Pendahuluan
Masalah gizi ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik, psikis, perilaku dan etos kerja seseorang. Anemia ini merupakan persoalan yang serius bagi bangsa Indonesiakarena bisa berdampak pada siapa saja. Akibat lebih lanjut seperti disebutkan di atas adalah kelahiran bayi premature, kematian ibu saat melahirkan, penurunan tingkat intelegensi anak, hilangnya semangat dan motivasi belajar anak.
Ketidakcukupan tersebut terjadi karena beberapa faktor antara lain; kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya persediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi dan dapat juga karena kehilangan darah yang kronis. Faktor resiko terbanyak yang mudah terkena anemia besi adalah bayi, anak usia pra sekolah, remaja dan wanita usia subur terutama yang sedang mengandung bayinya. Namun tidak menutup kemuningkinan laki-laki dewasa pun mudah terkena bila tidak cukup mengkonsumsi zat besi ini.
Sebenarnya penanganannya relative mudah dengan mengkonsumsi zat besi yang cukup namun faktanya banyak anemia yang tidak terobayi sampai lanjut.
Pengertian
Anemia secara mudah dapat dikatakan adalah seseorang dengan keadaan kadar hemoglobin dalam darah kurang dari yang seharusnya. Anemia dapat dikatakan juga bilamana ukuran dan jumlah eritrosit dalam hemoglobin kurang dari normal. Berikut ini batas normal Hemoglobin seseorang yang dihitung berdasarkan umur dan jenis kelamin. Tabel 4.
Tabel 1. Batas normal Hb seseorang
Kelompok
|
Umur
|
Hemoglobin (g/100ml)
|
Anak
Dewasa
|
6 bulan sampai 6 tahun
6 – 14 tahun
laki-laki
wanita
wanita hamil
|
11
12
13
12
11
|
Anemia yang terjadi pada seseorang lebih banyak disebabkan karena karena efek samping dari keadaan penyakit tertentu atau suatu keadaan patologis. Seperti karena penyakit malaria, cacing tambang dan infeksi-infeksi yang lain yang banyak terjadi khusunya di negara tropis. Biasanya semakin rendah kadar Hb maka dapat dikatakan bahwa anemia yang terjadi semakin berat dan perlu penanganan segera.
Anemia defisensi zat besi lebih banyak terjadi di negar berkembang daripada negara maju atau industri. Prevalensi yang tertinggi terjadi di negara Afrika dan Asia Selatan.
Penyebab Anemia
Secara umum penyebab utama terjadinya anemia zat besi adalah akibat defisiensi zat besi. Hal ini merupakan penyebab utama anemia pada seseorang dibandingkan defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace element lainnya. Berikut ini mwerupakan faktor secara umum penyebab anemia gizi pada seseorang, yaitu:
1. Banyaknya kehilangan darah
Kehilangan darah dalam hal ini biasanya disebabkan oleh karena kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan banyak darah. Selain itu dapat juga yang disebabkan karena perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tapi terus menerus seperti pada kanker saluran pencernaan, peptic ulser maupun ambeien.
Tak kalah pentingnya penyebab kehilangan darah ini karena cacing tambang yang masih banyak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Dan yang terakhir adalah yang terjadi pada remaja putrid dan wanita dewasa yaitu datangnya haid yang terjadi tiap bulan sekali.
2. Kerusakan sel darah merah
Kerusakan berlangsung di dalam pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti malaria dan thalasemia, yang dikatakan sebagi anemia hemolitik. Pada kejadian ini sel darah merah telah rusak namun zat besi yang ada di dalamnya tidak ikut rusak dan tetap bisa digunakan untuk membuat sel-sel darah merah yang baru. Untuk kasus ini perlu adanya penambahan asam folat karena asam folat yang ada dalam sel darah merah telah rusak.
3. Minimnya produksi sel darah merah
Pembuatan sel merah ini akan terganggun bila konsumsi seseorang tentang zat besi tidak mencykup kandungan zat besinya. Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi makanan kurang mengandung zat gizi yang penting seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, protein dan zat gizi penting lainnya. Selain itu dapat juga disebabkan oleh tidak berfungsinya pencernaan dengan baik sehingga mengganggu penyerapan makanan.
Kebutuhan zat besi dalam tubuh
Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Khususnya pada wanita subur (wanita hamil), bayi dan anak-anak lebih beresiko untuk untuk menglami anemia zat besi daripada orang lain.
Tabel 2. Kebutuhan zat besi berdasarkan zat besi yang terserap
menurut umur dan jenis kelamin
Usia/jenis kelamin
|
µg/kg/hari
|
Mg/hari
|
4 – 12 bulan
13 – 24 bulan
2 – 5 tahun
6 – 11 tahun
12 – 16 tahun (wanita)
12 – 16 tahun (lelaki)
lelaki dewasa
wanita hamil
wanita menyusui
wanita haid
wanita pasca menopause
|
120
56
44
40
40
34
18
24
42
18
|
0,96
0,61
0,70
1,17
2,02
1,82
1,14
1,31
2,38
0,96
|
Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki karena mereka mengalami menstruasi yang datang bulanan. Namun demikian wanita mmpu mengabsorpsi zat besi lebih efisien asalkan makanan lainnya cukup beragam seperti daging, ikan dan sumber vitamin C.
Kekurangan zat besi pada seseorang akan diambilkan dari zat besi cadangan yang ada dalam tubuh namun jika cadangan ini terus menurun maka maka tubuh akan mengalami kekuarangan zat besi yang berlarut –larut dan perlu penanganan segera. Kehilalangan zat besi dapat terjadi karena:
1. Kehilangan besi basal
Kehilangan yang terjadi ini berlangsung tiap hari dan dapat berasal dari keringat, urine, saluran pencernaan dan empedu. Pada laki-laki kehilangan besi basalnya lebih besar disbanding wanita karena memilki leuas permukaan tubuh yang lebih kecil.
2. Kehilangan zat besi karena menstruasi
Semakin banyak jumlah menstruasi pada seorang wanita maka jumlah zat besi yang hilang dari tubuh juga cukup besar. Kehilangan darah ini berbeda-beda untuk tiap orang yang sanfat tergantung pada keturunan, dan besar tubuh.
Faktor lainnya adalah jenis penggunaan alat kontrasepsi yang digunakan seperti IUD akan lebih benyak kehilangan darah dibandingkan dengan pemakaian kontraspesi oral.
Kebutuhan tubuh pada wanita hamil lebih banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan besi basal juga untuk memnuhi kebutuhna plasenta serta janin yang dikandungnya. Dengan semakin bertambahnya umur kehamilan maka kebutuhan zat besi juga semakin meningkat.
Kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda-beda. Pada awal kehamilan kebutuhan zat besi masih normal bahkan lebih rendah karena tidak mengalami menstruasi dan janin belum membutuhkan banyak zat besi. Pada trimester kedua kebutuhan zat besi meningkat dan akan lebih meningkat lagi pada trimester ketiga seiring bertambahnya kebutuhan zat besi untuk janin yang dikandungnya. Kebutuhan zat besi tersebut tidak dapat dipernuhi hanya dari makanan yang dikonsumsi saja tetapi juga harus ditambahkan dari luar yaitu melalui suplemen tablet besi .
Berbagai pantangan yang diisukan turun menurun kadang dapat memperburuk kondisi ibu hamil. Pantangan-pantangan tersebut antara lain: wanita hamil dilarang makan daging, ikan, hati atau atau makanan lainnya dengan alasan yang tidak mendasar.
Pada wanita menyusui kadar zat besi dalam ASI sebesar 0,5 mg/l dan setelah 4-6 bulan akan turun menjadi 0,3 mg/l. Walaupun demikian cukup rendah masih diimbangi dengan bioavalabilitas yang tinggi. Semakin bertambah usianya maka absorpsi akan semakin bertambah. Selama menyusui kehilangan zat besi tidak begitu banyak namun demikian masih dilaporkan kekurangan zat besi menyusui khususnya neghara berkembang.
Pada bayi, dapat mengabsoprsi lebih banyak zat besi yang ada dalam ASI sedangkan kalau dalam susu sapi hanya antara 10 – 12 %. Namun demikian bayi yang telah berumur lebih dari 4-6 bulan masih harus mendapatkan tambahan zat besi karena sudah tidak cukupnya kandungan zat besi tersebut.
Makanan tambahan untuk bayi juga harus memnuhi kabutuhan zat besinya karena ASI dan susu formula tidak lagi menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu juga harus cukup mengandung vitamin C yang membantu penyerapan zat besi.
Kekurangan zat besi selain pada bayi juga cukup rawan untuk balita. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh karena konsumsi makanan anak yang kurang dari yang seharusnya mereka konsumsi. Selain karena pada usia tersebut anak-anak juga cukup rawan karena mudah terinfeksi penyakit cacing tambang. Hal ini mudah terjadi pada anak-anak yang tidak senang menggunakan alas kaki. Faktor lain yang cukup berpengaruh adalah kuatnya budaya di negara kita dimana keluarga lebih senang menyediakan konsumsi makanan hewani dengan memprioritaskan pada bapaknya setelah itu anak baru kemudian ibunya.
Jenis dan penyerapan zat besi
Zat besi yang berada dalam makanan terdiri dari 2 jenis yaitu jenis hem dan bukan hem. Zat besi hem merupakan pembentuk hemoglobin dan mioglobin, terbanyak terdapat pada daging, ikan dan unggas serta olahan darah. Sedangkan jenis makanan yang bukan hem terdapat makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Selain hal tersebut zat besi juga banyak terdapat pada makanan yang berasal dari eksogen yaitu berupa debu, tanah, air ataupun panic tempat memasak. Bentuk lainnya tyang berasal dari eksogen terdapat dalam makanan seperti gandum, gula dan garam yang telah difortifikasi dengan zat besi. Berikut ini kami sajikan kandungan zat besi yang terdapat pada beberapa makanan.
Tabel 3. Sumber zat besi dalam makanan
Jenis zat besi
|
Sumber zat besi
|
Zat besi hem
Zat besi bukan hem
zat besi makan
zat besi cemaran
zat besi fortifikasi
|
Terdapat pada daging, ikan, unggas, dan olahan darah
Terdapat pada biji-bijian, umbi-umbian, sayuran dan kacang-kacangan
Tanah, debu, air, panci besi dll
Berbagai campuran zat besi yang ditambahkan pada makanan tertentu. Persediaan sangat tergantung dari komposisi makanan tersebut
|
Penyerapan zat besi yang terkandung dalam makanan dipengaruhi oleh jumlah dan zat kimianya serta factor-faktor lain yang membantu dan menghambat penyerapan. Selain hal tersebut faktor lainnya adalah kondisi kesehatan dan dan status zat besi orang tersebut. Berikut ini tabel mengenai faktor yang menentukan penyerapan zat besi
Tabel 4. Faktor-faktor yang membantu penyerapan zat besi
Faktor-faktor makanan
|
Faktor-faktor pejamu (hospes)
|
1. Faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan hem
- asam askorbat (vitamin C)
- daging, unggas, ikan dan makanan laut lainnya
- pH rendah (mis: asam laktat)
2. Faktor yang menghambat penyerapan zat besi bukan hem
- fitat
- polifenol
|
1. Status zat besi
2. Status kesehatan
|
Pencegahan anemia defisiensi zat besi
Ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terhadap kejadian kekurangan zat besi, usaha-usaha yang dilakukan tersebut antara lain:
1. Pemberian suplemen tablet besi
Pemberian tablet zat besi digunakan untuk memperbaiki status kondisi zat besi seseorang secara cepat. Dalam pemberian tablet ini memperhatikan beberapa strategi sesuai dengan kelompok yang telah ditargetkan. Penentuan target ini mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi bila anemia terjadi pada sesorang. Kelompok yang digolongkan rawan untuk diprioritaskan menjadi target adalah:
- ibu hamil
- anak pra sekolah
- anak sekolah
- bayi
2. Modifikasi makanan
Pencegahan ini dilakukan dengan memastikan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh sesorang. Hal ini sangat terkait dengan kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh seseorang atau masyarakat. Bila ditelusuri leboih hal inipun sangat terkait dengan kondisi social ekonomi masyarakat kita dimana daya beli masyarakat yang rendah sehingga memperburuk kondisi kesehatan khususnya kekurangan zat besi.
Selain hal tersebut juga yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana agar makan yang kita makan tersebut bersama-sama kita konsusmi dengan makanan yang membentu penyerapan zat makanan tersebut. Dalam hal ini bila kita mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi tetapi bila banyak faktor penghambatnya maka penyerapan makanan lebih sedikit dari yang seharusnya kita dapatkan.
3. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan penyakit infeksi dan penyakit karena virus sedikit banyak membantu mengurangi kekurangan zat besi. Dengan pengobatan yang tepat dapat mengurangi lama dan beratnya infeksi sehingga tidak memperparah kondisi kekuarang zat besi. Dalam hal ini keluarga perlu diberikan infomasi yang sebaik-baiknya mengenai pentingnya konsumsi makanan bila ada anggota keluarga yang sakit ataupun memberikan dorongan kepada ibu yang menyusui agar terus memberikan ASInya untuk mencegah penyakit infeksi.
4. Fortifikasi makanan
Fortifikasi zat atau penambahan zat besi ke dalam makanan yang di konsumsi secara umum oleh masyarakat mrupakan tulang punggung pada beberapa negara. Hal ini sangat efektif untuk membantu mengatasi kekuarang zat besi yang banyak terjadi di masyarakat. Kebijakan ini diambil tetnunya dengan didasarkan kepada perundang-undangan, dan keputusan yang kuat sehingga semuanya dapat mematuhinya dengan baik khsususnya bagi konsumen.
0 komentar:
Posting Komentar