9.
GRAVIMETRI :
PENETAPAN
KADAR AIR DAN KADAR ABU
DARI
JARINGAN TANAH
Pendahuluan
Kadar air suatu bahan dapat ditentukan
dengan cara gravimetric evolusi tidak langsung. Kadar air diperoleh dari
selisih bobot bahan sebelum dan sesudah dikeringkan pada temperature dan jangka
waktu tertentu.
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula
secara garavimetri. Bobot abu diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisis
abu dan cawan kosong.
- percobaan I. penetapan kadar air
menetapkan kadar
air, yaitubesarnya kandungan air di dalam suatu bahan persatuan berta tertentu,
dinyatakan dalam persen.
Bahan dan
alat
Bahan : daun, batang, dan bunga berbagai jenis
tanaman
Alat : Botol timbang Neraca analitik
Eksikator Oven
(thermostat)
Prosedur
Botol
timbang dikeringkan pada temperature 1050 C selama 30 menit. Setelah
didinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang kira-kira 3g (catat sampai
empat decimal dalam gram) bahan. Masukan dalam botol, kemudian dikeringkanpada
temperature 1050C selama 2 jam. Setelah didinginkan dalam eksikator
ditimbang. Pekerjaan
dilakukan rangkap dua (diplo).
Tugas:
Carilah persen
kadar air dari contoh bahan makanan ternak tersebut:
Perhitungan
a - b
Kadar air = X 100%
a
a = (botol + bahan)
sebelum dikeringkan
b = (botol + bahan) setelah
dikeringkan
Perhatian
Jika
memakai botol timbang plastic, hindarkan pemanasan melebihi 1200C
dan api.
- percobaan II. Penetapan kadar abu
Tujuan
Percobaan
Menetapkan kadar abu suatu bahan
persatuan berat tertentu dinyatakan dalam persen.
Bahan dan
alat
Bahan : daun, batang, dan bunga berbagai jenis tanaman
Air :
Cawan porselin Neraca
analitik
Pembakar gas Oven
(thermostat)
Eksikator Tanur
listrik
Prosedur
Cawan poselin dikeringkan pada
temperature 6000C selama 30 menit, didinginkan dalam eksikator
kemudain ditimbang, kira-kira 1g, diarangkan kemudian dimasukan ke dalam tanur
listrik dengan temperature ....0C sampai contoh menjadi abu sama
sekali (kira-kira 30 menit). Setelah didinginkan dalam eksikator, ditimbang.
Pekerjaan silakukan rangkap dua (duplo)
Tugas : carilah kadar abu dari contoh bahan makanan
ternak tersebut, dinyatakan berdasar bobot basah dan bobot kering.
Perhitungan
a
Kadar abu = X 100%
b
a = bobot
abu (berat sample akhir)
b = bobot
contoh (berat sample awal)
- Percobaan III. Penentuan kadar air kristal
Pendahuluan
Air
kristal adalah air yang yang terikat secara kimia dengan perbandingan. Umumnya
untuk melepaskan air sejenis ini diperlukan energi yang lebih disbanding air
yang terikat secara fisik. Pada percobaan ini akan dilakuakn air kristal dari
Ba Cl2.
Bahan dan alat
- botol timbang - mortal - Ba Cl2
padat
- Oven - eksikator
Prosedur
1.
Ambil
1,0 gram BaCl2 padat dan hancurkan dengan mengunakan mortal
2.
Timbang
BaCl2 yang telah dihancurkan sebanyak 0,1 gram
3.
Panaskan
dalam oven pada suhu 1050C selama satu jam atau 30 menit pada suhu
1500- 2000C.
4.
Dinginkan
pada suhu kamar, masukan dalam eksikator.
5.
Timbang sampai bobot konstan.
6.
Hitung bobot air kristal dan juml;ah
molekul air kristal untuk setiap molekul BaCl2.
10. GRAVIMETRI PENGENDAPAN
Pendahuluan
Gravimetri dapat dilakuakn dengan berbagai cara. Semuanya
berdasarkan pada penimbangan hasil reaksi analat untuk mencari jumlah bahan
yang dianalisis. Dalam praktikum yang akan dilakukan, bahan yang dianalisis
direaksikan, sehingga terjadi endapan. Endapan disaring, dicuci, dikeringkan,
dipijarkan. Setelah dingin, ditimbang. Kemudian dipijarkan lagi, didnginkan,
ditimbang. Apabila kedua penimbangan memberi perbedaan terlalu besar, bahan
harus dipijarkan lagi, didingainkan dan ditimbang. Pekerjaan ini diulang-ulang
sampai hasil penimbangan konstan atau tidak berubah terlalu banyak. Jelas bahwa
garvimetri memerlukan waktu sangat banyak, maka harus diusahakn pembagian waktu
yang sebaik-baiknya.
Urutan kerja dalam praktikum ini
adalah:
- pembuatan endapan dan digestion/ageing.
- Penyaringan (dekantasi) dan pencucuian
endapan.
- Pengeringan
dan pemijaran endapan dalam cawan porselin.
- Mengulangi c dan d sampai berat konstan
Catatan
Bobot
bahan ini adalah selisih antara bobot berisi bahan dan cawan kosong dicari
sebelum diisi endapan. Sebelum ditimbang, cawan kosong itu juga dipijarkan dan
didinginkan. Pemijaran cawan dilakuakn sebelum mulai membuat endapan, sedangakn
penimbangan dapat dilakuakn selama digestion/ageing.
Penyaringan
Penyaringan
bertujuan memisahkan padatan/endapan yang terdapat dalam cairan. Kertas saring ada 2 macam:
- kertas
saring biasa
- kertas
saring bebas abu
Mencuci Endapan
Kadang-kadang
endapan yang telah dimasukan kedalam penyaringan belum cukup bersih dan masih
harus dicuci. Untuk itu pinggir atas kertas saring disemprot dengan air suling
dan kertas saring diisi dengan air pencuci sampai hampir penuh. Setelah kertas
saring kosong tambahkan air kembali. Pemncucian diteruskan sampai zat yang
dihilangkan tidak terdapat lagi pada air saringan/filtrat.
Mengenaptuangkan/Dekantasi
Supaya
endapan dapat dipisahkan dari zat lain maksimal dan cepat, maka dilakuakn cara
mengenaptuangkan. Artinya, sebelum dimuali menyaring, endapan dibiarkan
mengendap dulu, lalu cairan jernih dituangkan kedalam kertas saring. Karena
belum ada endapan yang menyumbat pori-pori, maka cairan itu dengan cepat
melalui kertas saring. Penyaringan harus tetap penuh. Bila sebagian besar
cairan telah disaring, maka endapan ditambah lagi air, diaduk, lalu dibiarkan
mengendap seperti diatas. Pekerjaan ini dapat diulang beberapa kali. Supaya
penyaringan dapat dituang kedalam penyaringan tanpa menyimprat, dipergunakan
batang pengaduk untuk mengalirkannya. Hal ini juga untuk menghindarkan adanya
cairan yang mengalir pada permukaan luas gelas piala saat gelas piala ditegakan
kembali. Setelah dienaptuangkan beberapa kali baru endapan dapat dipindahkan
dengan bantuan batang pengaduk berujung karet dan botol semprot. Endapan yang
menempel kuat pada dinding gelas dapat disapu dengan secarik kecil kertas bebas
debu.
Pengabuan Kertas Saring
Supaya
berat endapan ditentukan, kertas saring bersama endapan dibakar. Dalam proses
pembakaran ini endapan mungkin berubah menjadi senyawa lain. Kertas saring
berisi endapan dilipat dengan hati-hati sekali. Lalu dimasukan kedalam cawan
porselin yang beratnya telah diketahui (cawan dengan tutupnya). Mula-mula air yang
terpadat pada kertas saring maupun endapan harus diluapkan. Cawan diletakan
diatas kaki tiga dengan sebuah segi tiga porselin. Cawan ditutup dengan cara
menyimapan penutup pada pinggirnya, sehingga uap air yang terbentuk dapat
segera keluar. Nyala api kira-kira 10 cm di bawah cawan.
Setelah
kertas saring kering, maka suhu pemanasan dinaikan sehingga kertas saring
menjadi arang. Cawan ditutup penuh, setelah tidak ada lagi asap yang keluar
lalu cawan dibakar. Cawan
diletakan miring supaya oksigen untuk pembakaran cukup tersedia dan semua
karbon terbakar habis. Akhirnya cawan diletakan tegak dan dipijarkan. Kemudian
didinginkan dan ditimbang. Pemijaran dilakukan sampai bobot tetap (hasil
penimbangan ulang berbeda > 0,2 mg).
Kertas
saring bebas abu lalu dibakar dan
dipijarkan. Kertas saring biasa digunakan bagi penyaringan lainnya. Ada dua
tujuan penyaringan : (1) untuk mengambil endapan, dan (2) untuk mengambil cairan. Pada hal yang
pertama, kertas yang digunakan dilipat dengan cara biasa , yang kedua dengan
cara kertas saring berlipat ganda. Melipat dengan cara
memudahkan mengambil endapan.
Pemijaran Bermaksud
- Menghilangkan
air
- membakar kertas saring habis-habisan, dan
kadang-kadang.
- mengubah endapan menjadi bentuk yang
susunannya tetap.
Mendinginkan cawan: mula-mula diluar eksikator, sesudah cukup
dingin (masih agak panas) cawan dimasukan eksikator. Cawan panas harus daitaruh
di atas kasa.
Menimbang: benda yang timbang harus mempunyai
temperature seperti temperetur kamar. Jika prnimbangan berulang-ulang maka
neraca yang dipakai harus satu saja. Kurangnya waktu dan alat-alat, menyebabkan penentuan hanya dibuat satu
kali.
Percobaan I : Penentuan ion
sulfat
Sulfat yang dianalisis
dilarutkan terlebih dahulu, lalu ditambah Ba2+, sehingga terjadi
endapan BaSO4. Endapan disaring, dicuci, dipijarkan, ditimbang.
Bahan dan Alat
Bahan:
- AgNO3 0,05 N HNO3 4N Na2SO4
0,1 M BaCl2 6%
Alat:
1.
botol semprot - kertas saring - penangas air
2.
cawan porselin - neraca analitik - tabung reaksi
3.
corong
dan standar - oven dan tanur
listrik - gelas ukur100 ml
4.
Erlenmeyer
500 ml - gelas piala 150; 400
ml - pembakar gas
5.
Gegep cawan - gelas arloji - pengaduk gelas
6.
Pipet 25 ml
Prosedur
Sebanyak 5 ml larutan sulfat
yang dianalisis dimasukan kedalam gelas piala 400 ml dan ditambah air 150 ml,
kemudian didihkan sambil dipanaskan dan kedalamnya dimasukan 5 ml laruatn Ba Cl2
6% yang mendidih, tetes demi tetes sambil diaduk dengan kuat. Api kecilkan,
ditunggu sampai endapan mengendap (mengumpul di dasar dan cairan di atas
jernih). Untuk memeriksa apakah semua sulfat telah mengendap, dengan hati-hati
(lewat pengaduk) dimasukan sedikit Ba Cl2. jika sulfat belum semua
mengendap, terjadi endapan dan diuji lagi. Jika sulfat sudah mengendap semua,
tidak terjadi lagi endapan putih, selanjutnyadilakukan "digestion"
atau "angieng" endapan. Gelas piala yang berisi endapan ditaruh di
atas penangas air (waterbath) selam satu jam (jika tidak ada penangas air,
dipanaskan dengan api kecil). Endapan kemudian didekantasi, dicuci, dikeringkan dan ipijarkan.
Catatan
Dekantasi dan pemijaran endapan
Endapan
disaring melalui kertas saring, tetapi diusahakan agar endapan sebanyak mungkin
tertinggal dalam gelas piala. Endapan dicuci dengan 15-20 ml air panas denagn
cara menambahkan air panas tersebut ke endapan dan mengaduknya. Endapan
diabirkan mengendap, cairan dituangkan ke kertas saring. Endapan dicuci lagi
beberapa kali sampai endapan bebas dari Cl-. Setelah endapan bebas
dari Cl-, ditambahkan air panas ke dalam endapan, diaduk, dan
tuangkan seluruhnya ke kertas saring. Sisa-sisa endapan yang masih menempel
pada gelas dicuci dengan air dan
semuanya dipindahkan secara kuantitatif ke kertas saring.
Catatan : pengujian ion Cl-
dilakukan terhadap filtrate pencucian terakhir. Cara pengujian yaitu
dengan cara tetes-tetes terakhir dari filtrate ditampung kedalam tabung reaksi
dan dilakukan uji Cl- .
Endapan
bersama kertas sasringnya dalam corong, dikeringkan dalam oven bersuhu 1050C.
Kemudian kertas dan endapan dipindahkan kedalam cawan yang sudah diketahui
bobotnya, untuk selanjutnya dipijarkan. Setelah pemijaran selesai beserta
isinya didnginkan kemudian ditimbang.
Tugas: hitunglah konsentrasi dan
persen kemurnian garam yang dilarutkan.
Percobaan II. :
Penentuan garam-garam besi
Besi diubah menjadi ferri, lalu diendapkan sebagai ferri
hidroksida (ferri-oksida berair kristal). Endapan ini tidak tetap suhunya,
tetapi pemijaran mengubahnya menjadi ferrioksida yang tidak berair kristal dan
susunanya tertentu.
Reaksi:
OH-
Fe3+ Fe2O3
xH2O Fe2O3
Emdapan yang terjadi dalam
larutan berbentuk jonjot, sukar disaring dan dicuci. Untuk mempermudahnya,
sebelum membuat endapan, dalam gelas piala dimasukan juga bubur kertas saring (filter
paper pulp) kalautidak tersedia pulp, dipakai kertas saring yang
dihancurkan dalam air.
Bahan dan alat
Bahan:
-
FeSO4. 7H2O
50 g/l
-
HNO3 pekat
-
NH4OH 10% (6M)
-
Metil jingga
-
Pulp paper
Alat: seperti
percobaan I
Prosedur
Sebanyak
5 ml larutan besi ditambah 25 ml aquades, 2-3 tetes HNO3 pekat,
pulp, lalu panasakan. Jika sudah hampir mendidih, tambahkan beberapa tetes
indicator jingga metal, lalu NH4OH
10% sedikit demi sedikit, sampai alkalis.
Endapan
dibiarkan mengendap lalu diperiksa apakah besi sudah mengendap seluruhnya (jika
cairan di atas endapan kurang jelas warnanya , tambahlah indikatornya). Jika
belum, tambahkan NH4OH 10% kurang lebih 5 ml, dan diuji lagi
kesempurnaan mengendapnya. Setelah itu endapan dibiarkan menggumpal pada pulp
selam 15-30 menit, lalu didekantasi dan disaring. Pencucian telah cukup jika
filtrate tidak berisi ion Cl lagi. Kertas saring dan endapan dikeringkan dalam
oven, lalu dipijarkan dalam cawan yang sudah ditimbang bobotnya. Selanjutnya lakukan
seperti percobaan I
Tugas: hitunglah konsentrasi besi dalam larutan semula dan
persen kemurnian dari garam besi yang dilarukan.
Percobaan III. Penentuan besi dengan homogenous
prepitation
Besi dapat diendapkan sebagai hidroksida atau garam basa; tetapi
penambahna ion hidroksida tidak langsung dalam bentuk suatu basa, melainkan
sebagai urea. Urea dalam larutan terhidrolisis menghasilkan ion OH. Hidrolisis
ini berjalan cukup lambat, sehingga konsentrasi ion OH tidak mendadak besar.
Karena itu dengan urea diperoleh endapan besi hidroksida yang lebih kasar
daripada besi hidroksida yang didapat dengan penambahan suatu basa. Dengan
penambahan suatu basa menghasilkan endapan halus menjojot, sukar seklai
disaring dan dicuci, dan sangat menghabiskan waktu.
Reaksi hidrolisis: CO
(NH2)2 + H2O CO2 + 2 NH4+
+ 2OH-
Dalam
percobaan ini, besi diendapkan sebagai suatu garam basa, yaitu garam formiat
basa, dengan menambahkan asam formiat disamping urea. Asam formiat berfungsi
macam-macam dalam hal ini, yaitu; menyebabakan larutannya asam (memepersulit
terjadinya endapan halus, karena kelarutan endapanya besar dalam suasana asam)
ion H+ mengkatalisator hidrolisis urea, sehingga reaksi berjalan cukup
cepat; menyediakan ion formiat untuk pembentukan garam basa formiat. Namun
harus dicegah pemberian asam yang berlebihan, sebab akan diperlukan terlalu
banyak urea dan waktu reaksinya menjadi lama pula.
Bahan dan alat
Bahan:
-
Fe
(NH4)2(SO4)2. 6H2O 0.1
N - H2O2 6%
-
HCl 0,1 N - NH4
Cl Padat
-
HNO3 6 N - NH4OH
6 N pekat
-
Urea - NH4NO3
1%. Pekat
-
HCOOH
Alat:
-
botol semprot - kertas saring
-
gelas ukur 100 ml - gelas arloji
-
Erlenmeyer 300 ml - pipet 25 ml
-
Neraca analitik - pengaduk
gelas
-
Pembakar gas - cawan porselin 400
ml
-
Tabung reaksi - hot plate
-
Gelas piala 400 ml - gegep cawan
-
Corong - oven dan tanur
listrik
-
Penangas air
Prosedur
1.
Bahan untuk analisis diambil
kira-kira berisi 100 ml besi. Jika berbentuk padatdilarutkan dalam 10 ml HCL
6N dan 40 ml air, kemudian diberi 3 ml
HNO3 6Ndan didihkan hati-hati sampai habis oksida nitrogennya.
Tambahkan kira-kira 400 ml air, kemudian NH3 pekat sampai mulai
timbul endapan yang tidak melarut lagi, lalu masukan HCl encer sekedarnya untuk
menghilangkan kembali endapan itu (dengan ini pH kira-kira 1,8)
2.
Pengendapan: tambahkan 2 ml
asam formiat pekat; 15 g ammonium klorida dan 4-5 g urea. Campurkan dipanaskan sampai mendidih halus, biarkan
demikian (hati-hatijangan sampai terjadi loncatan). Jika pengendapan hampir
selesai, bubuhkan 5 ml H2O2 3%. Saat itu diketahui dari
pH (kira-kira 3-3,2) atau jika cairan diatas endapan sudah jernih. Pemanasan
diteruskan samapai pengendapan selesai. Jika keadaan mengijinkan, sebaiknya
endapan diabiarkan dalam larutan satu malam. Setelah dekantasi, endapan dicuci
3 kali pencucican dengan 20-30 ml larutan NH4NO3 1% yang
panas. Endapan alu dimasukan ke kertas saring. Untuk mengambil sisa-sisa
endapan yang menempel pada gelas piala, ditambahkan larutan HCl pekat. Dengan
kertas tersebut endapan sisa digosok dan dilarutkan, kemudian dimasukan 75 ml
air, dimasak, diberi NH4OH 6N sedikit demisedikit sampai alkalis. Endapan didekantasi, dicuci
seperti di atas, dan disertakan pada endapan semula. Endapan
dikeringkan, dipijarkan seperti biasanya.
Tugas : hitunglah
konsentrasi besi dalam larutan semua dan persen kemurnian dari garam besi yang
dilarutkan.
Percobaan IV. Penentuan
Cu dalam terusi (CuSO4.5H2O)
Larutan terusi yang mendidih ditambahkan NaOH hingga
tembaga hidroksida terendapkan. Setelah dipjjarkan akan menjadi tembaga (II)
oksida yang berwarna hitam coklat.
CuSO4 + 2 NaOH Cu (OH)2 + Na2SO4
Cu (OH)2 Cu
+ H2O
Bahan :
-
larutan contoh terusi - larutan NaOH/KOH 2N
-
larutan HCl 4N - larutan
BaCl2 0,5 N
alat :
-
botol semprot - gelas piala 400
ml - cawan porselin
-
gelas
ukur 100 ml - corong dan standar - kertas saring
-
tabung reaksi - pengaduk gelas
Prosedur
- Timbanglah
dengan teliti kira-kira 0.5 g terusi, larutkan dalam suatu gelas piala
dengan air suling 150-200ml, didihkan, kemudian diendapkan dengan NaOH.
- lebihkan
NaOH dengan memeriksa cairan dengan kertas lakmus
- biarkan
sebentar
- endapan
tuangkan sebanyak 3 kali lalu masukan endapan pada kertas saring.
- cuci endapan dengan air panas hingga filtrate
tidak bereaksi basa atau sulfat. Sulfat diperiksa dengan sedikit BaCl2
panas yang diasamkan dengan sedikit HCl
- setelah bersih, kertas saring + endapan
dikeringkan dan dimasukan kedalam cawan yang telah dipijarkan hingga bobot
tetap.
Tugas: hitunglah kadar Cu dalam
terusi dan kemurnian terusi
11. TITRASI NETRALISASI
Percobaan I
I. Tujuan Percobaan
- Dapat
menyiapkan larutan asam, membakukannya dan mengaplikasikannya untuk
menentukan kadar suatu
zat..
- Dapat merancang prosedur penentuan
kadar asam/basa/garam
II. Bahan :
- HCl (pekat)
- Na2CO3 padat
- Na2B4O7
padat
- Campuran
larutan NaOH + Na2CO3, Na2CO3
+ NaHCO3
- Indicator
PP, Metil Orange dan Metil Merah
III. Cara Kerja
a. Penyiapan Larutan
1). Pembuatan Larutan HCl yang normalitasnya diperkirakan 0,1N
- Sediakan
labu ukur 100 ml, isilah dengan aquades kurang lebih 30 ml
- Dengan
menggunakan sebuah gelas ukur, ambil HCl pekat (kadar kira-kira 37%)
sebanyak kurang lebih 0,83 ml dan masukan ke dalam labu ukur tersebut.
- Tambahkan air suling sampai tepat
tanda batas.:
Peringatan:
Pada pengenceran asam
pekat, asam harus ditambahkan ke dalam air bukan sebaliknya
2). Pembuatan larutan Boraks 0,1 N
- Berat ekivalen Na2B4O7.10
H2O = 190,72. Timbanglah dengan teliti 0,9536 gram boraks
- masukkan
ke dalam labu ukur 50 ml
- larutkan
dengan akuadest sampai batas tanda
3). Pembuatan larutan HCl dengan larutan boraks 0,1 N
- Siapkan
buret 50 ml yang bersih dan bilas dengan sedikiti harutan HCl yang akan
dibakukan. Isilah buret
dengan HCl
- Pipet 10
ml larutan boraks 0,1 N dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke
daalm erlemeyer yang bersih
- Tambahkan
2 atau 3 tetes larutan indikator
metil merah
- Titrasi
larutan dengan HCl dari buret sampai larutan berubah warna menjadi merah
muda
- Ulangi
titrasi sekali lagi dan hitunglah normlitas larutan HCl
b. Aplikasi
b.1. Penentuan Kadar karbonat (Na2CO3)
1. Siapkan buret 50 ml yang
bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan HCl yang telah dibakukan. Isilah
buret dengan larutan HCl tersebut
2. Pipet 10 ml larutan
sampel dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke dalam erlemeyer yang
bersih
3. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator
fenolftalin
4. Titrasi larutan ini
dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah menjadi merah muda
5. Catat volume HCl yang terpakai (V1)
6. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan
indikator metil jingga
7. Titrasi larutan ini
dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna
8. Cacat volume HCl yang terpakai (V2)
9. Ulangi titrasi sekali lagi
dengan sasaran pembuatan kurva titrasi ( 3 titik sebelum
V1, 2 titik sesudsh V1 dan 3 titik setelah V2)
4). Perhitungan
Normalitas Larutan HCl = 10
x Nboraks
V HCl
Campuran karbonat:
Bila: A. V1
= V2 maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3
- V1
> V2 maka senyawa yang terdapat adalah NaOH dan Na2CO3
- V1< V2
maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3 dan NaHCO3
5) Tugas
a. Tentukan komposisi zat dalam campuran
b. buat kurva
titrasi campuran
c. Cari indicator lain yang dapat digunakan untuk
titrasi campuran disertai dengan pembahasan
alas an pemilihannya
. 12. IODOMETRI
1. TUJUAN
- Dapat membuat larutan Na2S2O3
0,1N dan membakukannya
- Dapat menentukan kadar suatu zat
dalam larutan
- Dapat merancang prosedur penentuan
suatu zat dengan titrasi iodometri
2. BAHAN
- Natrium tiosulfit
- Larutan KMnO4
- Larutan CuSO4
3. CARA KERJA
A. Penyiapan
Larutan
1. Pembuatan
larutan baku Na2S2O3 yang kadarnya 0,1M
Timbang dengan tepat 25 gram kristal Na2S2O3.
5H2O masukkan ke dalam labu ukur
1000 ml dan
encerkan dengan aquadest yang telah dididihkan sampai tepat tanda batas
2. Pembakuan larutan Na2S2O3
dengan larutan K2Cr2O7 0,1N
a. Bersihkan buiret, erlemeyer dan pipet yang akan
digunakan, buret harus dibilas dengan larutan
yang akan diisikan ke dalamnya
b. Isilah buret
dengan larutan Na2S2O3 yang akan ditetntukan
konsentrasinya
c. Pipet dengan tepat 25 ml larutan K2Cr2O7 0,1N
dan tempatkan dalam sebuah erlemeyer volume 250 ml yang bersih, kemudian
tambahkan 1 gram KI atau 10 ml KI 10% dan 1 ml HCl pekat. Tutuplah erlemeyer dengan kertas dan simpan dalam
tempat gelap selama kira-kira 5 menit agar reasi berjalan sempurna
d. Titrasi larutan I2 yang terbentuk
dengan larutan Natrium tiosulfit dari buiret sampai warna larutan menjadi
kuning pucat. Tambahkan 1 ml indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai warna
biru tepat hilang
e. Ulang titrasi sekali lagi dan
tentukan kadar Na2S2O3
B. Aplikasi
Penentuaan kadar Cu2+ dengan larutan baku Na2S2O3
1. Bersihkan buiret,
erlemeyer dan pipet yang akan digunakan, buret harus dibilas dengan
larutan yang akan diisikan ke dalamnya
2. Isi buiret
dengan larutan baku Na2S2O3
3. Tambahkan akuadest pada larutan CuSO4
yang anda peroleh sampai tetap tanda batas 100 ml
4. Pipet dengan tepat 25 ml larutan CuSO4
yang akan diperiksa dan tempatkan dalam sebuah erlemeyer volume 250 ml yang
bersih, kemudian tambahkan 1 gram KI atau 10 ml larutan KI 10%. Tutplah erlemeyer dengan kertas agar I2
yang terbentuk tidak menguap.
5. Titrasi larutan I2
yang terbentuk dengan larutan natrium tiosulfat dari buiret sampai warna larutan
menjadi kuning pucat. Tambahkan 1 ml indikator kanji dengan dan lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat
hilang.
6. Ulangi titrasi sekali lagi
7. . Tentukan kadar CuSO4 dalam larutan
4. PERHITUNGAN
Normalitas
larutan Na2S2O3 = 25
x N KmnO4
V Na2S2O3
Kadar
CuSO4 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Mr
CuSO4
V CuSO4
5. TUGAS
a. Tentukan
kadar Cu2+ dalam larutan (mg/ml)
b. Hitunglah
berat garam CuSO4 dan CuSO4.5H2O dalam 100 ml
larutan
13. SPEKTRUM
SERAPAN
A. TEORI
Kurva absorbansi terhadap panjang
gelombang disebut spektrum serapan.
B. CARA KERJA
1. Siapkan
larutan-larutan berikut:
a. 0,0200 M Cr(III), dengan pengenceran 10 ml 0,0500 M larutan baku Cr(NO3)3 dalam labu ukur
sampai tepat 25 ml. Kocok baik dengan cara membalikkan labu kurang lebih 15
kali
b. 0,0752 M Co(II), dengan mengencerkan 10 ml larutan
baku Co(NO3)2 dalam labu ukur sampai volumenya tepat 25 ml, kocok dengan baik
2. Sediakan 3 kuvet. Kuvet pertama untuk blanko air
destilat, kuvet kedua untuk larutan Cr(III) dan kuvet ketiga uantuk larutan
Co(II)
3. Atur panjang gelombang pada 375 nm dan selanjutnya
aturlah instrument pada 0%T pada waktu tak ada kuvet dan 100% pada waktu kuvet
yang berisi air ditempatkan pada sample holder (bila instrument tidak dapat
diukur pada panjang gelombang tersebut, aturlah pada panjang gelombang terpendek
yang dapat diperoleh)
4. Masukkan kira-kira 3 ml larutan 0,0200M Cr(III)
dan larutan 0,0752 M C0(II) pada kuvet ketiga.
5. Bersihkan kuvet yang
berisi larutan Cr(III) dan masukkan ke dalam sample holder. Catat %T larutan.
Ulangi dengan larutan Co(II)
PERHATIAN
- Putar
pengontrol cahara ke arah yang berlawanan dengan jarum jam setiap kali
sebelum mengubah ke panjang gelombang lainnya
- Putar
panjang gelombang ke 400 nm, selanjutnya aturlah kembali ke 0 dan 100% T
dengan menggunakan larutan blanko. Kemudian tempatkan larutan Cr(III) pada
holder dan baca %T pada panjang gelombang ini. Ulangi percobaan tersebut
dengan menggunakan larutan Co(II)
- Lakukan
pengukuran seperti di atas pada berbagai panjang gelombang dari 405 sampai
700 nm dengan interval 5 nm
- Buanglah
larutan dalam kuvet dan bilaslah
kuvet baik-baik dengan air (jangan
menggunakan larutan pembersih atau alat penggosok). Simpanlah kuvet
C. PERLAKUAN DATA
Konversikan semua T yang
dibaca menjadi absorbans (A = 2 –log %T)
Buatlah kurva serapan Cr(III) dan Co(II) dalam kertas grafik. Simpanlah
grafik ini untuk digunakan pada paraktikum berikutnya.
D. PERTANYAAN
Berdasarkan kurva serapan
Cr(III) yang anda peroleh, sarankan panjang gelombang untuk analisisi Cr(III)
yang mempunyai konsentrasi antara 0,02 dan 0,04M Jelaskan dengan singkat
mengapa panjang gelombang tersebut mungkin tidak diinginkan untuk penentuan
larutan Cr(NO3)3 dengan konsentrasi yang kurang dari 0,02
atau lebih besar dari 0,04M.
14. TITRASI PENGENDAPAN
A. PRINSIP DASAR
Titrasi pengendapan
didasarkan pada reaksi pengendapan seperti:
Ag+ + Cl- -------- AgCl (s)
Ag+ + I- ------- AgI(s)
Zat yang biasa digunakan sebagai baku primer adalah
NaCl, NaBr, KBr atau KCl dengan
kemurnian yang tinggi.
Sebagai baku sekunder digunakan AgNO3.
Hubungan yang terdapat pada titrasi ini adalah:
1
mek = Mr
, dan mek Ag+ = mek Cl-
Valensi
Titrasi pengendapaan yang banyak digunakan adalah
titrasi dengan menggunakan larutan
Ag+ sebagai pereaksi
(argentometri).
Penentuan titik akhir
titrasi:
1. Penentuan
endapan berwarna
Cara ini dipakai untuk titrasi Cl- atau
Br- dengan cara Mohr. K2CrO4 dalam suasana netral
digunakan sebagai indikator. Pada awal titrasi terjadi reaski Cl-/Br- dengan Ag+
menghasilkan endapan AgCl/AgBr berwarna putih/agak kuning muda. Pada titik
akhir titrasi ion CrO42- akan beraksi dengan kelebihan
Ag+ yang ditambahkan, membentukan endapan Ag2CrO4 yang
berwarna merah coklat.
Galat titrasi akan makin besar jika konsentarsi
larutan yang dititrasi makin encer. Galat dapat dihitung dengan menentukan
blanko indikator, yaitu dengan mengukur volume larutan AgNO3 baku
yang diperlukan untuk menimbulkan warna jika ditambahkan ke dalam akuadest
dengan volume yang sama yang mengandung sejumlah indikator yang sama pada
titrasi yang dilakukan.Hal lain yang harus diperhatikan ialah pH larutan selama
titrasi yaitu antara 6,5 - 9
Dalam larutan yang asam akan terjadi reaksi:
CrO42- + 2H+ 2HCrO4- Cr2O72- + H2O
Reaksi ini menyebabkan berkurangnya CrO4-,
dan mungkin Ksp Ag2CrO4 tidak akan terlampaui. Dalam
larutan yang basa akan terbentuk endapan AgOH. Untuk menetralkan larutan yang
asam dapat ditambahkan CaCO3 atau NaHCO3, sedangkan untuk
larutan yang basa dapat diatur pHnya dengan menambahkan asam asetat, lalu CaCO3
yang agak berlebihan.
2. Pembentukan
senyawa yang berwarna
Cara ini dipakai pada cara Volhard untuk titrasi
Ag+ yang mengandung HNO3 bebas dengan larutan baku KSCN atau NH4SCN.
Sebagai indikator dipakai Fe3+. Reaksi titrasi ini adalah:
Ag+ + SCN- AgSCN
(s)
Pada
saat reaksi sempurna, kelebihan SCN- akan bereaksi dengan Fe3+
membentuk
FeSCN2+ yang
berwarna merah. Reaksi :
Fe3+ + SCN- FeSCN2+
3. Penggunaan
indikator adsorpsi
Cara ini dikenal cara Fajans. Pada titik ekivalen indicator ini akan
diadsorpsi oleh endapan yang terbentuk. Pada waktu teradsorpsi inakator akan
berubah warna. Contoh indicator fluoresein. Penentuan indicator berdasarkan
pada sayarat-syarat:
·
Endapan harus berbentuk koloid
·
Indicator ion harus bermuatan
berlawanan dengan ion pereaksi pengendap
B. PERCOBAAN
1.
Tujuan
·
Dapat membuat dan membakukan
larutan perak nitrat 0,05N
·
Dapat
menentukan kadar suatu zat dalam larutan dengan cara titrasi argentometri
·
Dapat merancang prosedur
penentuan suatu zat berdasarkan titarsi pengendapan argentometri
2. Bahan
·
Larutan AgNO3
·
NaCl padat
·
Larutan sample KBr
·
Larutan K2CrO4
0,1M
·
Indicator eosin
·
Aquadest
3. Cara Kerja
a. Penyiapan
Larutan:
- Pembuatan
larutan baku NaCl 0,05N. Timbang
1,4610 gram kristal NaCl yang kering (telah dipanaskan dalam oven pada
suhu 250oC selama 1 jam) pada sebuah botol timbang yang
bersih. Larutkan dalam labu ukur 500 ml dengan
air secukupnya, jika telah larut rambahkan
air sampai tanda batas
- Pembuatan
larutan AgNO3
kira-kira0,05 N
- panaskan kristal AgNO3
dalam oven temperatur 120oC selama 1 jam, kemudian dinginkan di dalam desikator
- timbang kristal AgNO3
yang telah dikeringkan kira-kira 4,25 gram dan larutkan dalam labu ukur
500 ml dengan air sampai tepat tanda batas
- larutan ini tidak stabil bila
kena cahaya, sebaiknya labu ukur dibalut dengan kertas karbon atau
disimpan di dalan lemari gelap
3. Pembakuan larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,05 N
a. Buret yang bersih dibilas dengan larutan
yang akan digunakan
b. Isi buret yang telah ditutup dengan kertas karbon (buret
coklat) dengan AgNO3 yang akan diukur
kadarnya
c. Pipet dengan tepat 10 ml larutan NaCl
0,05N dan masukkan ke dalam erlemeyer yang bersih kemudian
tambahkan 10 tetes K2CrO4 0,1M
d. Titrasi NaCl dengan AgNO3
dari buret sanapi terbentuk warna merah yang tidak hilang lagi jika dilakukan
pengocokan
e. Ulangi titrasi sekali lagi dan tentukan normalitas larutan AgNO3
b. Aplikasi
1. Penenuntuan Kadar Br-
dengan larutan baku AgNO3
·
Bilas
buret, erlemeyer dan pipet yang digunakan dengan larutan yang akan digunakan
·
Tambahkan
akuadest pada labu ukur 100 ml yang beris larutan KBr yang anda peroleh sampai
tepat tanda batas
·
Pipet
10 ml larutan KBr ini dan pindahkan ke dalam erlemeyer yang bersih, tambahkan
25 ml akuadest, 1 ml asam asetat 6N dan 6 tetes indikator eosin
·
Titrasi
larutan ini dengan larutan AgNO3 standar dari buret sambil kocok
·
Titik
akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya gumpalan endapan AgBr yang berwarna
merah muda
2.
Penentuan Kadar Cl- dalam air ledeng
·
Bilas
buret, erlemeyer dan pipet yang digunakan dengan larutan yang akan digunakan
·
Pipet
dengan tepat 50 ml air ledeng dan masukkan ke dalam erlemeyer bersih, kemudian
tambahkan 10 tetes larutan indikator K2CrO4 0,1M
·
Titersi
air ledeng dengan AgNO3 sampai terbentuk
warna merah yang tidak hilang jika dilakukan pengocokkan
·
Ulangi
titrasi sekali lagi dan tentukan kadar Cl-di dalam air ledeng.
3. Perhitungan
Normalitas
NaCl =
berat NaCl (g) x 1000
BE
NaCl ml larutan
Normalitas
larutan AgNO3 = 10
x N NaCl
V
AgNO3
Kadar KBr = V AgNO3
x N AgNO3 x BE KBr
gram/L
V
KBr
Kadar Cl- = VAgNO3
x NAgNO3 x BE Cl-
gram/L
V
air ledeng
5. Tugas
- Buat kurva titrasi larutan AgNO3 dengan larutan
NaCl
- Tentukan kadar Br- dalam sample
(mg/ml) dan kadar Cl- dalam air ledeng (ppm)
- Jelaskan kapan digunakan indicator adsorbsi dan kapan digunakan indicator
15. EKSTRAKSI PELARUT
A. TEORI
Pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut
didasrkan pada distribusi zat terlarut antara dua pelarut (fasa) yang tidak
bercampur. Suatu zat terlarut S akan terdistribusi antara dua fasa setelah
pengocokkan dan kedua fasa terpisah kembali. Setelah setimbang, perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam kedua fasa akan konstan
Kp = [S]1
[S]2
Kp adalah koefisien distribusi, [S]1 dan [S]2
berturut-turut adalah konsebtrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2.
Ekstraksi pelarut biasanya biasanya dikerjakan dengan menggunakan corong pisah
Suatu
istilah atau besaran yang lebih mudah dipakai dalam praktek, terutama untuk zat
yang mengion dalam salah satu fasanya (air) adalah perbandingan distribusi.
Untuk asam lemah HB yang mengion dalam air, kesetimbangan ekstraksinya:
HBo Fasa
organik
Kp
Ka
HBa + H2O H3O+ + B-a Fasa air
Perbandingan distribusi D asam HB dapat dinyatakan:
D = [HB]o
[HB]a + [B-]a
a
= fasa air
o
= fasa organik
B. PERCOBAAN
Penentuan kadar tembaga sebagai kompleks
dietilditiokarbamat
Tujuan:
Memahami
teknik-teknik ekstraksi logam dan factor-faktor yang mempengaruhi hasil yang
diperoleh
Peralatan:
- Labu ukur 100 ml (1)
- Labu ukur 50 ml (5)
- Labu ukur 25/10 ml (5)
- Gelas kimia 100 ml (4)
- Pipet gondok 2 ml (1), 5 ml (1)
dan 10 ml (1)
- Gelas ukur 25 ml
- Corong pisah 100 ml (5)
- Spektrofotometer daerah tampak
Bahan
- CuSO4. 5H2O
- Larutan asam sitrat 2,5% ( dengan
mengencerkan 10 x larutan asam sitrat 25% (b/v), larutan NaOH encer,
larutan EDTA 4% (b/v), larutan sodium dietilditiokarmat 0,2% (b/v),
larutan H2SO4 5% (v/v)
- Pelarut
kloroform/ karbon tetraklorida/ butyl asetat
- Larutan
(NH4)Fe(III) (SO4)2. 12 H2O 0,1M
Prinsip
Larutan tembaga (II)
dengan konsentrasi rendah rendah dalam suasana yang agak asam atau amoniakal
bereaksi dengan sodium dietilditiokarmat membentuk suspensi koloid koloid
berwarna coklat dari tembaga (II) dietiltiokarbamat.
Suspensi ini dapat diekstraksu dengan pelarut organik seperti klorofotometri
pada 560 nm (butil aseta) atau pada 435 nm (kloroform atau tetra klorida).
Banyak logam-logam berat
berinteraksi dengan pereaksi tersebut membentuk hasil reaksi yang ke;arutannya
kecil. Sebagian besar hasil reaksi
tersebut dapat larut dalam pelarut organik tersebut di atas. Selektivitas
pereaksi yang lebih baik dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi pelindung
(masking agent), terutama EDTA. Kompleks ini terurai dengan cepat dalam larutan
pH rendah>
Cara Kerja:
A. Pembuatan larutan baku
·
Timbang
dengan teliti 0,0393 gram CuSO4.5H2O masukkan ke dalam
labu ukur 100 ml dan larutkan dengan air sampai tanda batas. Larutan ini
mengandung 100 ug Cu/ ml
·
Buat
larutan yang mengandung 4 ug/ml, 10 ug/ml,
dan 20 ug/ml dengan mengencerkan 2 ml, 5 ml, dan 10 ml larutan di atas
masing-masing sampai 50 ml dalam labu ukur
B.
Pembuatan kurva kalibrasi
- Pipet 10
ml larutan baku yang telah diencerkan dan masukkan ke dalam gelas kimia
- Tambahkan
5,0 ml larutan asam sitrat 2,5 %
- Buatlah
larutan sedikit basa dengan menambahkan larutan ammonia pekat 2 tetes
kemudian ditambahkan ammonia encer. (kelebihan ammonia dapat dikeluarkan
dengan mendidihkannya) dan atur pH larutan sampai 8,5 dengan pH meter
- Tambahkan
15 ml larutan EDTA dan dinginkan pada suhu ruang
- Pindahkan
larutan secara kuantitatif ke dalam
corong pisah dan tambahkan 10,00 ml larutan sodium
dietilditiokarbamat dan kocok selama 30 detik
- Kemudian
ditmabahkan pelarut 20 ml, lapisan organik yang diperoleh memberikan warna
kuning
- Dingin, kocok selama 15 detik dan biarkan
16. KROMATOGRAFI KERTAS
A. TEORI
Kromatografi kertas merupakan bentuk analisis
kuantitati dan kualitatif sederhana yang
digunakan secara luas. Untuk tujuan kuantitatif
sampel ditotolkan pada kertas saring dengan pipet mikro dan kromtogram
dikembangkan dengan meletakkan (di bawah
spot) dalam pelarut pengembang yang sesuai. Pelarut akan naik sebagi efek
kapiler. Komponen- komponen sampel bergerak ke atas dengan kecepatan yang
berbeda-beda bergantung pada kelarutannya dan kemampuan kertas untuk
menahannya. Selanjutnya spot yang sudah terpisah diberi tanda atau dibuat tampak dengan
pereaksi tertentu.
Umumnya masing-masing komponen akan berberak dengan kecepatan yang berbeda-beda sejalan dengan gerakan pelarut. Karakteristik setiap spot atau
komponen ditentukan dengan harga Rf:
Rf =
jarak yang ditempuhkan spot
Jarak yang ditempuh pelarutan
Dimana jarak diukur dari
tengah-tengah spot. Permukaan pelarut akan berupa suatu garis pada kertas
saring. Nilai Rf spesifik untuk jenis kertas tertentu dan pelarut pengembang
tertentu.
Kertas selulosa sangat hidrofil sehingga akan
menyerap air dari udara dan membentuk suatu lapisan tipis pada kertas. Karena
itu mekanismenya sering disebut sebagai kromatografi partisi cair-cair, dengan
anggapan sampel terdistribusi diantara air sebagai fasa diam dan pelarut pengembang
sebagai fasa gerak.
Pelarut pengembang
yang digunakan adalah campuran pelarut-pelarut organic dengan air yang dibuffer
pada pH tertentu. Kadang-kadang digunakan pengembang yang berupa kombinasi air
dengan pelarut yang tidak bercampur. Pengembangan kromatogram terlihat pada
gambar di bawah ini:
|
|
Tidak semua spot baik dari sample maupun standar akan
tampak pada kromatogram, oleh sebab itu perlu perlakuan kimia untuk membuat
spot itu tampak lebih jelas. Misalnya kebanyakan senyawa sulfide logam memberikan
warna yang kuat, karena itu kromatogram
disemprot dengan gas H2S sehingga akan menimbulkan spot-spot
ion logam yang lebih nyata. Warna yang timbul dapat dipergunakan untuk tujuan
identifikasi.
B. Percobaan : Kromatografi Pemisahan Ion-ion Logam
Tujuan
Memisahkan dan mengidentifikasi campuran ion-ion logam
Peralatan
- Mikropipet
- Plastik penutup / aluminium foil
- Mistar
- Pengering
- Beaker glass
- Crucible tong
Bahan Kimia
·
Kertas
kromatografi yang disesuaikan dengan ukuran bejana kromatografi
·
Pelarut pengembang (90% aseton
+ 10 % HCl 6 M)
·
Ammonia pekat
·
Larutan ammonium sulfide
·
Larutan 1 % dimetil glioksim
dalam botol semprot
·
0,5 M larutan ion-ion logam Cd2+
Co2+ Cu2+ Fe2+
Ni2+
·
larutan sample
Prinsip
Pemisahan ion-ion logam dalam suatu
campuran terjadi karena adanya suatu partisi cair-cair dari ion-ion yang
terjadi pada kertas kromatografi. Deteksi didasarkan pada pembentukan
garam-garam sulfide yang berwarna maupun kompleksnya dengan dimetil glioksim.
Cara Kerja
Penyiapan
Kromatogram
- Potonglah
kertas kromatografi sesuai ukuran yang diperlukan dan disiapkan dua garis
batas sesuai dengan pensil. Garis pertama berjarak 1 cm dari ujung kertas,
garis ini digunakan untuk penotolan standar/sampel
- Gunakan
pipet mikro atau tusuk gigi untuk
menotolkan masing-masing larutan logam dan bersihkan pipet setiap selesai
penotolan untuk menghindari kontaminasi.
- Totolkan
larutan standar dan sampel dengan pipet mikro atau tusuk gigi pada
tengah-tengah kertas kromatografi. Penotolan tidak boleh menghasilkan spot
yang berdiameter di atas 2-3 mm..
- Keringkan
dengan pengering, jika sudah benar-benar kering ulangi penotolan untuk
memperoleh konsentrasi yang cukup tinggi dengan spot yang kecil. Tandailah
kromatogram sesuai dengan standar logam yang ditotolkan.
- Bersihkan
bejana sebagai tempat pengembang kromatogram. Tambahkan pelarut pengembang
ke dalam bejana setinggi 0,6 cm. Tutuplah bejana biarkan beberapa menit
supaya terjadi penjenuhan.
- Letakan
kertas kromatografi ke dalam kromatografi sedemikian sehingga dapat
berdiri seimbang. Usahakan kertas kromatografi dimasukkan secara serentak
ke dalam bejana dan larutan pengembang berada di bawah spot dengan ujung
kertas tercelup.
- Biarkan
larutan naik sampai batas atas yang telah ditandai. Jika larutan telah
mencapai batas tersebut keluarkan kertas kromatografi dengan hati-hati
dari beaker danrentangkan kertas kromatografi di atas kertas saring
penyerap.
- Keringkan
dengan pengering sampai kertas kromatografi benar-benar kering dan
selanjutnya tandai dengan pensil setiap spot dari standar maupun sampel.
Catat warna dari spot-spot yang tampak.
Identifikasi spot ion logam
- Gunakan
penjepit untuk memegang kromatogram dan netralkan dengan meletakan kertas
kromatogram dalam uap amonia selama 2-3 menit.
- Keringkan
kromatogram tersebut dan catat perubahan warna yang terjadi pada spot-spot
yang ada di kromatogram.
- Selanjutnya
letakan kertas kromatogram di atas larutan amonium sulfida yang akan
terhidrolisis menghasilkan gas H2S. Perlakuan ini akan
mengakibatkan spot menjadi semakin jelas melalui perubahan warna ataupun
munculnya spot-spot baru. Catatlah semua perubahan
yang terjadi. Tandailah dengan pensil letak spot-spot yang baru.
- Untuk membedakan spot-spot yang
berwarna hitam selanjutnya
kromatogram disemprot dengan larutan dimetilglioksim sampai lembab. Catat
perubahan warna yang terjadi dan tandailah spot yang baru.
- Keringkan
kromatogram dengan pengering. Ukurlah jarak dari setiap spot dan permukaan
pelarut ke garis dasar.
Pengolahan Data
Hitunglah harga Rf untuk setiap spot. Bandingkan warna
masing-masing spot yang ada pada sampel selama berbagai perlakuan dan harga Rf masing-masing spot di sample. Identifikasilah
logam-logam apa yang ada dalam sample anda. Laporkan bersama kromatogram.
Pertanyaan
- Apakah yang menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada spot setelah berbagai perlakuan?
- Kesimpulan apakah yang dapat diambil tentang Kp dari keempat ion logam tersebut
17. TITRASI KOMPLEKSIOMETRI
A. Prinsip
Dasar
Pereaksi untuk titrasi
kompleksiometri sangat banyak digunakan untuk menitrasi ion-ion logam dalam
larutan. Kebanyakan dari pereaksi ininadalah zat-zat anorganik yang mengandung
beberapa gugus electron yang dapat berikatan kovalen dengan ion logaM, misalnya
EDTA (H4Y) yang dapat bereaksi dengan ion logam dengan perbandingan stokiometri
1:1 sebagai berikut:
[MY+ (4-n)]
Mn++ Y4-
MY+ (4-n) Kabs =
[Mn+][ Y4-]
Fraksi
Y4- dari larutan EDAT dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan kesetimbangan yang dipengaruhi
eloh pH disebut Kefektif (KKondiaional),
Keff = Kabs.α 4 dan α 4 adalah
fraksi Y4- pada pH tertentu. Karena banyak ion-ion logam yang dapat
bereaksi dengan logam yang dapar bereaksi dengan EDTA maka selektivitas dapat
diatur dengan mencari pH serendah mungkin dimana titrasi masih layak dilakukan
(Keff = <108).
Kesektifan ini dapat juga diatur dengan menggunakan "masking agent".
Selama
titrasi terjadi perubahan konsentrasi ion logam bebas. Kurva titrasi diperoleh
dengan mengalurkan pM = - log (M) vs volume EDTA. Pada titik ekivalen terdapat
perubahan pM yang besar. Indicator titrasi kompleksiometri pada umumnya adalah
andikator metalokrom yang merupakan senyawa organic berwarna yang juga
memebentuk kompleks dengan ion logam. Warna kompleks logam – indicator berbeda
dengan warna indicator bebas.
Contoh:
Eriocrom black T (EBT) kompleks logam EBT umumnya berwaran merah. Titrasi harus
diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indicator bebas dalam bentuk Hin3-
yang berwarna biru. Pada penambahan EDTA yang sedikit berlebih laruan berubah
menjadi biru akibat bebasnya indicator:
Mln+ + HY3-
Hln2+ + MY2-
Merah biru
B. Percobaan
1. tujuan percobaan
1.
dapat menentukan kadar suatu
zat dalam larutan dengan menggunakan titrasi kompleksiometri menggunakan EDTA
2.
dapat
merancang prosedur penentuan suatu zat berdasarkan titrasi kompleksiometri
1.
Bahan
1.
Larutan EDTA 0,01 N
2.
Larutan buffer pH 10, pH 12
3.
Larutan MgCl2
4.
Indicator EBT dan Maurexide
5.
Air suling
6.
Air ledeng
2.
cara kerja
Penyiapan
larutan
1.
Pembuatan
larutan EDTA yang kadarnya 0,01 M
2.
Timbang
dengan tepat 3,723 g Na2H2 EDTA dalam sebuah botol
timbang dan larutkan denganiar suling dalam labu ukur 1 L dan tepatkan sampai
tanda batas.
3.
Pembuatan larutan buffer pH 10
4.
Timang 6, 8 g NH4Cl
dan larutkan dalam 20 ml air suling, kemudian tambahkan 57 ml NH4OH
pekat. Ukur pH larutan dengan pH meter.
Aplikasi
1.
Penentuan kadar Mg2+
yang anda peroleh dengan menambahkan air suling sampai tepat tanda batas 100ml.
2.
Encerkan larutan Mg 2+yang
anda peroleh dengan menambah air suling samapi tepat tanda batas 100 ml
3.
Pipet larutan ini sebanyak 25
ml, tempatkan dalam sebuah Erlenmeyer kemudian tambahkan 10ml larutan buffer pH
10 dan sedikit indicator Eriochrome black T.
4.
Titrasi larutan ini dengan
larutan EDTA dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna dari merah menjadi
biru muda.
5.
Ulangi
titrasi s ekali lagi dan tentukan kadar M2+ dalam larutan.
Penentuan
kesadahan total (Ca2+ + mg2+) dalam air ledeng
1.
Siapkan
labu Erlenmeyer 250 ml, lalu masukan kedalamnya 100 ml sample air yang akan
diperiksa
2.
Tambahkan
5 ml larutan buffer pH 10 kjedalamnya
3.
Tambahkan
1 ml larutan KCN 10% jika
ternyata cairan dalam Erlenmeyer keruh
4.
Masukan 50 mg indicator EBT
5.
Titrasi dengan larutan EDTA
0,01 M sampai terjadi perubahan warna anggur sampai menjadi biru.
6.
Catat pemakaian EDTA, misalnya
A ml.
Penentuan kesadahan Mg 2+ dalam
air ledeng
1.
Masukan 100 ml ampel air yang
akan diperiksa ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
2.
Tambahkan
1 ml larutan penyangga pH 12.
3.
Tambahkan 1 ml larutan KCN 10%
jika cairan tersebut keruh
4.
Bubuhkan 50 mg indicator
Maurexide
5.
Titrasi dengan larutan EDTA
0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi ungu
6.
Catat
pemakaina EDTA, misalnya B ml.
Perhitungan
Kadar Mg 2+ = V EDTA X EDTA X BE Mg 2+ gram/l
V
Mg 2+
Kesadahan total sebagai mg CaCo3/l = A X NEDTA X BE
CaCO3 X 1000
V
sample air
Kesadahan Ca2+ sebagai mg CaCo3/l = B X NEDTA
X BE CaCO3 X 1000
V
sample air
Kesadahan Mg2+ = kesadahan total –
kesadahan Ca2+
Tugas
a.
Menentukan
kadar Mg2+ larutan sample (mg/l)
b.
Menentukan
kesadahan total, kesadahan Ca2+ dan kesadahan Mg2+ air
ledeng.
c.
Buat
kurva titrasi larutan Mg 2+ dengan EDTA. Gambarkan pula dalam kurva
tersebut daerah perubahan warna indicator EBT.S
I8. ODOMETRI II
Penetapan Vitamin C dengan cara
Iodometri Langsung
Vitamin C (Asam Askorbat)
banyak terdapat dalam buiah-buahan. Selain itu juga terdapat tablet vitamin C dengan merk
dan kadar yang beragam. Kandungan vitamin C dalam buah ataupun dalam tablet
vitamin C dapat ditentukan dengan cara mentitrasi langsung dengan I2.
Metode tersebut memanfaatkan sifat vitamin C yang dapat dioksidasi oleh I2
dengan reaksi sebagai berikut:
HC6H7O6 + I2 ------ 2 HI
+ C6H6O6
Bahan :
-
aneka
macam buah-buahan (jambu biji, jeruk, belimbing, rambutan, dsb)
-
tablet
vitamin C (berbagai merk dagang)
-
I2
dalam KI 0,1N
Alat :
-
Mortal
-
Erlenmeyer
-
Buret
-
Blender
-
Saringan
-
Pipet
-
Pisau
Prosedur
a. Sampel Buah
Kupas buah jeruk/rambutan,
buang kulitnnya, timbang sebanyak 20 gram daging buah, haluskan dengan mortar
ataupun blender. Tambahkan 100ml aquadest dan pindahkan secara kuantitatif ke
dalam erlenmeyer. Tambahkan 1ml amilum dan titrasi dengan I2 0,1N.
Lakukan triplo.
b. Sampel Tablet
Ditimbang 10 buah tablet
vitamin C ukuran kecil atau 1 buah ukuran besar. Lumatkan dalam mortar sampai
terbentuk serbuk halus. Ditimbang 0,2 gram serbuk tablet halus dan masukan ke
dalam erlenmeyer 200ml (bisa ditambahkan 10 ml aquadest, bisa juga tidak).
Ditambahkan indikator amilum dan dititrasi dengan dengan I2 0,1N.
Lakukan triplo.
Tugas
a. Tentukan Kadar Vitamin C dalam buah
b. Tentukan kadar vitamin C dalam tablet
c. Bandingkan dengan yang tertulis pada
etiketnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asijati,
E. Dkk, 1993 Penuntun Praktikum Kimia Analisis Anorganik Kualitatif , Jurusan
Kima UI Jakarta
Asijati,
E. Dkk, 2003 Penuntun Praktikum Kimia
Analisis Kuantitatif , Jurusan Kima UI Jakarta
Day,Jr
& Underwood, 1986 “ Analisis Kimia Kuantitatif“, Erlangga Jakarta
Harjadi,
W. 1985 “Ilmu Kimia Analitik Dasar “, Gramedia Jakarta.
Vogel, 1990,
Bagian-1 “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro“,
edisi terjemahan Setiono dkk. PT. Kalman Media Pusaka Jakarta
Vogel, 1990,
Bagian-I1 “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro“,
edisi terjemahan Setiono dkk. PT. Kalman Media Pusaka Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar