0,000
|
1
|
0,0669
|
0,0669
|
345 nm
|
0,000
|
1
|
0,057
|
0,057
|
350 nm
|
0,000
|
1
|
0,0488
|
0,0488
|
355 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,0456
|
0,0457
|
360 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,0356
|
0,0356
|
365 nm
|
-0,001
|
1,0023
|
0,031
|
0,0310
|
370 nm
|
-0,002
|
1,0046
|
0,026
|
0,0261
|
375 nm
|
-0,003
|
1,0069
|
0,026
|
0,0261
|
VIII.
PEMBAHASAN
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang
digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari terutama
daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit
karena cahaya matahari. Efek nyata penyinaran matahari yang merugikan adalah
eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan, penyinaran ultraviolet
dengan panjang gelombang di atas 330 nm dapat menyebabkan kulit menjadi
kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat.
Pada praktikum kosmetologi kali ini,
kami membuat sediaan tabir surya dalam bentuk sediaan krim dari ekstrak kencur. Kandungan kimia yang terdapat di dalam rimpang kencur diantaranya
adalah pati, mineral, dan minyak astiri. Senyawa-senyawa yang berada dalam
minyak atsiri ini diantaranya etil parametoksi sinamat (30%), etil sinamat,
para metoksi stiren, sineol, penta dekana, borneol, kamphene. Etil para-metoksi
sinamat (EPMS) yang diisolasi dari kencur inilah yang dapat berfungsi sebagai
krim tabir surya pada basis minyak dalam air.
Keterangan:
1. etil sinamat,
2. etil p-metoksisinamat,
3. p-metoksistiren
4. karen
5. borneol
EPMS termasuk
dalam golongan senyawa
ester yang mengandung cincin benzena
dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar. EPMS mengandung senyawa aktif
yang ditambahkan pada lotion atau kulit ataupun pada bedak setelah
mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari
ester ini digantikan oleh
oktil, etil heksil, atau heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap.
Modifikasi yang dilakukan
diharapkan mengurangi kepolaran
EPMS sehingga kelarutannya dalam
air berkurang dan
hal itu merupakan
salah satu syarat
senyawa sebagai tabir surya.
Selain untuk mengurangi
tingkat bahaya terhadap
kulit, EPMS (bila terhidrolisa) akan melepaskan
etanol yang bersifat karsinogenik terhadap kulit sedangkan hasil
modifikasinya akan melepaskan alkohol dengan rantai lebih panjang yang tidak
berbahaya.
Untuk mengambil
ektrak dari kencur tersebut yang berupa minyak atsiri, kami menggunakan teknik
destilasi. Sebenarnya proses pengambilan ekstrak minyak atsiri dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu destilasi, ekstraksi dengan pelarut yang mudah
menguap, penyarian dengan lemak padat, pemerasan dan penyarian dengan CO2.
Destilasi itu sendiri tebagi menjadi 3 yaitu destilasi air, destilasi uap dan
destilasi air dan uap. Kami memilih menggunakan teknik destilasi selain dikarenakan
merupakan cara paling umum untuk pengambilan minyak atsiri, juga dikarenakan
kami lebih menguasai teknik destilasi dibandingkan teknik lainnya serta
tersedianya peralatan tersebut di laboratorium.
Langkah
awal yang dilakukan adalah pengambilan ekstrak dari kencur. Kencur tersebut
dicuci bersih dengan menggunakan air mengalir untuk menghilangka kotoran-
kotoran atau zat-zat yang tidak dibutuhkan. Kemudian kencur dirajang
tipis-tipis untuk mempermudah pengeluaran zat kandungan dari kencur tersebut. Rajangan
tersebut didestilasi selama 6 jam, hingga didapatkan destilat kurang lebih 200
mL.
Setelah
diperoleh destilat, lalu dipartisi menggunakan eter (3X), sehingga terbentuk
dua lapisan yaitu fase eter dan fase air. Penggunaan eter ini digunakan untuk menarik
minyak atsiri. Fase eter ini kemudian didiamkan selama beberapa menit hingga
terbentuk dua lapisan yang terpisah yaitu minyak atsiri dan eter. Minyak atsiri
diambil dan ditambahkan dengan Natrium sulfat anhidrat hingga terbentuk
endapan. Natrium sulfat anhidrat ini digunakan untuk menarik air yang masih
terdapat dalam minyak atsiri. Endapan yang muncul menunjukkan bahwa minyak
atsiri telah bebas dari air. Minyak atsiri disaring untuk menghilangkan
endapan, lalu didinginkan dalam lemari es sampai terbentuk kristal.
Selanjutnya
adalah pembuatan krim tabir surya. Pertama kami meleburkan asam stearat minyak kelapa dan
BHT dalam cawan penguap.
Campuran asam stearat ini
merupakan fase minyak, sehingga
diperlukan peleburan sebelum pencampuran lebih lanjut. Suhu peleburan ini
berkisar antara 700 C – 750 C. Dalam cawan lain dilakukan
pencampuran gliserin, borax,
dan sebagian aquadest. Adapun borax sebelumnya sudah dilarutkan terlebih dahulu dengan
aquadest. Kemudian dipanaskan pada suhu yang sama
dengan fase minyak. Selanjutnya, fase air tersebut dicampurkan dengan fase
minyak dan digerus
konstan didalam lumpang yang telah dipanaskan.
Setelah campuran tersebut homogen, kemudian ditambahkan
dengan trietanolamin
(TEA) sebagai penetral pH . Selain itu juga
TEA ini bertujuan
untuk membentuk massa krim karena merupakan
emulsifying agent. kemudian ditambahkan ekstrak kencur ke dalam campuran tersebut sedikit
demi sedikit dan digerus kembali hingga homogen. Penambahan ekstrak ini
diakhirkan karena jika dimasukkan dalam proses peleburan seperti pada tahap
awal, dikhawatirkan ekstrak tersebut akan menguap. Setelah terbentuk massa krim
ditambahkan parfum sesuai selera.
Sediaan
tabir surya ini merupakan salah satu sediaan kosmetik yang berbentuk krim. Krim
merupakan sediaan emulsi yang terdiri dari fase minyak dan fase air. emulsi
terbagi menjadi dua jenis yaitu emulsi minyak dalam air(O/W) dan emulsi asir
dalam minyak(W/O). Sediaan tabir surya yang kami buat termasuk ke dalam jenis
emulsi minyak dalam air karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit dari fase
air.
Fase
minyak yang diigunakan adalah minyak kelapa dan asam stearat. Minyak kelapa
menjadikan sediaan ini lembut dan nyaman di kulit. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa kulit kita lebih banyak terdiri dari lemak sehingga pemakaian
sediaan berminyak pada kulit akan lebih mempermudah penetrasi ke dalam kulit
dan menjadikannya nyaman digunakan. Asam stearat yang digunakan berfungsi
sebagai peningkat viskositas sediaan, sehingga terbentuk massa krim yang agak
kental.
Fase
air yang digunakan adalah gliserin dan TEA. Gliserin ini berfungsi sebagai
humektan yang menyebabkan sediaan lembut ketika digunakan di kulit. Sedangkan
TEA merupakan alkalizing agent yang berfungsi sebagai pemberi suasana basa,
dimana sebelumnya sediaan bersifat asam karena penambahan asam stearat. Selain
itu, penambahan TEA menyebabkan sediaan membentuk massa krim. Dikarenakan
sediaaan krim digunakan untuk topikal sehingga diperlukan penambahan anti
mikroba dan anti oksidan. Anti mikroba yang kami gunakan adalah borax,
sedangkan anti oksidannya adalah BHT.
Setelah diperoleh sediaan
akhir, kami melakukan uji efektivitas tabir surya dengan menggunakan fluks
eritema dan fluks pigmentasi. Sebanyak 1,25 gram sediian dilarutkan ke dalam
etanol hingga 25 ml, lalu diencerkan kembaki hingga 25 ml. Larutan ini kemudian
dilihat absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 290 nm-375 nm. Setelah diperoleh nilai absorbansinya, kami
memasukkannya ke dalam rumus % Te dan % Tp. Nilai % Te yang diperoleh adalah
0,939. Sedangkan nilai % Tp adalah 0,992.
%
Te
|
%
Tp
|
Kategori
Penilaian Aktivitas
|
<
1
|
3 – 40
|
Sunblock
|
1 – 6
|
42 – 86
|
Proteksi ultra
|
6
– 12
|
45 – 86
|
Suntan
|
10
– 18
|
45 – 86
|
Fast tanning
|
Dari tabel di atas,
dapat diketahui bahwa % Te masuk ke dalam kategori sunblock, sedangkan %Tp
tidak memiliki kategori apapun. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi EPMS
yang berada di dalam kencur tersebut sangat sedikit. Walaupun kami menggunakan
kristal yang terbentuk dalam minyak atsiri kencur, namun besar kemungkinan
bahwa kristal tersebut tidak hanya mengandung EPMS melainkan juga senyawa lain
seperti etil sinamat, p-metoksistiren dan lain-lain. Banyaknya senyawa lain
yang terkandung dalam kristal tersebutlah yang menjadikan konsentrasi EPMS
menjadi kecil sehingga kemunkinan tidak dapat memberikan efek sebagai tabir
surya.
Untuk pengujian
kristal, diperoleh bahwa baik % Te maupun % Tp kristal tersebut memiliki nilai
yang hampir sama dengan nilai pada krim sediaan. Yaitu %Te menunjukkan ke dalam
kategori sunblock, sedangkan %Tp tidak memiliki kategori apapun.
Dari
hasil evaluasi sediaan menunjukkan bahwa sediaan lembut dan nyaman ketika
dioleskan pada kulit, sedangkan pH-nya adalah 7. Adapun viskositas dari sediaan
ini tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
IX. KESIMPULAN
1. Ekstrak
yang kami gunakan adalah kristal dari minyak atsiri
2. Teknik
pengambilan minyak atsiri teersebut menggunakan destilasi air
3. Nilai
% Te krim 0,939 menunjukkan adanya aktivitas sunblock. Sedangkan nilai % Tp
krim adalah 0,992 menunjukkan tidak adanya aktivitas tabir surya
4. Nilai
%Te sediaan menunjukkan ke dalam kategori sunblock, sedangkan %Tp tidak
memiliki kategori apapun.
5. pH
sediaan akhir adalah 7
X.
URAIAN TUGAS KELOMPOK
Nama
|
Tugas
|
Gian
Pertela
|
Membantu
membuat sediaan
Menimbang
bahan
|
Zil
Ardi
|
Membantu
membuat sediaan
Mengevaluasi
sediaan
|
Fakhrul
Umam
|
Membantu
membuat laporan
Membantu
membuat sediaan
|
Ferry
Indar A.
|
Membantu
membuat sediaan
Membantu
membuat laporan
|
M.
Muwaffaq Zaky
|
Membantu
membuat sediaan
Menimbang
bahan
|
M.
Ikhwan
|
Membantu
membuat sediaan
Menimbang
bahan
|
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.
Jakarta : UI press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Vol I : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Formularium
Kosmetika Indonesia : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope
Indonesia III : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope
Indonesia III Jakarta
Lieberman, Lachman . 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid 2. UI press : Jakarta
Supinya, T., dkk,. 2005. Chemical
components and biological activities of volatile oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin
J. Sci. Technol. p503-507
Taufikkurohmah, T. 2005. Sintesis
p-Metoksisinamil p-Metoksisinamat dari Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang
Kencur (Kaempferia galangal L)
sebagai Kandidat Tabir Surya. Indo. J. Chem. p193 – 197.
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. 6th
edition. Washington : American Pharmaseutical Association.
0 komentar:
Posting Komentar