TUGAS
RESUME
PARASITOLOGI
PEMERIKSAAN TINJA
DOSEN
Drh.Rr.Bhintarti S.Hastari,M.Biomed
OLEH;
M.IKHWAN.LN
NIM
109102000061
KELAS
II B
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
CANDIDIASIS USUS
Pendahuluan
Candidiasis usus
atau enteritis oleh
Candida, dapat merupakan penyakit setempat
saja, atau merupakan
bagian dari candidiasis sistemik. Bila
penyakit ini bersifat
setempat, maka kelainan hanya ada di dalam usus. Bila
penyakit itu merupakan sebagian candidiasis
sistemik, tentu terdapat
juga kelainankelainan pada alat-alat lain.
Candidiasis usus dapat
bersifat akut maupun menahun dan dapat mengenai semua umur
penderita.
Gejala utama
candidiasis usus akut
ialah diare, tinja
lembek hingga cair, biasanya tanpa lendir dan darah.
Gejala candidiasis usus
menahun tidak menentu.
Pada kebanyakan keadaan, timbulnya penyakit
ini dikaitkan dengan
adanya factor predisposisi pada
penderita yang mempermudah
timbulnya penyakit tsb.
Penyebab penyakit
ialah jamur Candida
yang bersifat menyerupai ragi.
Walaupun ada 7
spesies yang diketahui
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, namun spesies utama ialah Candida
albicans. Spesies ini, juga spesies-spesies lainnya, dapat ditemukan di
dalam berbagai alat
tubuh manusia sehat
sebagai saprofit tanpa menimbulkan suatu kelainan. Alat tubuh terbanyak yang mengandung
jamur ialah usus.
Usus merupakan sumber infeksi endogen
untuk timbulnya candidiasis,
karma candida telah terdapat
sebelumnya di dalamnya.
Pada keadaan tertentu ialah bila
ada faktor predisposisi,
maka jamur menimbulkan kelainan. Faktor ini diantaranya
ialah kelemahan tubuh, misalnya pada
bayi barn lahir
atau orang tua
renta dan mereka
yang menderita penyakit menahun.
Pada keadaan yang
lemah jamur mudah menginvasi
jaringan. Obat
kortikosteroid dan sitostatik mempunyai pengaruh
yang sama. Obat
antibiotik menekan kuman-kuman yang
semula hidup bersama
dengan jamur di dalam
usus, sehingga jamur
dapat tumbuh dengan
subur. Jamur dapat berubah dari
sifat saprofit menjadi patogen.
Burke 1 mengemukakan adanya korelasi antara
malnu- trisi dan candidiasis usus. Penderita malnutrisi, biasanya anak-anak, mudah
menderita candidiasis usus
karena tidak mempunyai daya
tahan cukup terhadap jamur itu. Adanya candida di dalam
usus menghambat absorbsi
zat-zat makanan, terutama hidrat arang, elektrolit serta
cairan, dengan demikian terjadi diare. Maka
terjadilah lingkaran tanpa
akhir. 2 Fungsi vili
usus yang kurang baik juga dapat
menjadi dasar timbulnya candidiasis, yang sebetunya berdasarkan
pada hambatan absorbsi
bahan makanan sehingga
menimbulkan malnutrisi juga. Sebaliknya invasi candida pada vili mengakibatkan
fungsi vili terganggu.
Sebagai telah
disebut di atas
maka sumber utama
infeksi endogen ialah usus.
Di samping infeksi
endogen dapat terjadi infeksi eksogen.
Cara infeksi ini
terjadi misalnya waktu
bayi dilahirka
Bila vagina ibunya mengandung
Candida, maka jamur dapat tertelan dan masuk ke dalam usus. Cara lain ialah
melalui alat minum dan makan yang tercemar, misalnya di dalam tempat perawatan bay'
yang baru lahir
3 atau tempattempat
perawatan anak yang tidak memperhatikan kebersihan dengan baik.
Pada
kesempatan ini akan
dikemukakan beberapa hasil
peme- riksaan yang telah dilaporkan pada kesempatan lain . 4
Biakan dan cara kerja
Bahan ialah tinja berbagai kelompok
orang. Yang diperiksa ialah murid
SD dan mahasiswa
tanpa keluhan, penderita
dengan kelainan usus dan
penderita dengan alergi
serta penderita yang datang
dengan fluor albus
yang disebabkan oleh
Candida tanpa keluhan usus.
Tinja diperiksa secara langsung dan
bila didapat basil negative dibiak pada medium agar dekstrosa Sabouraud dengan
dan tanpa khloramfenikol (500 mg/l).
*
Beliau wafat tanggal 18 Januari 1983, naskah ini kami terima
seminggu sebelumnya.
Jamur
yang tumbuh menyerupai ragi dianggap
sebagai jamur candida.
Hasil dicatat akan
bentuk jamur yang tampak pada pemeriksaan langsung dan jumlah jamur (beberapa,
banyak, penuh) yang timbul pada biakan.
Hasil menunjukkan
bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna dalam jumlah
biakan positif pada penderita dengan kelainan usus atau tidak, juga antara anak
murid SD dan Mahasiswa.
Tabel I : Hasil biakan tinja
berbagai golongan orang 4
Golongan
|
Jumlah tinja
diperiksa
|
Hash Candida
positif
dalam biakan
(%)
|
Anak SD
|
198
|
94 (47,5%)
|
Mahasiswa
|
76
|
47 (61,8%)
|
Wanita dengan
fluor albus
|
513
|
248 (48,5%)
|
Penderita
alergi kulit
|
106
|
66 (62,5%)
|
Penderita
kelainan usus
|
613
|
359 (58,6%)
|
Di
dalam golongan penderita
dengan kelainan usus
terdapat bayi-bayi dengan diare.
Penyelidikan lebih
lanjut terhadap sebagian
dari mereka, ialah dengan
melakukan pemeriksaan langsung
terhadap tinja. Hasilnya
dikemukakan dalam tabel II.
Hasil diatas
menunjukkan bahwa pada
penderita enteritis tampak hifa
pada pemeriksaan langsung,
tetapi hifa juga tampak pada pemeriksaan langsung tinja
penderita tanpa ente- ritis. Pada penderita
dengan enteritis 18%
memberikan basil positif pada
pemeriksaan langsung dan
30% lainnya mempu- nyai jumlah jamur yang besar (banyak
dan penuh koloni) teta- pi jumlah inipun didapatkan pada pemeriksaan golongan
yang lain pula. Sedang
hasil jamur negatif
didapatkan juga pada penderita dengan enteritis.
Pembicaraan
Telah dikemukakan
basil pemeriksaan tinja
baik secara lang- sung
maupun biakan dari
penderita enteritis dan
orang-orang tanpa keluhan usus.
Diagnosis candidiasis usus
tidak selalu dapat dibuat
berdasarkan ditemukannya jamur
di dalam tinja, walaupun pada
seorang penderita dengan
diare. Hanya bila ditemukan jamur
itu dalam jumlah
cukup besar atau
adanya bentuk hifa semu pada pemeriksaan langsung, dapat dianggapCandida
sebagai penyebab diare, baik primer maupun sekunderberdasarkan penyakit lain.
Jumlah
jamur yang dianggap
besar ialah ± 10
4 /
ml tinja. Jumlah ini
sebenarnya bukan jumlah
tetap, sangat tergantung akan kondisi
penderita. Dulu dianggap
bahwa hanya bila
ada hifa semu dapat
dikatakan jamur sebagai
penyebab kelainan. Pandangan ini
sudah berubah. Bentuk
blastospora pada permukaan tubuh
(dinding usus) dapat
menimbulkan rang- sangan karena
merusak jaringan dengan
mengeluarkan zat yang disebut
enzim histiolitik. Rangsangan ini cukup menye babkan diare. Hanya
bila keadaan menjadi
menahun terbentuk hifa yang menginvasi
permukaan dinding usus
lebih lanjut. 5,6 Maka diagnosis.
harus dibuat berdasarkan
evaluasi yang cermat.
Pengobatan untuk candidiasis usus
yang murni tidak sukar. Obat- obatan
yang sekarang ada
misalnya obat (tablet)
oral Nystatin, Amfoterisin dsb
merupakan obat berkhasiat
baik, karena dalam hal
ini bersifat sebagai
obat setempat. Yang sukar
adalah untuk mengobati
faktor-faktor predisposisi yang menyertai penyakit
ini. Biasanya bila
ada candidiasis usus harus
dicari adanya faktor
predisposisi ini. Karena
factor - faktor itu dapat
menentukan apakah seorang
penderita dapatmudah di sembuhkan
atau tidak.
Kesimpulan.
Candidiasis usus dapat merupakan penyakit
setempat saja, atau sebagian
candidiasis sistemik dan
dapat bersifat akut
atau menahun. Candidiasis usus akut pada umumnya berupa diare, tinja
lembek sampai cair dan biasanya tanpa darah dan lendir. Gejala candidiasis
menahun tidak menentu.
Pada umumnya candidiasis timbul
berdasarkan faktor predisposisi,
maka bila dibuat diagnosis
penyakit tersebut, sebaiknya
dicari faktor- faktor predisposisi
yang menjadi dasarnya.
Faktor-faktor itu sangat mempengaruhi
penyembuhan penderita, maka
perlu juga diatasi. Untuk
candidiasisnya sendiri banyak
obat yang berkhasiat baik, karena
bersifat pengobatan topikal.
Diagnosis candidiasis
usus harus dibuat
dengan evaluasi cermat, karena
jamur candida dapat ditemukan di dalam usus sebagai saprofit. Bila pada seorang
penderita diare ditemukan jamur candida walaupun dalam jumlah kecil, sebaiknya
diobati dengan obat anti
Candida, karena diare
adalah suatu factor predisposisi.
KEPUSTAKAAN
1.
Burke et al. Effect of enteric micro organisms in intestinal sugar and
fatty acid absorbtion. 1977; Aust J Exp Biol Med Sci 55: 423.
2.
Sunoto. Candidiasis usus. Hubungannya dengan diare dan KKP. Symp
Penanganan mycosis masakini Semarang: 1982.
3.
Suprihatin SD. Penyelidikan terhadap infeksi Candida albicans pada
bayi dan wanita di Jakarta, Indonesia. Tesis FKUI 1962.
4.
Suprihatin SD. Diare yang disebabkan oleh jamur. KONAS Mikro- biologi
III, Jakarta : 1981.
5.
Rippon JW. The pathogenic yeast. Candidiasis Medical Mycology 1st ed.
Philadelphia, London, Toronto: W.B. Saunders Co, 1974.
6.
Odds FC. Pathogenesis of Candidosis. Boerhave Comm for Post- grad Med
Educ Fac Med. Univ Leyden, 1981.
Tabel II : Pemeriksaan langsung dan
biakan tinja beberapa golongan orang4
Golongan
di periksa
|
Jumlah tinja
di periksa
|
Hasil pemeriksaan
|
|
langsung (+)
bentuk jamur
|
langsung (—)
koloni pada
biakan
|
||
hifa
blastospora
|
penuh banyak
beberapa negatif
|
||
Mahasiswa
|
76
|
- 27
|
9 3 10 27
|
Penderita
enteritis
|
422
|
22 52
|
62 63 63 160
|
Penderita
alergi
|
106
|
1 10
|
13 26 10 46
|
0 komentar:
Posting Komentar